Pradita merasa lega karena ayahnya tidak memberitahu si Suprapto itu kalau ia sedang psikotes. "Ah, syukurlah. Papa emang top deh. Terus dia bilang apa lagi?"
"Ya, cuman itu doang," jawab ayahnya. "Kamu gimana psikotesnya? Lancar?"
"Lancar, Pa. Cuman sekarang kepala aku jadi panas, kayak keluar asep. Psikotesnya lama banget. Semoga aku langsung keterima deh."
"Amin," ujar ayahnya dengan khidmat. "Ya udah, kamu mau kerja lagi apa langsung pulang?"
"Kayaknya aku mau langsung pulang aja. Mau istirahat di rumah, terus masak buat Papa."
"Oke deh. Sampai ketemu nanti sore ya."
Pradita pun pulang ke rumahnya dengan perasaan yang tidak menentu. Ia kesal sekali dan tidak menyangka karena si berengsek Suprapto berani-beraninya menelepon ayahnya. Itu benar-benar tidak sopan.
webnovel.com で好きな作者や翻訳者を応援してください