webnovel

Kau sangat cantik hari ini

Meri melihat ke arah kakaknya dan memberi kode agar kakaknya saja yang masuk, meri merasa saat ini kakaknya lah yang memiliki lebih banyak hal yang ingin dia bicarakan dengan sahabatnya itu. Rido menolaknya dan membiarkan meri saja yang menemuinya. Dia akan menemui jackob saat jadwal besuk sore. Meri menyetujui rencana kakaknya dan segera masuk dengan di pandu oleh seorang polisi.

Meri duduk menunggu di kursi yang disediakan untuk menunggu tahanan yang berada di ruangan sempit dan pengamanan ketat. Beruntungnya adalah ruangan itu kedap suara dan hanya ada CCTV yang mengawasi. Tak lama pintu ruangan itu terbuka, meri menatap jackob yang mulai mendekat. Sementara polisi yang mengawalnya menunggu di depan ruangan yang transparan itu.

"duduklah" ujar meri membuka kebisuan diantara mereka.

"ada apa kau kemari?" tanya jackob yang terlihat bukan dirinya lagi. Dia tampak lusuh dengan baju tahanan yang khas bagi pelanggar peraturan. Meri sungguh tidak tega melihatnya.

Meri menyerahkan paper bag yang dibawa nya ke hadapan jackob.

"aku hanya di beri waktu 15 menit awalnya untuk berbicara denganmu. Tapi berkat ketenaran ayahku waktu itu menjadi 30 menit. Apa kau keberatan jika selama waktu itu kau menggunakan jaket yang ku bawakan untuk mu?" tanya meri lembut.

"mengapa aku harus memakainya" ucap jackob dengan nada ketus.

"bang jack..." belum sempat meri mengatakan sesuatu, jackob mengambil jaket itu dan memakainya. Meri tersenyum melihatnya. "kau selalu tampan dengan jaket, baju tahanan benar-benar tidak cocok denganmu" goda meri.

Jackob memakainya bukan karena jaket itu sangat cocok untuknya, tapi setelah mendengar meri tetap memanggilnya dengan sebutan bang jack membuatnya luluh. Setelah kejadian itu, orang-orang yang berada di sekitarnya selalu mengganti panggilannya dengan hardikan. Dia terkejut mendengar meri tetap memanggilnya seperti biasanya sebelum peristiwa itu. Diantara semua sahabat rido hanya dirinyalah yang beruntung mendapatkan panggilan spesial sedangkan yang lain hanya puas jika terkadang meri memanggil kak di depan nama mereka.

"katakan mengapa kau kemari?" jackob mengulang pertanyaannya namun dari pertanyaan yang sama terdapat perbedaan yang sangat jelas. Kali ini, jackob bertanya dengan suara yang lembut.

"aku merindukanmu, aku merindukan kakak ke empatku" meri menatap pria didepannya itu dengan senyum manisnya. "aku membawakanmu bubur ayam kesukaanmu. Ini buatan ibuku" ujar meri meletakkan kotak makanan di hadapan jackob.

Jackob terdiam menatap kotak makanan itu, matanya berkaca-kaca namun tetap diam.

Meri melihat perubahan itu diwajah jackob. Jackob nampak terharu bercampur rasa bersalahnya yang menyeruak ke permukaan.

"bang jack, kami sudah memaafkanmu. Aku kemari bersama kak rido tadinya berencana mencabut gugatan kasusmu. Tapi semua terlambat karena berkasnya sudah di limpahkan ke kejaksaan" meri menggenggam tangan jackob untuk menenangkannya. "kami akan membantu mengurangi hukumanmu, tapi aku sungguh minta maaf karena tak bisa membebaskanmu"

"kau tak seharusnya berbuat sebaik ini apalagi meminta maaf. Akulah yang salah. Kau tidak perlu membantuku, aku akan menerima semua hukuman atas perbuatanku" jackob balas menggenggam tangan meri. "meri, aku tidak menyesal membawamu kabur waktu itu. Tiga hari itu sudah cukup bagiku membayar perjuanganku yang sia-sia. Saat keluar nanti, aku akan tetap memperjuangkanmu tapi dengan cara yang benar. Jadi tidak usah membantuku jika kau berharap aku akan menjauhimu" ujar jackob tegas tanpa ada keraguan.

