webnovel

My Destiny

Lea gadis yang manis dan sedikit tomboy, memulai karirnya di bidang fashion walaupun hati nya sangat ingin bidang otomotif, itulah awal dimana dia bertemu Fio yang akhirnya jatuh hati pada lea. Sedangkan lea mencintai Bimo sahabat masa kecilnya. Bagaimana kisah cinta yang rumit itu berakhir apakah bahagia atau duka??

Santi_Kristia_s · Teen
Not enough ratings
56 Chs

Bab 41

Terlihat wanita itu duduk di ujung tempat tidurnya, mimpinya masih tentang orang yang sangat di cintainya.

Air matanya masih mengalir sambil menutup wajahnya dia mencoba menahan sedih di dadanya.

"Haaa, kenapa begitu cepat..bulan lalu kita masih bersama kenapa hari ini aku harus menikmati hidup dengan kenangan mu saja"

Jam di mejanya sudah menunjukkan pukul 8 Wib, sudah waktunya untuk Lea bergegas ke kantornya.

Dengan langkah malas dia memasuki kamar mandi.

Meja makan itu sepi, hanya ada menu sarapan di sana.

Di ambilnya potongan roti dan gelas susu yang ada di meja, di lahap perlahan hingga habis.

"Bik, bilang mami aku berangkat ya" teriaknya dari meja makan.

"Oh ia non" wanita paruh baya itu menjawab dari arah belakang rumah.

Mobil berwarna biru navy itu terlihat keluar dari gerbang rumah Bu rena terdengar juga klakson mobil membuat Mamang yang membuka gerbang melambaikan tangan pada Lea.

"Pagi Lea" suara riuh di lantai 3 gedung itu membuatnya sedikit mengerutkan dahi.

"Ada apa ini?" Lea bertanya pada Criss yang asik menikmati potongan roti yang terlihat Creami.

"Ini semua dapat traktiran dari Jovanka" Criss menjelaskan dan terlihat bahagia.

"Ini kamu mau Lea" Dea terlihat datang dengan potongan roti di tangannya.

"Gak makasih, aku udah sarapan" Lea menolak dengan senyum kecutnya.

"Cobain deh, bidadari ku ngasih sarapan buat kita" Criss seolah tersihir Jovanka.

"Ok semua, sarapannya tolong di percepat dan lain kali sarapan di lantai 1, lantai 3 ini untuk costum bukan untuk makan" Lea sedikit tegas dengan para pekerjanya.

Semua yang sedang makan terlihat tertegun, mereka mempercepat makan dan sebagian langsung beranjak kembali bekerja.

Lea menuju lantai 10, pekerjaannya terlihat menumpuk Gambar yang di berikan Fio pun harus di beri penilaian.

Bissttt bissttt.

Terlihat nomor yang tidak di kenalnya di layar Handphone itu.

"Hallo"

"Hai Lea, aku Jovanka"

"Oh ya, hai ada hal penting apa? Kamu bisa telepon ke sekretaris ku kalau ada hal penting"

"Bukan hal penting Lea, aku cuma mau ajak makan siang aja" suara gadis itu penuh semangat.

"Mm tapi ini masih pagi"

"Ia aku tau, makanya aku telepon kamu pagi-pagi, kalau kamu mau nanti aku reservasi di restoran yang makanannya enak" gadis itu berharap Lea akan ikut.

"Bagaimana ini sepertinya aku akan sibuk dan tidak bisa makan di luar"

"Ayolah Lea, kita bisa cerita banyak nanti di sana, kamu bisa ajak Fio juga"

"Aku pikir dulu, kalau aku tidak bisa mungkin Fio dan Criss bisa menemani mu makan siang" Lea seolah tau maksud dari gadis itu.

Sejak pertama melihat Fio wajah gadis itu terlihat berbeda, ada sorot mata dengan rasa tertarik di sana.

Lea tidak begitu perduli dengan hal itu, dia kembali melanjutkan pekerjaannya yang menumpuk.

Tok tok..

" masuk"

"Pagi Lea" Fio masuk dengan senyum di sana.

"Ada apa Fio?"

"Aku mau tau pendapat mu tentang foto yang aku antar kemarin" Fio menunjuk Map biru yang ada di meja Lea.

