webnovel

REKRUT

Keesokan harinya Malphas ke markas Demon seperti biasa. Ia bertemu dengan Si Rambut Keriting Hidung Bengkok, Jose Zepar.

"Aku akan pulang hari ini, beruntung bisa bertemumu untuk menyampaikan salam perpisahan," ujar Jose.

Jose merengkuh dan berbisik. "Bagaimana, kau menikmati acaramu semalam, rancangan kamarku tidak mengecewakan, bukan."

"Oo ..., ternyata kau membantu putri jelitaku menyiapkan semuanya. Terima kasih," ucap Malphas.

Apollyon menyelesaikan seluruh Lauviah dengan sempurna.

Dengan akal licik Apollyon bersama ibu Malphas—Lilith—wanita yang penuh ambisi, memaksa untuk memperluas wilayah ke Amerika.

Apollyon menjanjikan sebagian usaha di Amerika menjadi milik Devil. Sebenarnya wilayah Amerika sudah menjadi wilayah penjualan barang haram waktu Abaddon, tetapi hanya sebatas sebagai pemasok saja. Saat ini yang diinginkan Apollyon menjadi pengedar dan membuka berbagai tempat hiburan malam.

Setelah berbagai survei lokasi dan usaha keras, akhirnya mereka menyelesaikan bangunan persundalan dan bar di New York. Untuk tempat persundalan bernama, Dream Lover House, bar pertama dengan nama, Li-Night Bar and Wine. Keduanya menunggu pembukaan. Bahkan para pekerjanya pun sudah siap.

Malphas bertugas mengurusi semua usaha Demon. Ia membagi pekerjaan di Demon. Arioch mengurusi bar dan persundalan atas nama Devil seperti janji Apollyon. Maira dibantu Gremory dan Nelchael mengurusi pengedaran barang haram. Untuk pekerja wanita penghibur dibeli dari perdagangan manusia di pasar gelap, semua diserahkan ke Gremory.

Untuk keperluan persaingan usaha, Malphas sering secara diam-diam menyamar berkeliling di berbagai tempat persundalan.

Malphas hanya bisa mengamati sambil minum di bar-bar di sekeliling rumah sundalan itu. Saat hampir pagi, banyak pria tampan berbadan menarik menjemput pulang pasangannya yang bekerja sebagai sundal.

Betapa beruntungnya para wanita itu, setelah bekerja memuaskan langganannya. Mereka masih disambut pria tampan kekasih mereka, atau justru kekasihnya yang menjualnya di tempat seperti itu.

Hidup di dunia malam sungguh sesuatu yang mengerikan, Malphas ingin mencoba masuk ke salah satu rumah sundalan paling ramai di wilayah itu. Tetapi hatinya dipenuhi rasa tidak percaya diri.

Ia harus berpikir keras untuk membuat tempatnya menjadi terkenal. Beberapa anak buah, ia sebar untuk membuat gosip seputar perkumpulan para pria yang duduk di sekitar rumah panas tersebut, bahkan beberapa sengaja Malphas susupkan untuk menjadi pelanggan mereka.

Laporan masuk setiap hari dari mereka yang Malphas tugaskan. Ternyata pria-pria sexy di luar rumah maksiat bekerja sebagai pria pemuas para sundal, mereka dibayar murah untuk kebutuhan birahi para sundal yang bekerja memuaskan para pria kaya.

Malphas berkesimpulan bahwa wanita itu bekerja tidak boleh memuaskan diri sendiri.

"Mereka harus mempunyai kemampuan untuk memuaskan pelanggan," pikir Malphas. "Aku harus merekrut seseorang untuk melatih para sundal di tempatku, seorang wanita terlaris atau mantan primadona di sini atau dari tempat lain harus kubayar mahal untuk melatih para manusia yang kubeli dari pasar gelap penjualan manusia. Aku harus menemukan orang ini."

Adiknya—Arioch—yang seharusnya Malphas tugaskan untuk hal itu, terlalu pemalu untuk mengumbar diri. Bahkan untuk memuaskan diri, menyewa wanita penghibur pun. Arioch selalu bersembunyi-sembunyi, takut dan malu kalau ketahuan.

Untuk bar, Malphas tinggal memberikan harga lebih murah pada hari pembukaan, pasti pengunjung banyak berdatangan. Atau memberikan di minuman gratis untuk pembelian tertentu, dan selebaran serta baliho besar termasuk dalam rencana sebelum pembukaan.

Tekanan pekerjaan sungguh membebani Malphas, setiap melihat wanita-wanita seksi, hasratnya menggebu, namun semuanya ia tekan, semakin membuat hasrat di hatinya memberontak.

Gosip berita tentang, Dream Lover House sudah terkenal sebelum pembukaannya. Demikian, Li-Night Bar ramai dibicarakan.

