webnovel

Lari

Untuk pertama kalinya di dunia ini, Arel mengumpat dengan keras.

'Tenang Arel, tenang.' Berusaha menenangkan dirinya sembari berlari melarikan diri, Arel hanya bisa mengeluh tentang keluhan apa yang dimiliki makhluk sebelumnya.

Mereka belum pernah bertemu, namun mengapa makhluk itu begitu nakal?

Menyusuri lorong dengan cepat, Arel berniat menggunakan jalur sebelumnya untuk kembali ke asrama, dia merasa itu adalah tempat yang tepat.

Namun, alangkah baiknya jika pelariannya berjalan mulus, saat dia sampai di belokan, dia mendengar langkah kaki yang terburu-buru.

'Seseorang? Di waktu ini? Hal sial apa.'

Dengan hati yang penuh protes terhadap keadaan, dia mengintip ke balik lorong, penasaran dengan siapa yang datang, siapa tau itu adalah orang yang dikenalnya, yang membuatnya merasa mudah.

Harapan, itulah hal yang membuat seseorang berjuang dalam keadaan yang tidak baik, tapi orang-orang juga lupa bahwa harapan hanyalah harapan, bukan kenyataan.

Itulah yang dirasakan Arel sekarang, bibirnya cemberut keras.

Hal yang dia harapkan pupus dengan cepat, dia melihat orang berlari membawa kucing, dan jika dia tidak salah mengingat, itu adalah penjaga sekolah, Argus Filch.

Dia berbalik, berpikir untuk menyusuri jalan lurus di persimpangan tangga, itulah jalan terakhir yang bisa dia pikirkan, bagaimanapun pikiran Arel tentang Hogwarts sangat terbatas, dia baru sampai.

Argus Filch yang tergesa-gesa sebenarnya bertujuan untuk mendatangi makhluk berpakaian cerah sebelumnya, namun setelah melihat Arel, itu langsung mengubah niatnya dengan cepat.

"Siswa di sana, berhenti!" Teriak Argus seraya mengejarnya.

Arel yang mendengar teriakan Argus tidak mau repot-repot untuk menoleh, dia hanya ingin lari dari keadaan sial ini.

Terus berlari, melewati lorong panjang, mengabaikan tangga.

Arel mengabaikan tangga bukan karena ada yang menjaganya, dia hanya merasa jika lewat sana, keadaannya akan bertambah buruk, dan bahkan akan membuat wakil kepala sekolah juga turun tangan untuk mengejarnya, yakni Profesor Mcgonagall yang jelas dia enggan untuk bertemu saat ini.

Dan untuk kepala sekolah? Kupikir kakek tua itu tidak begitu tertarik tentang hal ini, jadi lari saja.

Arel yang terus berlari lurus juga berpikir bahwa dia tidak akan bisa lepas dari Argus jika hanya seperti ini, dia butuh tempat bersembunyi.

Apapun, apapun itu selama bisa menyembunyikan tubuhnya, dia akan masuk.

Melirik ke kanan-kiri, dia hanya menemukan bahwa lorong Hogwarts benar-benar buruk, itu kosong, tidak ada apapun.

Dia hanya bisa berlari.

Hingga… dia menemukan bahwa di depannya hanya ada belokan mengarah ke kanan, dia melewatinya, dan hanya menemukan persimpangan dan tangga.

Berpikir keras tentang jalan mana yang dia ambil, persimpangan atau tangga? Atau menyerahkan diri?

Persimpangan? Tidak mungkin, dia melihatnya dan hanya mengabaikannya, itu sepertinya hanya jalan berputar.

Tangga? Dia mungkin bisa mendapatkan masalah lebih banyak hanya karena menyusuri jalan yang lebih panjang.

Menyerahkan diri? Sial, siapa yang mau dengan rela membiarkan dirinya terkena masalah jika dia bisa berjuang?

Menggigit lidahnya, Arel memutuskan, dia akan melewati tangga, jika masalah menjadi lebih besar, maka jadilah.

Tapi, sebelum Arel melangkahkan kakinya ke tangga, dia hanya bisa memarahi keberuntungannya.

'Sial, sial.' Arel melihat seseorang dengan tubuh kerdil berjalan menaiki tangga, jika dia benar, itu adalah seorang profesor, dia melihatnya di deretan meja profesor saat jamuan makan sebelumnya.

Tanpa pikir panjang, Arel berbalik dan menuju persimpangan.

Profesor kerdil tersebut sepertinya tidak menyadari bahwa ada siswa yang mengeluh tentangnya, dan terus berjalan menuju lantai tujuh.

Melewati persimpangan, dia menyadari bahwa di sisi lawannya ada Argus Filch yang terburu-buru, orang itu ternyata memotong jalannya.

Melihat belakangnya, itu adalah profesor kerdil, dan depannya ada Argus Filch.

'Ughhhhh.' Dia sial, tapi dia tidak akan menyerah begitu saja, berpikir bahwa lorong ini panjang, pasti ada jalan.

Walaupun dia telah melewati banyak lorong, tetap saja dia tidak akan berhenti berusaha hanya karena tidak adanya tempat bersembunyi di lorong-lorong sebelumnya.