"Ahkk..aku belum buka, silahkan duduk kita bahas bersama saja" Lea menunjuk kursi mengisyaratkan agar Fio duduk di kursi itu.

Beberapa foto di bahas bersama, mereka terlihat serius saat melihat foto-foto itu.

Lea menunjuk beberapa foto yang terlihat bagus untuk di kirim ke Vincent Fashion sebagai foto iklan produk mereka.

"Ok aku rasa cukup ya" Lea menutup map itu dan memberikannya pada Fio.

"Ia semoga mereka suka" Fio tersenyum.

"Oh ia Fio, aku dapat tawaran makan siang dari Jovanka, kalau kamu tidak keberatan kamu dan Criss bisa ikut"

"Kamu ikut kan?" Fio bertanya pada Lea.

"Sepertinya aku ikut kalau tidak ada hal mendadak"

"Baiklah aku ajak Criss ke sana" Fio lega karna Lea akan ikut.

"Ok jadi aku bisa kasih kabar ke Jovankan"

Lea mengetik beberapa kata di Handphonenya dan mengirim ke Jovanka.

Perasaannya sedikit Lega setidaknya Fio tidak menolak untuk ikut.

Siang itu Lea bersiap keluar kantornya menuju meja Criss yang masih sedikit sibuk.

"Criss kamu ikutkan makan siang bareng Jovankan?"

"Ikut dong, makan sama cindirella ku" Criss tersenyum penuh bahagia.

"Mm bagus lah, ah.. aku lupa handphone " Lea kembali menuju kantornya hendak mengambil handphone nya yang ketinggalan.

Saat meraih handhone nya Lea melihat ada panggilan tidak terjawab dari Bu rena di sana.

Dia segera menelepon ulang ke nomor Bu rena.

"Maaf mi, Lea gak dengar tadi ada apa ya?" Tanya Lea pada Bu rena.

"Kamu sibuk gak sayang?" Tanya Bu rena.

"Mmm ini Lea mau makan siang mi"

"Kamu bisa temani mami ngambil obat rutin mami gak?"

"Loh emang mamang kemana?"

"Mamang lagi mami suru service mobil, jadi ga bisa ngantar mami" jelas Bu rena.

"Ohh yaudah, kalau gitu Lea ke sana ya mi" jelas nya singkat.

Lea keluar kantornya lagi menuju meja kerja Criss yang sudah terlihat kosong.

Baru beberapa saat Criss sudah menghilang dari mejanya, Lea tidak mau berpikir banyak dia melangkah ke Lift dan bergegas ke parkiran.

Pikirannya hanya tertuju pada Bu rena dan obat yang harus di minum wanita paruh baya itu.

"Criss tolong sampaikan maaf ku sama Jovanka, aku gak bisa ikut makan siang hari ini"

"Lah kok gitu, tadi katanya ikut"

"Ia tiba-tiba ada hal mendadak jadi aku gak bisa ikut"

"Ada hal mendadak apa?" Criss bertanya ingin tau.

"Aku harus bawa mami cek up ke Rumah Sakit hari ini"

"Tante sakit ya?"

"Gak kok, cuma cek up rutin dan ambil obat itu aja" Jelas Lea pada Criss.

"Oh baiklah nanti di sampaikan"

Lea menutup pembicaraan itu dengan menekan Bluetooth nya.

Kembali fokus ke jalanan yang cukup ramai dengan lalu lintas.

Sesampainya di rumah Lea menuju meja makan, rasa laparnya tidak bisa di tahan lagi.

"Mi Lea makan 10 menit"

"Ia sayang, jangan cepat-cepat nanti perut kamu sakit" Bu rena memberi nasehat.

"Ia mi" senyum Lea pada Maminya itu.

"Fio apa kabar sayang?"

"Kabar nya baik mi, hari ini dia makan siang bareng sama Anak pemillik perusahaan yang kerja sama, sama kita" Lea terlihat bahagia dengan hal itu.

"Fio?"

"Ia mi aku suru dia sama Criss ke sana, kayaknya gadis itu suka sama Fio" Lea tertawa kecil ke arah Bu rena.

"Kamu apa-apaan sih, kamu sendiri tau dia suka ke kamu sayang"

"Mami, Lea ini janda yag baru di tinggal 1 bulan lebih gak mungkin lah Fio yang ganteng karir yang bagus masih suka sama Lea" senyumnya pada Bu rena dengan wajah tidak percaya.

