Pascal menarik Bihan dam mendorongnya hingga telentang. Pascal berdiri meredupkan lampu dan Malphas mengantikannya.
Bibir Malphas langsung menyapu milik Bihan, tangannya tanpa sadar menekan kepala Malphas agar lebih mengerjainya. Tetapi secara reflek, Bihan langsung menarik Malphas dan berteriak.
"Siapa dirimu?" Wajahnya tampak binggung.
"Aku yang membayarmu," jawab Malphas. Ada rasa takut dia ditolak.
Akhirnya, Bihan kembali menekan wajah Malphas ke miliknya. Seperti yang Mariana katakan jika gairahnya sudah naik dia tidak peduli pria kurus atau pun kekar.
Malphas mulai bekerja seperti biasa yang ia lakukan, lidahnya bermain saat bibir mengerjainya. Malphas sengaja memainkan kekuatan bibir. Bibir Bihan meracau tidak jelas bercampur desauan. Jantung Malphas berdetak lebih cepat, hasratnya memuncak, kerinduan di pelukan Hanbi memenuhi jiwanya.
Malphas berdiri perlahan sambil memainkan lidahnya di perut, lalu naik, dan hampir seluruhnya ia lewati lidahnya. "Rasanya mirip sekali dengan milik Hanbi, bahkan aroma keringatnya pun sama. saat kulewati lehernya."
Malphas hembuskan nafasnya, Bihan bergetar, sungguh mirip dengan Hanbi. Akhirnya, Malphas telentang, Bihan otomatis bangkit dan mengarahkan miliknya pada batang Malphas dan memasukkannya.
Setelah beberapa saat Bihan bergerak lebih cepat, nafasnya pun terasa lebih keras. Malphas ingin menikmatinya sekarang, diabaikan kebiasaannya memuaskan sendiri setelah bercinta. Sensasi cinta Malphas kembali seperti saat ia bercinta dengan Hanbi. Bihan menjerit bersamaan dengan dicapainya kepuasan tertinggi. Lobang miliknya mencengkram Malphas lebih ketat membuatnya memuntahkan cairan panasnya. Bihan lelah dan berbaring memeluk Malphas erat.
Mereka saling kecup, kemudian Bihan berdiri hendak berpakaian.
Malphas langsung menyalakan lampu, ia ingin membedakan Bihan dan Hanbi dari dekat. Matanya mengamatinya langsung tanpa berkedip.
"Apakah ada yang salah?" tanya Bihan. Malphas mengeleng.
Saat Bihan membalik tubuhnya, Malphas melihat bercak merah seperti milik Hanbi, tetapi terletak dibawah pangkal lengan.
Malphas mendekatinya dan melihat semakin jelas, tangannya tanpa sadar menyentuhnya.
"Ada yang salah?" tanyanya saat melihat reaksi Malphas. "Wajahmu memucat, kau sakit?"
"Ti ... dak."
Malphas langsung memeluknya erat.
"Aku ingin kamu menemaniku tidur dan memelukku, Malam ini," permintaan Malphas terucap secara langsung tanpa ia pikirkan sebelumnya.
Bihan diam mungkin dia bingung tidak siap dengan permintaan Malphas.
"Aku akan membayarmu, hanya menemani tidur dan tidak lebih. Jangan khawatir ...."
Bihan akhirnya mengangguk. "Kau tidak perlu membayar untuk hal itu, kau bayar saja kerjaku tadi."
"Baiklah, ayo pakai bajumu, kita kembali ke rumahku," ajak Malphas.
Mereka berdua kembali berpakaian dan kembali ke rumah. Sebelum pergi, Malphas ucapkan terima kasih kepada Mariana dan Pascal yang membantunya.
Sampai di rumah. "Kau ingin mandi dulu, kau bisa bersihkan dirimu sebelum tidur." Sambil mengarahannya ke kamar mandi di kamar Malphas.
Bihan hanya mengangguk menurut keinginan Malphas. Ia menyiapkan sabun yang biasa Hanbi gunakan saat bersamanya, ia ingin membandingkan.
Menunggu dia mandi, Malphas pun mengunakan kamar mandi lain untuk membersihkan diri.
Otaknya berpikir, "Apakah Bihan adik Hanbi yang diambil orang untuk membayar hutang orangtuanya. Kata-kata Hanbi tentang tanda merah di bahunya dan tanda merah milik adiknya yang terletak di pangkal lengan," Malphas berusaha mengingatnya.
Semoga Bihan seperti Hanbi yang mau bercerita tentang masa lalunya, supaya Malphas bisa tahu semakin jelas.
Kembali ke kamar tidur, Bihan sudah selesai mandi dan berpakaian menunggu Malphas.
"Lepas saja pakaianmu yang kotor biar aku besok mencucinya, sekarang kita tidur saja. Besok akan kupinjamkan bajuku untukmu," kata ku. Bihan tampak binggung ingin menolak.
