Sudut-sudut ruangan costum hampir penuh dengan kotak bertuliskan Vincent Fashion.
Hari itu kotak costum di antar, setelah kesepakatan kontrak di tanda tangani.
Fio dan Criss asik berdiskusi tentang pekerjaan mereka, konsep-konsep yang akan mereka gunakan juga.
Dea dan Sisi terlihat sibuk dengan costum yang mereka susun rapi dari kotak yang di antar Kariawan Vincet Fashion pagi tadi.
"mana Mira?" tanya Fio pada Sisi yang masih sibuk dengan pekerjaannya.
"Aku belum lihat Mira dari tadi" jawab Sisi datar.
"Aduhh kenama anak itu" Fio menggerutu.
Sambil berjalan Fio melihat kiri dan kanan ruangan itu.
Tapi tidak terlihat Mira.
"Criss tolong telepon si Mira, itu anak kemana lagi"
"Oh sebentar"
Fio melangkah meninggalkan Criss yang mencari kontak Mira di handphone nya.
Tidak beberapa lama percakapan itu, Criss terlihat berlari ke arah Fio dengan wajah tidak senang.
"Fio.." Criss memanggil sambil sedikit berlari.
"Mm dimana itu anak?"
"Dia sakit, katanya dia demam gimana dong, kita gak punya tukang rias yang lain" Criss gusar akan hal itu, karna mereka tidak punya tukang rias lainnya.
"Aduh..gimana ini, padahal modelnya udah mau sampai" Fio memutar otaknya.
"Aku punya ide," Criss tersenyum.
"Apa?"
"Lea..kita minta tolong Lea untuk make up model kita"
"Ahhh..kalau dia sibuk?" Fio sedikit pesimis akan ide Criss itu.
"Benar juga, tapi aku mau tanya dia dulu" Criss melangkah ke arah lift hendak menemuin Lea di lantai 10.
Fio yang mempersiapkan beberapa hal untuk pemotretan seketika di kejutkan Lea dan Criss yang mendatanginya.
"Nihh bos kita mau bantu untuk hari ini" Criss tersenyum ke arah Fio.
"Oh..makasih Lea" senyumnya.
Sambil bercerita tentang beberapa hal akhirnha model yang di tunggu datang juga, model khusus di pilih oleh Vincent Fashion karna akan mewakili Produk pakaian mereka.
"Ehh..modelnya laki-laki" Dea terkejut.
"Lalu apa masalahnya?" Fio bertanya pada Dea.
"Tapi kenapa Kotak yang di kirim cuma berisi pakaian wanita?"
"gak mungkin ..kamu udah periksa semua kotak?" Fio bertanya dengan wajah bigung.
"Mereka cuma kirim 4 kotak Fio dan di letakkan di lantai 3 ini semua"
"Tunggu aku tanya mereka dulu, gak mungkin model laki-laki tapi costum wanita" Fio mencari kontak di handphone nya.
Setelah berbicara beberapa saat Fio terlihat mendatangi Dea dengan wajah merahnya.
"Kamu kalau kerja bisa gak di cek dulu, bisa pastikan ke mereka berapa kotak yang di kirim" Fio menahan amarahnya.
"Udah kok, aku lihat mereka kirim 4 kotak ke lantai 3" Jelas Dea.
"Mereka kirim 6 kotak 2 untuk model laki-laki, sekarang kotaknya di lantai 1 karna mereka lihat kurang lokasi di lantai 3" Fio marah pada Dea.
"Ada apa ini?" Lea mendatangi Fio yang terlihat sangat marah.
"Ini anak, kerjanya gak bener costum laki-laki masih di lantai satu dan belum di persiapkan padahal modelnya sudah siap" Fio terus menyalahkan Dea karna dialah yang menerima kotak-kotak costum itu.
"Maaf, biar aku perbaiki"
"Telat, buat malu perusahaan kita aja" Fio kesal melangkah ke arah Criss.