"Mami tau sayang, dia masih suka sama kamu"

"Udah lah mi, dia berhak dapat pasangan yang baik, lebih baik dari Lea" jelas Lea menutup pembicaraan itu.

Perjalanan ke rumah sakit sedikit macet, Lea dan Bu rena terlihat akrab merek bercerita beberapa hal.

Sesampainya di Rumah Sakit mereka memeriksakan kesehatan Bu rena dan mengambil serep obat dan vitamin rutin yang di konsumsi.

"Kesehatan ibu baik, tapi obat rutinnya jangan lupa di makan, juga vitaminnya " Jelas dokter langganan Bu rena.

"Trimakasih dok, kami permisi" Lea membawa Bu rena keluar dari ruang dokter menuju ruang pengambilan obat.

**

"Lea gak ikut??" Jovanka bertanya saat hanya melihat Fio dan Criss di sana.

"Ahh..dia ada urusan ke Rumah Sakit" Jelas Criss.

"Siapa yang sakit? Lea sakit?" Fio terlihat terkejut.

"Bukan, tante Rena cuma ada cek up rutin" Criss menjelaskan hal itu ke pada Fio.

"Tapi tante gak apa-apa kan?" Wajahnya sedikit kawatir.

"Kamu perduli banget ya sama Lea" Jovankan memandangi wajah Fio yang terlihat tidak fokus.

"Ia dong, mantan pacar" Criss nyeletuk ke arah Fio.

"Apa?" Jovankan dengan wajah nya yang bigung memandang Criss.

"Bukan apa-apa" Fio mengalihkan pembicaraan.

Makan siang itu sangat bahagia bagi Criss yang bisa melihat pujaan hatinya di depan mata, tidak dengan Fio dan Jovanka yang di hantui rasa ingin tau. Baik itu rasa ingin tau apakah Lea baik-baik saja atau rasa ingin tau apa hubungan Fio dan Lea sebelumnya.

Mereka tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing, Fio yang makan terlihat tidak konsentrasi dan sering menjawab pertanyaan dengan wajah tidak serius.

Rasa cemburu di wajah Jovanka membuat Criss sedikit heran, kenapa Jovanka bersikap begitu apa dia menyukai Fio pertanyaan itu selalu ada di pikiran Criss.

Lea yang mengantar Bu rena pulang memutuskan tidak kembali lagi ke kantor, dia memilih istirahat saja di rumah karna pekerjaanya tidak terlalu banyak lagi.

"Mi Lea kangen di pangkuan Mami" Lea menidurkan kepalanya di pangkuan Bu rena yang duduk di sofa kala itu.

"Haha,,dasar anak mami"

"Lea pengen di manja-manja lagi" senyum Lea.

"Ia ia" kepala Lea di pijit-pijit halus sampai anak satu-satunya itu terlihat lelap dalam tidur.

Bu rena yang melihat anaknya tertidur, mengambil bantai dan selimut tipis menutupi tubuh ramping Lea.

Sudah pukul 5 wib, Lea masih asik dengan mimpinya sampai tidak mendengar ada bel pintu yang berbunyi.

Fio terlihat masuk dan menyalam tangan Bu rena.

"Husttt biat di tidur dulu" Bu rena mengajak Fio ke arah meja dapur agar tidak mengganggu Lea.

Lelaki tampan itu mengikuti Bu rena menuju meja dapur dan bercerita di sana.

Terlihat Fio menikmati kopi buatan Bu rena dan membahas beberapa pekerjaan.

"Tante dengar kamu lagi dekat sama seseorang ya?" Bu rena bertanya penuh selidik.

"Gak ahk tante, sama siapa" Fio tersenyum menggelengkan kepala.

"Tapi Lea bilang kamu lagi dekat tu, gadis itu ngajak makan siang tadi" Jelas Bu rena.

"Ohh itu cuma teman kerja tante, Fio gak ada hungan apa-apa sama dia"

"Ohh baguslah"

"Bagus tante?"

"Ya bagus lah" Bu rena tertawa tapi tidak melanjukan ucapannya yang membuat Fio sedikit penasaran.