"Jangan malu, kita hanya tidur, jangan takut aku tidak akan meminta lebih."
"Aku tidak malu, aku hanya takut gairahku tidak bereaksi saat kau meminta lebih, aku sudah pernah mengalami hal ini dan berakhir buruk."
Malphas hanya tersenyum, yang ia rindukan bukan bercinta tetapi rengkuhan, rengkuhan yang selalu Hanbi lakukan. Entah apa yang ia rasakan ia tidak menyadarinya, Malphas langsung percaya kepadanya bahkan menginginkan dia tidur di kamarnya tanpa rasa khawatir. Semua di luar kebiasaannya. Ia bahkan rela mengalah membiarkan dia mengunakan kamar mandi pribadi di dalam kamar, sedangkan Malphas sendiri mengunakan kamar mandi yang berada di luar.
Mereka berdua tidur tanpa selembar baju di balik selimut, Malphas ingin dia merengkuhnya, Malphas ingin meletakan kepala Bihan di bawah lehernya yang bidangnya.
"Sungguh luar biasa, mungkin mereka kakak-beradik. Tetapi memiliki hampir kesamaan, caranyanya merengkuh dan aroma tubuh alaminya benar-benar sama."
Malphas merasakan ketenangan hati yang sudah lama hilang sejak kematian Hanbi. Ia berpikir dan membandingkan, dirinya dan Arioch yang hanya terpaut Satu tahun dan besar bersama tetapi baik wajah dan gerak tubuh mereka berbeda, mungkin aroma tubuh mereka berbeda.
Tetapi Hanbi dan Bihan terpaut jarak tiga atau empat tahun, dibesarkan oleh orangtua yang berbeda di tempat yang berbeda tetapi bisa sangat mirip.
Malphas ingin berdoa, bersyukur kepada Tuhan yang sudah mengembalikan Hanbi untuknya dalam wujud yang lebih muda. Ia merasa saat ini, Bihan adalah miliknya walaupun ia tidak tahu apa yang akan Bihan lakukan besok.
Malphas tidur dengan nyenyak, sudah lama ia tidak merasakan seperti malam ini. Ia bangun Pagi Hari, matanya melihat Bihan yang masih tertutup, benar seperti kembar dengan Hanbi. Hati Malphas merasa bahagia, semoga dia benar adik Hanbi yang dicari, hutangnya kepada Hanbi akan ia bayar kepadanya. Malphas akan mengantikan Hanbi untuk menjaganya, kalau mungkin dia menerimanya akan ia minta dia menjadi kekasihnya, sesuatu yang diinginkan Hanbi saat hidupnya. Tetapi ia tidak lakukan.
Saat Bihan bangun, Malphas sudah menyiapkan keperluan baju untuknya. Ia sudah meminta pelayan menambah satu orang makan pagi di rumah.
Bahkan Malphas rela menunggu Bihan mandi dan berpakaian di kamar. Sengaja ia memilih baju Hanbi yang memang ia simpan. Malphas memang menyimpan beberapa baju Hanbi, jika rindunya memuncak di saat sendiri, Malphas sering menghirup aroma baju Hanbi.
Saat Bihan keluar kamar mandi Malphas dekati dan dihirupnya aroma tubuhnya di sekitar lehernya. Bihan hanya menurut saja semua yang Malphas lakukan padanya.
Malphas memberikan celana dalam baru dan kemudian baju dan celana untuk dipakainya. Baju Hanbi benar-benar pas dipakai Bihan.
"Apakah kau punya adik perempuan. Tapi, sepertinya aku tidak melihatnya" ujar Bihan.
Malphas cuman tersenyum. Pikirannya terlalu sibuk untuk menjawab, ia memikiran Hanbi kembali untuknya.
"Ayo kita makan pagi bersama, setelah itu dirimu bebas, terserah padamu. Kau boleh disini jika kau ingin." ... "Malam ini, aku ingin kau tidur di sini. Jangan khawatir, aku akan membayarmu."
"Aku tidak mungkin bisa memuaskanmu dengan tubuh seperti itu. Aku lebih tertarik pada pria kurus," kata Bihan khawatir.
"Aku membayarmu bukan untuk bercinta, aku ingin kau menemaniku setiap malam dan tidur denganku," jawab Malphas.
Malphas membawanya ke ruang makan, di sana sudah ada Gremory, Nelchael dan Maira. Mereka bertiga terkejut melihat Malphas bersama Bihan memakai baju Hanbi. Bahkan muka Gremory terlihat pucat seperti melihat hantu. Manusia patung yang selalu diam bahkan bergumam, "Bagaimana mungkin seorang yang sudah mati bisa hidup kembali, apakah ada cara baru menghidupkan orang yang sudah mati."