"aku tidak memintamu menjauhiku, tapi aku sudah memiliki kekasih dan aku sangat mencintainya. Jangan menyia-nyiakan waktumu lagi dengan mengejarku. Dan aku akan tetap membantumu mengurangi hukumanmu. Kau sudah seperti saudaraku, bagaimana mungkin aku tega melihatmu lama di penjara sempit ini. Kau masih punya cita-cita yang harus kau raih. Bukankah saat kecil kau berjanji akan meraih cita-cita mu dan menarikku naik ke puncak setelah kau berada di atas? Melihatmu sekarang, ini sangat tidak cocok. Kau pria tampan, kaya, murah hati dan berpendidikan. Salahmu hanya satu yaitu mencintai wanita yang salah" meri mencoba mengubah persepsi jackob agar tak lagi menganggapnya wanita lain tapi adiknya.

"jika mencintaimu itu kesalahan maka aku siap menerima hukumannya" balas jackob tegas.

"kau ternyata keras kepala sepertiku"

"itulah mengapa kita seharusnya sangat cocok" ujar jackob menatap lurus ke mata meri.

"kau salah, untuk jadi cocok tak harus sama. Sudahlah sebaiknya kau makan saja buburmu. Kalau sudah dingin rasanya tidak akan enak"

Jackob membuka kotak makan itu namun terlihat sulit hingga meri harus membantunya. Meri memberikan sendok ke tangannya, saat akan mengangkat sesuap bubur, suapan itu jatuh kembali ke kotak makan. Meri curiga dengan tangan jackob dan menggenggam pergelangan tangan kanannya yang membuat pria itu meringis. Meri memaksanya membuka kembali jaket yang sengaja di bawanya dan melihat memar di pergelangan tangannya.

"siapa? Siapa yang melakukan ini?" meri meradang melihat memar di lengan jackob, dia kemudian memaksa membuka baju jackob dan terkejut melihat lebam-lebam yang mengerikan. "katakan padaku siapa yang melakukannya?" meri mengusap punggung jackob yang terdapat memar. Jackob menarik tangan itu dan menggenggamnya erat tanpa mengatakan sepatah katapun. Dia hanya memberi sendok kepada meri agar menyuapinya.

Meri menahan emosinya dan menatap polisi yang berjaga di depan pintu dengan penuh kemarahan sambil terus menyuapi jackob.

"aku pasti akan menuntut mereka. Bagaimana bisa pelindung masyarakat memukuli mu sampai separah ini. Mereka pikir mereka orang suci yang tidak melakukan kesalahan sekalipun. Ckck, mereka bahkan hampir meneteskan air liur mereka saat aku berjalan masuk kemari. Ingat, mintalah pengacaramu untuk mengajukan surat visum untukmu. Kau harusnya melawan mereka, kau bilang akan menjagaku dulu tapi bagaimana akan menjaga orang lain jika menjaga dirimu sendiri saja kau tidak bisa" meri terus saja mengomeli semua orang, terkadang mengomeli para staf kepolisian kemudian mengomeli jackob bahkan pengacara jackobpun sampai ikut disalahkan.

"kau ingat nomor telfon ku kan? Suruh pengacaramu menghubungiku segera. Sebelum matahari tenggelam dia sudah harus menemuiku. Jika kau tidak memberi tahunya, aku tidak akan menjengukmu setelah hari ini" ancam meri. jackob masih saja diam dan menikmati makanannya.

"aku pantas mendapatkan pukulan ini. Aku dengar kau mengalami masalah serius karena obat itu. Itu di luar dugaanku bahwa kau akan sangat keras kepala" jackob mengucapkan itu sambil tersenyum mengingat kejadian saat meri mengunci dirinya sendiri di kamar mandi dan lebih memilih kedinginan daripada harus memintanya walau dalam keadaan sangat berhasrat. Dinding pemisah di antara mereka seakan sudah runtuh berkat omelan panjang meri.

"sudah hampir 30 menit, aku harus pulang sekarang. Tapi ada satu hal yang mengganjal perasaanku"

"apa?"

"mengapa kau hanya diam saja saat di interogasi, kau bisa mengatakan kebenaran bahwa luka di wajahku itu ulahku sendiri dan lebam di badanku karena kau berusaha menahanku agar tidak menyakiti diri sendiri. Semua itu bisa meringankan mu jika kau bicara"

"aku hanya berpikir itu semua salahku"

"bang jack aku menyesal tidak bisa membebaskanmu hari ini. Ibuku pasti kecewa karena aku pulang tidak membawamu. Tapi aku akan tetap berusaha. Baiklah aku keluar duluan" meri memasukkan kotak makannya kembali ke paper bagnya dan keluar mendahului jackob.

Saat berada di luar ruangan, meri menatap polisi yang mengawasinya sedari tadi ketika bersama jackob. Jackob melihat tatapan tajam meri kepada polisi yang hanya bisa menunduk itu.