"Sudah, kamu tolong ambil kotak itu, minta bantuan yang lain" Lea menenangkan Dea yang terlihat sedih atas ucapan Fio.
Amarah Fio masih terlihat, saat mendatangi Criss Fio kembali menyalahkan Criss karna tidak becus memberi arahan pada bawahannya.
"Buruan, anggota mu memang selalu cari masalah, kerjanya gak pernah becus" Fio memandang sinis pada Criss yang hanya diam karna kesalahan anggotanya.
Satu jam lamanya, model itu terlihat tidak senang atas apa yang terjadi.
Persiapan pun akhirnya selesai, costum pun sudah di kenakan model tampan itu dan mulai dengan pemotretan.
"Kenapa itu orang, kerjanya marah-marah terus" Criss mendatangi Lea yang terlihat memandangi Fio yang sedang mengambil Foto.
"Mm benar dia marah, karna dia ketua di lapangan, jadi kalian harus extra hati-hati dengan pekerjaan" Tukas Lea pada Criss.
"Ia sih tapi gak usah teriak-teriak gitu" Criss seolah tidak senang atas perlakuan Fio.
"Sudahlah..kayak kamu baru kenal Fio aja, soal kerja dia gak pernah setengah-setengah" Lea senyum ke Criss.
Pemotretan hari itu berlangsung baik walaupun ada keterlambatan di awal.
Lea terlihat kembali ke ruangannya pada pukul 5, rasa lelahnya membuat nya tertidur di meja kerja.
"Lea, bangun dong" Suara itu tidak asing di telinganya.
"Mm..Bi " Lea bangun dalam mimpi dan melihat Bi di sebelahnya.
Mereka terlihat tertawa bersama, berjalan-jalan di sekitaran taman itu.
Asing sekali tempat itu tidak pernah di lihat Lea sebelumnya.
"Bi kita dimana?"
"Ini jauh dari rumah sayang, aku cuma rindu saja" Bi senyum ke Lea yang terlihat bigung.
"Kita pulang yok" ajak Lea karna tidak nyaman dengan tempat itu.
"Sebentar lagi, aku masih rindu" Bi memeluk Lea dengan erat.
"Lea lea" suara seseorang terdengar lagi.
Lea masih terlelap saat pipinya di pukul pelan oleh Fio.
"Heh Lea.."
"Hah.." Lea mengucek matanya melihat Fio yang berdiri di sebelahnya.
"Kamu mimpi apa sih, sampe senyum-senyum gitu" Fio bertanya pada Lea.
"Aku mimpi Bi" Lea berkata pelan pada Fio.
"Ahhh..bagaimana mimpinya?" Fio menatap Lea ingin tau.
"Katanya dia merindukan ku"
"Mm.." Fio seolah mengerti.
Sudah pukul 8 wib, Lea melihat Jam tangannya dan sedikit terkejut.
Fio memperhatikan Lea yang sedikit aneh.
"Ia udah jam 8, dan kamu masih tidur di sini" Fio berkata singkat.
"Ia aku ketiduran, ohh kamu mau ngapain ke sini?" Lea bertanya niat Fio menemuinya.
"Ini, coba lihat foto ini" Fio memberi map berisi foto.
"Ohh sini biar aku lihat besok, hari ini aku lelah" Lea merapikan mejanya agar bisa segera pulang.
"Kamu udah makan? " Fio bertanya pada Lea.
"Belum, mau makan dulu?"
"Kalau kamu mau" Fio berkata dingin.
"Ayok aku juga lapar" Lea berjalan menuju pintu kantornya.
Fio berjalan di belakang Lea, kemudian sama-sama masuk ke dalam lift.
Mereka dengan mobil masing-masing, telihat mereka memasuki sebuah restoran di pinggir jalan, setelah parkir mereka melangkah bersama ke dalam restoran itu.
"Haii Lea" suara seorang wanita terdengar tidak asing.
"Ehh Jovanka" Lea terlihat senang melihat gadis cantik itu di sana.
