"Aku salah." Berdiri di depan Profesor Mcgonagall, Arel berkata dengan pasrah, tidak bisa lagi memikirkan tindakan perlawanan.
Ini adalah hari pertama untuknya, tetapi dia langsung dipotong sebelum melangkah jauh.
"Selamat malam Arel." Sapa Profesor Mcgonagall dengan wajah yang tegas, terlihat bahwa dia tidak bahagia saat ini, "Sepertinya kamu masih memiliki kesadaran diri untuk mengetahui kesalahan, tapi mengapa kamu malah melakukannya?"
"Aku hanya ingin jalan-jalan." Arel sebenarnya ingin menjawab asal-asalan, hanya saja melihat wajah profesor yang buruk, itu hanya menjadi keinginan semata.
"Jalan-jalan?" Tatapan profesor yang tajam membuat Arel merasa telah dilihat yang membuatnya tidak nyaman, jika ini orang lain mungkin Arel telah pergi mengabaikannya dan mulai bersembunyi lagi, tapi itu hanya jika belaka, kenyataannya berbeda.
"Tak ada satupun yang memberi hak pada seorang siswa untuk berkeliaran di malam hari." Tegas Profesor Mcgonagall.
"Karena itu, aku akan menghukum dengan 50 poin dikurangi darimu."
Arel yang mendengar hukumannya sudah tidak tahu harus apa, dia hanya akan diam dan menerimanya, pasrah.
"Dan untuk menghindari kamu melakukannya lagi, aku akan membiarkanmu membantu Hagrid besok setelah pelajaran selesai."
'Ahhh… ini banyak.' Arel hanya berani mengeluh lewat pikirannya, dia tidak ingin menambah bebannya lagi, ini sudah cukup banyak.
"Kalau begitu, sekarang masuk dan tidurlah." Ucap Profesor Mcgonagall setelah memarahi Arel, "Dan tidak ada lagi keluar malam."
"Baiklah." Arel hanya bisa menggigit nasibnya dan menerimanya.
"Caput Draconis."
— — —
Arel yang telah menerima hukuman di hari pertama, sekarang masih terjaga di tempat tidurnya, memikirkan sesuatu.
Dia masih bingung mengapa tubuhnya mengabaikan keberadaan Profesor Mcgonagall.
Dia yang selalu melewati jalan yang kacau tidak pernah menghentikan kewaspadaannya terhadap bahaya.
"Apakah Profesor Mcgonagall bukan bahaya?" Bisik Arel di tengah kegelapan malam.
Dia merasa buruk, dia telah membuang keberadaan Profesor Mcgonagall dengan tidak sengaja dari tubuhnya.
Dia telah melupakannya atau bisa dibilang tubuhnya telah melupakan bahaya dari Profesor Mcgonagall.
"Mengapa?* Arel masih bertanya-tanya, tidak tahu harus memikirkan apa.
Dia yang telah lama hidup di tengah keburukan, apakah dia telah melupakan rasanya kebaikan?
Itulah mengapa dia tidak bisa merasakan Profesor Mcgonagall? Hanya itu yang bisa dia pikirkan.
Tubuhnya secara tidak sadar meningkatkan kewaspadaannya akan bahaya secara ekstrim.
Namun, meninggalkan yang namanya perasaan kebaikan.
Arel mengeluh, mengapa ini terjadi?
Apakah karena aku terbiasa?
Dia mengingatnya, kata-kata saudaranya, selalu ada harga untuk setiap hal.
Apakah ini harganya? Ini terlalu mahal.
Dia sedih, memikirkan waktu di Diagon Alley, dia telah menerima keberadaan Profesor Mcgonagall, apakah itu adalah alasannya?
Dia tidak tahu harus apa untuk mengatasinya, mungkin lebih baik untuknya terbiasa dengan kehidupan ini, baru memikirkan masalah ini.
Dia tertidur, tidak lagi ingin memikirkan masalah rumit ini, dia masih lebih suka membiarkan apa adanya.
— — —
Pagi hari, Arel telah bangun lebih awal, itu sudah menjadi kebiasaannya dan dia tidak berniat untuk mengubahnya.
Mengeluarkan buku untuk pelajaran pertamanya, dia tidak ingin terlambat.
Bukan karena dia adalah siswa yang baik dan teladan, itu hanya karena pelajaran pertama adalah pelajaran Profesor Mcgonagall, dia tidak ingin tahu hal apa yang akan menantinya jika datang terlambat.
Berjalan mengabaikan Ron, Harry dan Neville yang masih tertidur pulas di tempatnya, dia pergi keluar dari ruang rekreasi.