'Tempat bersembunyi, tempat bersembunyi.' Berjalan bolak-balik, menoleh kanan-kiri, berharap menemukan tempat untuk menyelipkan tubuhnya yang kecil.

Dengan pemikiran yang begitu kuat untuk bersembunyi, dia menemukan sebuah pintu.

Itu aneh, karena apa? Dia telah berjalan menatap semua detail yang ada, dan pintu yang harusnya terlihat jelas, tidak dia sadari, kalau bukan aneh, lalu apa?

Drap drap

Itu semakin dekat, suara langkah kaki.

'Persetan dengan apapun.' Arel mengambil langkah, membuka pintu seperti itu adalah hal terakhir yang ada.

Dia masuk, menutup pintu dengan perlahan tapi pasti, walaupun dia telah memasuki keadaan yang tidak beruntung, dia tidak melepaskan rasa rasionalitasnya.

Dia yang telah berjuang begitu lama, bagaimana mungkin tidak memperhatikan detail kecil ini, jika dia menutup pintunya dengan terburu-buru, apa bedanya dengan dia memberi tahu kepada dunia tentang simpanannya?

Setelah menutup pintu, Arel akhirnya memiliki waktu bernafas, dia yang telah berlari di sepanjang lorong, tertekan dengan keadaan, akhirnya mengambil nafas.

Dia juga tidak akan melupakan makhluk sebelumnya, makhluk yang membuatnya jatuh ke keadaan ini, dia akan membalasnya, pasti.

Melihat sekelilingnya, Arel sadar bahwa itu bukan sebuah ruangan.

'Sialan.' baru dia bernafas, dan kemudian dia langsung jatuh lagi.

Itu tempat kecil dengan sebuah sapu yang bersandar di sudut, 'Ini hanya lemari sapu, sialan.'

Dia pasrah, tidak ada jalan keluar.

Dia tidak akan melakukan perlawanan lagi, ini hanyalah jalan buntu.

Dia akan menunggu tertangkap, mengingat seluruh tragedi ini.

Dia terpikirkan, waktu ini adalah waktu dia paling banyak mengumpat setelah kehilangan saudaranya.

Ini terasa melegakan, tanpa disadari oleh Arel, bibirnya terangkat.

Dia telah bersedia untuk ditangkap, namun wajahnya penuh kelegaan yang terlihat tidak sesuai tempatnya.

— — —

Di lorong, Argus Filch yang sebelumnya berlari mengejar Arel, melihat kosongnya lorong.

Terus melangkah lurus dan menemukan profesor kerdil yang telah dilihat Arel sebelumnya.

"Profesor Flitwick, apakah kamu melihat siswa yang melanggar jam malam?" Tanya Argus segera.

*Siswa melanggar jam malam?" Suara yang agak melengking keluar dari tubuh kecil profesor, "Itu tidak ada lewat tangga, ayo aku akan membantu."

Mereka berdua pergi tanpa tahu bahwa Arel telah berdiri menunggu penangkapannya.

Dan di sisi lain, Arel juga tidak mengetahui bahwa pengejarnya telah kehilangan dirinya.

— — —

'Mengapa begitu lama?' Arel yang masih belum tahu keadaan di luar, merenung dalam kebingungan.

Dia tidak tahu hal apa yang terjadi, jadi dia menunggu.

Waktu berlalu, tanpa disadari itu telah lewat satu jam penuh.

Tapi… tidak ada yang membuka pintu lemari ini.

Mengapa? Entahlah, Arel tidak ingin memikirkannya, dia hanya akan keluar dan melihatnya langsung.

Aneh… itulah yang ada di pikiran Arel pertama kali saat melihat keluar.

Itu kosong, tidak ada siapapun, profesor kerdil dan Argus Filch.

Itu kembali ke suasana lorong panjang yang kosong, tidak ada perasaan tekanan apapun.

Arel yang kebingungan memutuskan untuk membuang pikiran ini dan buru-buru melangkah ke asrama.

Lebih baik kembali, melihat-lihat bisa dilakukan esok.

Dengan langkah pasti dan hati-hati, dia berusaha untuk mengawasi sekelilingnya dengan lebih teliti.

Tidak akan mengabaikan hal kecil apapun, dia tidak ingin kembali ke situasi melelahkan sebelumnya.

Berpikir tentang makhluk yang tidak dikenal sebelumnya, dia hanya menghela nafas, bagaimanapun itu adalah salahnya karena kurang pengetahuan.

Berjalan dengan tenang tanpa meninggalkan suara berlebih, itu benar-benar senyap.

Di sana, itu hanya berbelok dan menuju persimpangan tempat nyonya gemuk.

Masih dengan kewaspadaan yang tinggi, dia berjalan.

Berjalan dan terus berjalan, hanya untuk mendapatkan wajahnya kaku dan langkahnya terhenti.

Matanya berkedip, berulang-ulang, hanya untuk memastikan apa yang dilihatnya.

Dia tidak bergerak, berdiri dengan pasrah, berpikir tentang betapa sialnya hari ini.

"Arel Arva, datang ke sini!" Suaranya yang keras membangunkan Arel tentang situasinya.

'Aku tidak merasakannya.'

Ya, itu adalah Profesor Mcgonagall yang sedang berdiri di samping lukisan nyonya gemuk.

'Aku telah melupakan keberadaannya.'