"Gak nyangka bisa jumpa di sini" Jovanka seolah tak percaya.
"Ia, kamu makan sama siapa?" Lea bertanya singkat.
"Aku sama cowok yang di sana" gadis itu menunjuk ke arah seorang laki-laki yang duduk membelakangi mereka.
"Ohh.." Lea senyum.
"Fio, ayok makan bareng kami" Ajak gadis itu memegang lengan Fio.
"Ahh..." Tangan Fio yang lain melepas tangan Jovanka yang memegang lengannya.
"yaudah Fio kita gabung aja sama mereka, aku pesan makanan dulu" Lea memberi arahan pada Fio yang terlihat canggung.
"Lea.."
"Udah sana, aku mau lihat makanan dulu" Lea melirik Fio yang terlihat melepaskan tangan Jovanka yang menggandengnya lagi.
Lea masih memilih makanan di menu, sedangkan Fio dan Jovanka sudah asik bercerita dengan lelaki yang datang bersama gadis cantik itu.
"Hai" Lea datang ke meja yang di tempati 3 orang itu.
"Duduk sini" Jovanka mempersilahkan Lea duduk dengan buku menu di tangan nya.
"Ehhh...Xander?" Lea terkejut melihat modelyang di riasnya tadi siang berada di meja yang sama dengan mereka.
"Ia aku juga terkejut tadi" Fio menjelaskan apa yang di rasakannya tadi.
"Ia Xander sepupu aku, jadi dia ini udah lama jadi model, karna kami butuh model dan aku rasa dia cocok aku minta tolong ke dia" Jovanka tersenyum manis.
"Ia, bayaranya juga fantastis" Xander tertawa.
Suasana meja itu terlihat akrab, Mereka bertukar cerita satu sama lain.
2 jam tidak terasa akhirnya Lea mengambil inisiatif untuk menyudahi makan malam itu karna sudah lelah seharian bekerja.
"Baiklah lain kali kita gobrol lagi ya, Lea tersenyum sambil berdiri pamitan"
"Ia aku juga pamit, besok harus kerja lagi" Fio juga ingin pulang karna lelah.
"Mm..Fio bisa gak kamu antar aku pulang?" Jovanka tersenyum ke arah Fio.
"Kamu ga bareng sama Xander?" Fio bertanya penuh selidik.
"Rumah kami beda arah ,kebutulan hari ini mobil ku rusak jadi masih di bengkel" Jelas gadis itu penuh harap.
"Ahkkk baiklah" Fio seperti merasa canggung dan melirik ke arah Lea yang tersenyum melihat tingkah nya.
"Kalau gitu hati-hati di jalan ya, dah..xander" Lea melangkah meninggalkan Fio yang di gandeng oleh Jovanka dan Xander yang juga terlihat bergegas pulang.
Perasaan Fio tidak nyaman, di perjalanan dia hanya menjawab singkat semua pertanyaan Jovanka dan sesekali tersenyum kecut.
Gadis itu terlihat bahagia dengan Fio di sampingnya.
Tidak lama, Mobil Fio berhenti di sebuah apartment mewah di mana Jovanka tinggal.
"Fio mau singgah dulu?" Tanya gadis itu sebelum turun.
"Lain kali saja"
"Baik lah trimakasih udah ngantar aku"
"Sama-sama" Fio tersenyum dan sudah ingin melaju.
"Hati-hati ya" Jovanka keluar dari mobil itu dan terlihat tersenyum ke arah Fio yang mulai meninggalkannya.
"Huuu...untung gak aneh-aneh" Gumam Fio di dalam mobil.
Sepanjang jalan Fio berpikir Apakah Lea sudah sampai dengan selamat di rumahnya.
Kenapa gadis itu harus mengganggu makan malam mereka.
Rasa kesalnya pada Jovanka mulai timbul.
Malam dingin, setiap rasa selalu memiliki yang empunya begitu juga aku yang masih mengharapkan jika rasa ini adalah milik mu.