Dia tidak bisa tidak terpikirkan tentang betapa hati-hatinya dia di malam hari sebelumnya yang hanya ingin keluar dan sekarang dia bisa keluar-masuk sesuka hatinya, dia tidak perlu khawatir tentang penjaga sekolah mengejarnya.
Dan ngomong-ngomong, dia akan mencari tahu akar penyebab tragedi yang menimpanya, makhluk berpakaian cerah, dia akan membiarkan makhluk itu merasakan rasanya.
Sampai di depan tangga, dia terlihat kebingungan.
Jalan mana yang harus dipilih? Tangga ini berubah-ubah, mengapa begitu sulit hanya untuk berjalan ke kelas.
Ditambah dengan kelas transfigurasi di lantai dasar yang berada di bawah lantai pertama dan ruang rekreasi Gryffindor yang berada di lantai tujuh, ini jauh, ini benar-benar jauh.
Dia memutuskan, dia akan diam di sini.
Lagipun, dia merasakan akan ada seseorang yang datang, itu adalah gadis pengganggu di kereta, Hermione Granger.
Ngomong-ngomong, jangan lihat Arel yang penuh rasa bingung, itu hanya terjadi di pikirannya, dia tidak mengubah wajah acuh ya sejak awal.
Menoleh kebelakang, dia melihat gadis kecil berjalan membawa buku di tangannya, tidak terburu-buru dan tidak terlalu pelan, hanya berjalan biasa.
"Arel kan?" Tanya Hermione itu yang sepertinya telah melihat Arel menatapnya.
Kali ini, Arel yang telah mengalami kesulitan tidak mengabaikannya, tapi meski begitu responnya masih terbatas dan hanya menganggukkan kepalanya.
"Apakah kamu akan pergi ke kelas?" Hermione berjalan menghampiri Arel.
Anggukan kepala diberikan oleh Arel sekali lagi, masih tidak berniat untuk berbicara.
"Oh… kalau begitu, ayo bersama!" Ajak Hermione.
Arel tidak membantahnya, dia berjalan ke sisi Hermione dan mengikutinya, dia bisa mengandalkan Hermione untuk pergi ke kelas, itu bagus.
Kali ini, Hermione tidak mempertanyakan kurangnya sikap Arel, sepertinya dia telah mengamati bahwa Arel adalah orang yang suka diam, selama dia memberikan respon, itu cukup bagi Hermione untuk mengobrol.
— — —
Kelas yang ramai orang itu penuh kesunyian, itu akan terlihat rapi jika dilihat dari jauh.
Namun sangat disayangkan, alasan diamnya seluruh siswa adalah kucing putih belang yang duduk di atas meja.
Tiba-tiba, di tengah kesunyian kelas ada suara mendecit dari pintu, pertanda bahwa ada yang membuka pintu.
Banyak siswa yang menoleh penasaran, sedangkan Arel hanya diam karena dia sudah tahu siapa yang akan masuk.
Dua orang yang satu kamar dengannya, Harry dan Ron.
Suara langkah yang terburu-buru terdengar jelas di kelas, "Fiuh… Berhasil." Ucap Ron dengan wajah penuh kelegaan tanpa mengetahui bahwa kucing di depan telah menatapnya.
"Bisa kau bayangkan wajah Profesor Mcgonagall kalau kita terlambat?" Kata Ron dengan wajah polosnya kepada Harry yang telah sadar dengan kucing di meja.
Saat itu juga, kucing melompat dan berubah.
Itu membuat mulut Ron terbuka tanpa sadar, "Wow, keren sekali!"
"Oh… terima kasih atas penilaianmu Tuan Weasley." Balas Profesor Mcgonagall yang melihat kekaguman di wajah Ron.
Tapi, dia tidak mengurungkan niatnya hanya karena pujian belaka, "Mungkin akan lebih berguna bila aku mengubahmu menjadi sebuah jam saku?"
Mendengar perkataan Profesor Mcgonagall membuat Harry dan Ron meneguk tanpa sadar.
Arel yang menyadari ketakutan mereka berdua memiliki senyum tipis, 'Kalian merasakannya.'
Arel tertawa dalam hatinya, hanya jika berkaitan dengan Profesor Mcgonagall dia memiliki sedikit fluktuasi emosi.
Walaupun dia masih belum melupakan keluhan yang dimilikinya atas hukuman yang diberikan, dia masih merasa lucu melihat ini.
Akhirnya bukan hanya dia yang terkena teguran Profesor Mcgonagall.
Bukan hanya dia yang melihat betapa mengerikannya seorang wanita tua.