webnovel

TARGET KESENANGAN

Malphas mulai mencari target untuk kesenangannya, terlalu lama ia mengabaikan kebutuhannya. Ia harus memenuhinya saat ini, ia membutuhkannya sekarang.

Diputarnya bola mata Malphas, menemukan wanita seksi yang sedang menikmati minumannya sendiri, Malphas mendekatinya dan bercakap-cakap.

"Hey, sendiri di sini?" tanya Malphas basa-basi. "Bagaimana pendapatmu tentang tempat kami?"

"Tempat yang bagus dan nyaman, bahkan tempat ini pertama yang kujumpai memberikan minuman gratis di hari pembukaannya secara penuh, tentu aku harus menikmatinya!" dia berseru, lalu meneguk kembali minumannya. "Aku sendiri, menunggu seseorang pria menyewaku, aku seorang wanita pemuas pria."

Mereka saling berkenalan, wanita itu bernama Shana, lahir di New York. Orang tuanya berasal dari Inggris.

"Mau bermain denganku?" Dia diam, seperti sundal pada umumnya. Diam berarti mau!

Tanpa bertanya lagi, "Baik, ikutlah aku kentempatku!" Malphas langsung memutuskan.

Mereka bercinta di salah satu kamar di Dream Lover House. Setelah puas seperti biasanya, Malphas tinggalkan tempat yang mereka pakai kembali ke rumahnya.

Saat berendam setelah mandi, bayangan Hanbi muncul kembali. Bagaimana Hanbi bisa hidup kembali?

"Aku masih belum yakin tetapi tidak mungkin bisa mataku tertipu dua kali dengan ilusi karena rindu yang memuncak?"

Rutinitas kesibukan, membuat Malphas melupakan kenangan Hanbi. Hingga suatu saat menjelang pagi saat ia selesai memeriksa laporan Mariana, Malphas keluar dari Dream Night House—salah satu tempat persundalan Malphas—. Ia melihat Hanbi bermesraan dengan pria kurus. Jantung Malphas berdetak kencang. "Bagaimana mungkin?"

Malphas langsung memanggil Mariana dan bertanya tentang siapa wanita itu.

"Dia imigran dari Italia, datang ke Amerika saat remaja dan sudah di Amerika selama lima tahun lebih," Mariana menjelaskan. "Pernah menjadi simpanan temanku dan pernah mencoba membuka bar tetapi bangkrut."

Otak Malphas berpikir, lima tahun yang lalu Hanbi masih bersamanya. Wajahnya terlihat sama saat itu, seandainya Hanbi masih hidup mungkin sudah lebih tua. Apakah yang terjadi? Malphas binggung memikirkanya. Jantungnya berdetak semakin kencang.

Tanpa malu ia berkata ke Mariana, "Bisakah, kau mengatur aku dengan dia, aku tertarik melihatnya."

"Tidak bisa, kau akan kecewa," jawab Mariana.

"Kenapa, bukankah dia seorang bayaran, asal aku membayar. Dia pasti mau?" tanya Malphas.

"Dia wanita baik, walaupun bekerja sebagai pemuas tidak pernah menipu dan selalu membantu orang yang membutuhkannya, bahkan di saat kelaparan. Dia mendapat sisa makanan dari restoran di depannya. Lalu, ada pengemis juga yang kelaparan ... ia rela memberikan untuk pengemis itu!"

Malphas membayangkan bagaimana mungkin mereka mirip, wajahnya seperti dibuat dari cetakan yang sama, sifatnya pun sama seperti Hanbi yang berhati malaikat, bahkan tinggi dan beratnya identik sama.

"Tuhan benar-benar menghukumku, bagaimana aku bisa bertemu dengan wanita yang sama. Wanita yang pernah mengisi hatiku, wanita yang rela mati demi menyelamatkanku, wanita yang tidak kuhargai selama setia di sisiku. Tetap kurindukan setelah malaikat maut membawanya pergi," lirih Malphas dalam hati.

"Aku mengenalnya dengan baik. Karena sahabatku mencintainya, dalam bercinta pun Bihan seorang wanita yang lihai. Selama kekasihnya memenuhi kebutuhannya, dia tidak pernah menjual diri lagi, tapi sayang kekasihnya tertembak setahun yang lalu, dia kembali miskin. Aku membantunya untuk merubah diri lalu dia mulai menjual diri lagi," sambung Mariana.

"Aku menginginkannya, dia mengingatkanku pada seseorang." ... "Mengingatkanku pada kekasihku yang sudah di surga," lirih Malphas ingin menangis.