"aku sudah selesai, ini peringatan untuk semua yang berani memukulnya lagi, ku pastikan kalian membayarnya dengan mahal" meri sengaja membesarkan suaranya agar terdengar oleh semua staff di kantor itu.

Sebelum beranjak pergi, jackob memanggilnya.

"ada apa?" tanya meri

"kau sangat cantik hari ini" puji jackob.

"terimakasih" meri menatap polisi pria tak jauh darinya yang terus menatapnya. "kau harus menjaga matamu itu pak, atau kau akan ku laporkan dengan tuduhan pelecehan" bentak meri kemudian melangkah pergi menjauh dari jackob yang hanya bisa tertawa ringan melihat tingkah gadis pujaannya itu.

Meri meninggalkan kantor polisi itu dan masuk ke mobil rido dengan wajah kesal.

"ada apa?" rido melihat perubahan yang sangat jauh pada ekspresi adiknya itu saat akan masuk dan saat keluar dari kantor polisi itu.

"mereka memukuli bang jack seakan memukuli binatang. Mereka pasti menganggapnya pria cabul, padahal mereka sendiri tidak lebih baik dari bang jack. Huft menyebalkan. Aku bahkan ingin sekali mencongkel mata mereka keluar tadi. Merasa diri paling suci, mereka pikir mereka biksu yang tidak bergeming saat melihat wanita cantik. Sangat disayangkan kita terlambat mencabut gugatan itu" meri mendengus kesal dan tak berhenti memarahi semua orang.

Dia kecewa tidak bisa membawa jackob pulang hari ini padahal tadi pagi dia begitu bahagia memikirkan rencana mereka berhasil.

"tidak masalah, kita bisa membantunya melewati ini semua dengan tetap mendukungnya. Aku hanya khawatir karena mendengar ayah dan keluarganya tidak perduli lagi padanya. Mereka merasa malu memiliki anak yang terlibat kasus pelecehan. Entah bagaimana dengan study jackob. Jikapun dia bebas, itu tetap tidak bisa mengembalikan nama baiknya yang sudah hancur" rido menatap jalan raya yang mulai padat dengan kendaraan.

Meri memikirkan perkataan kakaknya itu dengan teliti. Dia tidak memikirkan mengenai reputasi jackob yang hancur walaupun sudah di nyatakan bebas. Lingkungan mereka memang lebih sensitif pada pelanggaran seksual daripada pelanggaran pada kekerasan biasa. Meri semakin dilema dibuatnya, dia tidak bisa membayangkan kehidupan jackob saat bebas nanti. Dia akan di cemooh dan mendapatkan sanksi sosial walaupun sudah menjalankan sanksi dari aturan negara.

Mengingat semua kebaikan jackob dan betapa akrab dia dengan keluarganya, membuat meri semakin tidak tega hanya dengan membayangkan masa depan yang akan di lalui jackob.

"apa yang kau pikirkan?" tanya rido yang melihat adiknya itu mengetuk-ngetuk kaca jendela mobil.

"aku berpikir bagaimana dia bisa memandang kedua orangtuanya saat bebas nanti" meri menjawab dengan lesu tanpa ada semangat sama sekali. Dia seakan jauh lebih tersakiti memikirkan hal itu.

"dia harusnya bisa melewatinya, dia pria yang tegar. Lagi pula, bisnis kami tetap berjalan. Aku akan menyimpan bagiannya selama dia di penjara dan akan ku berikan setelah dia bebas. Dengan begitu dia bisa memulai hidupnya yang baru. Mungkin tidak di sini tapi di luar negeri" ujar rido menenangkan adiknya.

Meri mendapat ide setelah mendengar perkataan rido. Dia awalnya berpikir mempertemukan jackob dengan maria, maria memang lebih tua setahun dari jackob tapi itu bukan masalah. Orang-orang di luar negeri selalu mengatakan maria sangat mirip dengannya jadi jackob mungkin akan menyukainya. Masalahnya apa maria akan menerima jackob, terlebih lagi mengingat telfon maria di pagi buta yang menentang keputusan meri rasanya mustahil. Meri kembali tak bersemangat memikirkan ide itu tak akan berhasil.

Karena sibuk dengan pikirannya, meri terkejut saat mobil ternyata sudah berhenti di halaman rumah. Meri turun dengan wajah kecewa, melangkah lesu tak bertenaga sedangkan rido masih sibuk memasukkan mobilnya ke garasi. Mobil yang mereka gunakan bukanlah mobil sport rido yang sering di gunakan rido sehari-hari karena berharap bisa membawa jackob pulang bersama hari ini. Mobil itu hanya digunakan rido sesekali jika akan berlibur bersama temannya dalam bentuk rombongan.