Akhirnya, Malphas menemukan seorang sundal tua bernama Mariana, bagai bunga yang sudah layu. Masa kejayaan wanita itu sudah berakhir, sekarang semua pelanggan Mariana adalah lelaki tua yang tidak berdaya atau pria miskin yang membayarnya murah. Bahkan untuk menambah penghasilannya, dia harus bekerja sebagai pekerja kasar serabutan di siang hari. Setiap malam, Mariana selalu membutuhkan jasa pria muda untuk memuaskan dirinya. Melalui informan Malphas, Mariana seorang bintang di masa muda, bahkan banyak lelaki kaya yang terjerat olehnya.

Mariana sempat dijadikan simpanan boss mafia sebelum lelaki itu tewas terbunuh.

Akhirnya Malphas bertemu dengannya.

"Aku ingin kau bekerja untukku," Malphas menawarkan pekerjaan.

"Tidakkah salah memilihku, aku sudah tidak seperti dulu," Mariana berujar merendah diri.

"Tidak! Kupastikan, tidak!" kata meyakinkan Malphas.

"Aku tidak seperti dulu, tempatmu akan hancur jika memakaiku," kata Mariana.

"Masa jayamu sudah berakhir, mungkin kau bekerja juga tidak lama lagi."

"Aku menyadarinya, dunia ini sudah membuangku setelah semua manisku diambil. Sekarang mereka membuangku, memang itu yang terjadi, semua pun harus mengalaminya." jawab Mariana.

"Sekarang, aku akan mengembalikan masa jayamu," jawab Malphas.

"Apakah kau bisa mengembalikan masa mudaku. Haha ...,"Mariana sedikit bercanda, tertawa.

"Aku tentu tidak mengembalikan masa mudamu ..., tetapi masa jayamu."

"Apakah mungkin?" dia terheran.

"Sukses bukan hanya menjadi sundal, aku ingin kau bekerja untukku bukan untuk menjual dirimu lagi."

"Aku tidak punya keterampilan, selain menjual diri."

"Ada, tetapi kau tidak menyadarinya." ... "Aku ingin kau bekerja untukku, berarti kau memilikinya."

Hening ....

"Aku tidak mengerti maksudmu," kata Mariana.

"Aku ingin, kau ajarkan kehebatanmu pada para pekerjaku. Caramu memuaskan pelanggan," Malphas menjelaskan.

"Mengajar seperti itu tak butuh waktu lama, jika mereka sudah pintar. Kau akan melemparku," katanya.

"Tidak, aku akan mengajarkanmu cara mengelola usaha ini seterusnya, aku ingin kau mengawasinya bagi mereka yang bekerja. Tidak baik kau kuberi wewenang menindaknya atau melaporkan kepadaku."

"Aku akan banyak memiliki usaha ini, aku bekerja banyak bidang, aku akan membuka club malam juga kasino. Jadi aku butuh wakilku di setiap usaha, aku akan mencari orang seperti dirimu untuk memimpin satu per satu semua rumah usahaku. Aku membutuhkan seorang yang ahli dalam bidang bar, restoran, kasino, juga club malam. Aku butuh banyak tenaga profesional."

"Kalau kau setuju, kau boleh mulai bekerja besok. Aku yakin, lebih baik di sini dari pada menjadi tukang cuci piring di hari tuamu." ... "Baiklah. Aku tunggu keputusanmu, mungkin kau punya teman yang ingin bekerja seperti yang kubutuhkan, aku tidak butuh sundal dari tempat lain. Aku sudah punya pekerja wajah baru di tempat ini."

Malphas menatap wanita tua yang cantik itu. Dan pastinya lebih segar saat masa mudanya.

"Aku setuju."

"Gunakan keahlianmu di tempatku." ... "Besok kau mulai bekerja."

***

Semua berjalan lancar, Dream Lover House sukses acara pembukaannya mulai menjadi pembicaraan.

Mariana bekerja sesuai keinginan Malphas, dia melatih pekerja dan mengawasinya. Sebuah motto dicetuskan para pekerja, yaitu tidak boleh memuaskan diri sendiri, kepuasan pelanggan harus diutamakan.

Bar di sebelah pun banyak mengundang tamu. Pembukaan bar di hari pertama mereka membagikan minum gratis.

Saat acara pembukaan, secara sepintas Malphas melihat Hanbi, cinta pertamanya. Mungkin ada rasa rindu yang membuatnya terbayang wajah Hanbi. Karena kesibukan, Malphas abaikan matanya atau bayang-bayang Hanbi. Saat sibuk hatinya berpacu dengan hasratnya.

Setelah mulai pagi dan sepi, Malphas melihat kembali Hanbi pergi meninggalkan bar bersama seorang wanita sundal. Otak Malphas berpikir bagaimana mungkin, Hanbinya tertembak di depan matanya dan meninggal di pangkuannya. Malphas menggeleng, mungkin ia terlalu capek butuh dipuaskan hasrat yang terpendam lama.

"Tapi, mungkinkah Hanbi kembali dari neraka untuk mengejek keadaanku yang sekarang?"

Malphas kembali mengguncang kepalanya, dan kali ini lebih kuat agar ia bisa lupa bahkan amnesia jika diperlukan. Semua ia abaikan, Malphas butuh yang lain dari pada memikirkan kerinduannya pada Hanbi.