Tawa di meja makan itu membuat Lea terbangun dari tidurnya, dengan wajah penasaran dia melangkah menuju meja itu, melihat siapa teman maminya bercerita sampai tertawa dengan suara keras.

"Mami ketawa suaranya sampe teras rumah" Lea masih dengan kantuk di wajahnya.

"Maaf sayang habis Fio cerita lucu" Jelas Bu rena.

"Kamu ngapain ke sini? Ada hal penting lagi?" Lea bertanya.

"Kenapa dia boleh datang kapan saja, mami yang suruh" Bu rena menjawab pertanyaan Lea.

"Mami apaan sihh, Lea kan nanya Fio"

"Aku cuma mau lihat tante kok, tadi Criss cerita kalau tante ke Rumah Sakit"

"Ohh, yaudah lanjut deh ceritanya"

"Ehh ehh..kamu sini dulu, temani Fio dulu mami mau masak biar dia makan malam di sini dulu. Kalian ke depan dulu ya Fio cerita tuh sama Lea" Bu rena seolah memberi ruang untuk dua orang itu bercerita.

"Ia tante" Fio melangkah menuju ruang tamu di ikuti Lea yang berjalan malas di belakangnya.

Beberapa saat suasana masih canggung, tidak ada kata di ruangan itu hanya ada dua orang yang diam  dengan Lea memeluk bantal dan menutup matanya.

"Kamu sakit?" Fio membuka pembicaraan.

"Mmm gak ..aku sehat" Lea menjawab tanpa membuka matanya.

"Kenapa kamu gak cerita ke aku, kalau kamu pergi ke Rumah Sakit?" Fio bertanya lagi.

"Aku kan udah cerita ke Criss, apa bedanya" Lea masih jutek dengan ucapannya.

"Aku kawatir, aku takut terjadi apa-apa sama kamu"

"Fio, aku gak anak kecil yang harus laporan setiap ada hal yang mau aku kerjakan"

" tapi kenapa kamu cerita ke Criaa kenapa kamu gak cerita ke aku?" Fio bertanya.

"Apa bedanya Fio?" Lea membuka matanya melihat ke arah Fio yang terlihat serius.

"Kamu bertanya apa bedanya aku dan Criss?"

"Ia kalian kan sama-sama anggota kerja di kantor ku"

"Ohh jadi aku hanya sebatas itu di mata mu selama ini?"

"Sudahlah Fio"

"Aku masih peduli Lea, dan aku gak mau ingkar janji ke Bi" Fio seolah kecewa dengan jawaban Lea.

"Janji apa?" Lea melihat lekat ke wajah Fio.

"Aku berjanji akan terus menjaga mu dan Tante Rena, aku harus selalu ada untuk mu" Fio melihat raut wajah sedih di mata Lea.

"Bi berkata begitu?"

"Ia, dia minta agar aku selalu menjaga mu"

Kembali sepi itu menjalar di ruangan yang luas itu.

Lea diam begitupun Fio.

Bu rena datang dan memanggil mereka berdua, barulah suasanan canggung itu membaik.

Makan malam itu sangat di nikmati Fio makanan yang di masak Bu rena memang selalu lezat.

Setelah makan malam itu Bu rena menyuruh Lea mengantar Fio ke dapan pintu.

"Makasih udah buat mami bahagia" Lea tersenyum ke arah Fio.

"Sama-sama"

"Yaudah hati-hati ya" Lea melangkah  menjauh dari mobil Fio.

"Lea.."

"Ahh ya" Lea menoleh ke arah Fio yang memanggilnya.

"Aku belum bisa menyukai Jovanka, tidak usah membuang waktu untuk mengaturnya" Fio tersenyum ke arah Lea yang melongo dengan ucapannya.

Lea tidak mengatakan apa-apa dia hanya melihat Fio yang menjauh dan hilang dari pandangannya.

Kenapa dia terus menutup hatinya, kenapa dia tidak mau membuka hati untuk gadis lain. Pertanyaan itu membuat Lea merasa bersalah seolah tidak pantas atas apa yang di rasakan dan di beri Fio selama ini.

Aku akan selalu menunggu waktu, dimana hati mu sudah bisa menerima dan mau berdamai dengan masa lalu mu. Walaupun lama aku akan menunggu entah untuk sebuah kecewa atau sebuah bahagia.