"Maaf, aku tidak tahu hal itu sebelumnya," kata Mariana.

"Bukan salahmu, wajahnya benar-benar mengingatku padanya." Malphas semakin sedih.

"Mungkin aku bisa membantumu, tetapi bukan aku yang melakukannya, tentu saja. Aku hanya tahu caranya, pilih salah satu priamu untuk menyewanya, kemudian kau menggantikan pria itu," kata Mariana.

"Apa maksudmu?" Malphas bingung dengan Mariana.

"Bihan seorang yang memiliki hasrat tinggi, jika sudah naik susah untuk berhenti, pilih priamu yang memiliki tubuh kurus untuk membangkitkan hasratnya. Kemudian kau bisa mengantikannya saat hasratnya sudah naik. Bihan tidak mungkin untuk berhenti," kata Mariana.

"Bagaimana kau mengetahui Bihan menyukai pria kurus dibanding yang besar dan kekar. Kupikir, pria itu sama saja karena berbatang. Aku pasti juga bisa!" Malphas berseru.

"Aku juga tidak tahu, tetapi Bihan sepertinya lebih menyukai pria kurus tak berotot. Sahabatku yang pernah bersamanya, adalah pria yang kurus. Pasti kau juga melihatnya, Bihan selalu bersama pria kurus!"

Malphas diam. Sebelumnya ia memang melihat Bihan bersama dengan pria kurus. Tapi, Malphas pikir itu hanya klien yang memang tidak harus dilayani. Bukan karena pilihan Bihan sendiri. Ternyata, Malphas salah. Kalau begitu, Malphas tidak bisa. Ia terlalu besar dan kekar untuk menjeratnya.

"Sebenarnya aku tahu penyebabnya tetapi aku hanya diam, kekasihnya sahabat baikku, kehebatan Bihan memuaskan pasangannya juga dari sahabat priaku itu.".

Malphas bingung, bayangan Hanbi tiba-tiba memenuhi otaknya, Malphas teringat saat pertama bercinta dengan Hanbi, ia harus menggunakan obat aphrodisiac. Saat itu Hanbi sangat memuaskan Malphas.

"Siapa pria kurus yang harus digunakan?" tanya Malphas.

"Jika kau setuju, aku yang akan mengaturnya, Bihan akan berhasrat jika pria itu kurus dan tinggi," kata Mariana.

"Baiklah, pastikan pria itu bisa menjaga rahasia, aku tidak ingin malu jika gagal," jawab Malphas.

"Kapan kau ingin melakuan hal ini?" tanya Mariana.

"Secepatnya lebih baik, aku tidak ingin melihat milik pria itu memasuki lobang Bihan sebelum bercinta denganku, aku hanya mengunakan pria kurus itu menambaj hasratnya," jelas Malphas.

"Baiklah besok kita atur," kata Mariana.

Mariana benar-benar bisa Malphas andalkan. Dia mengatur semua seperti seorang yang ahli dalam bidangnya.

Malphas sudah berada di kamar, tempat mereka akan menjerat Bihan. Pascal dan Bihan memasuki kamar itu, Malphas meminta lampu untuk tidak digelapkan. Ia tidak ingin mereka berpelukan, Malphas ingin merasakan aroma tubuh wanita itu tanpa tercampur dengan aroma lain. Mariana sudah meminta Pascal untuk melakukan yang Malphas inginkan.

Mereka saling menyapu bibir. Hati Malphas bergetar. "Bagaimana mereka memiliki kesamaan gaya saling kecup, sesuatu yang mustahil."

Tangan Bihan menyelinap dan meremas lengan Pascal yang kurus seperti hanya tulang saja. "Tangannya pun terlihat sama." Hati Malphas bergetar mengingat tangan Hanbi meremas lengannya dulu saat masih belum besar dan mengecupnya. Benar yang terjadi Bihan memainkan lidahnya di bawah leher Pascal. Kemudian tangannya turun ke bawah di selipkan tangan meraba milik Pascal sambil bibirnya tetap bermain di bawah leher itu.

Saat Bihan ingin membuka baju Pascal secara keseluruhan Pascal menolak justru sebaliknya. Pascal berbisik, "Buka milikmu aku ingin melihatnya,"

Bihan tanpa rasa malu langsung membuka baju atasnya, sungguh tidak bisa Malphas percaya. "Pundaknya pun seperti milik Hanbi." Ia teringat pundak Hanbi ada tanda bercak merah dari lahir, itulah yang tidak di miliki Bihan, lega rasanya mengetahui mereka bukan wanita yang sama. Dia bukan Hanbi yang hidup kembali.