webnovel

Semua Tidak Akan Bisa Menerimanya

Eira pun masuk ke dalam rumah dengan wajah lesu.

"Sayang kau pulang lebih awal?" tanya Ibu Eira.

Eira menatap Ibunya dengan tatapan lesu.

"Apa kau sedang lelah Nak?" tanya Ayah.

"Apa ada masalah di kantor?" tanya Ibu.

"Tidak Bu, Yah, kalian jangan khawatir aku hanya sedang tidak ingin membahasnya dulu," jawab Eira.

"Kalau begitu, bagaimana jika sekarang kita makan malam saja dulu," kata Ayah.

"Baik," jawab Eira.

Mereka pun makan malam, Eira makan dengan hati yang gelisah dan bimbang, dia malah menjadi takut untuk tidur.

"Apa kamu sungguh tidak mau bercerita dengan kami Ra?" tanya Ibu.

"Tidak Bu, tenang saja ini hanya masalah pekerjaan kok, lagi pulang aku juga lelah karena harus mengejar targetku untuk dua hari ini," jawab Eira.

"Kenapa harus kejar target?" tanya Ayah.

"Karena Yara ingin aku berlibur dan mengistirahatkan otak Bu," jawab Eira.

"Jadi kau akan pergi?" tanya Ibu.

"Iya Bu, mungkin satu minggu aku pergi dengan Yara," jawab Eira.

"Ya sudah kalau begitu kamu harus segera istirahat, ini susu untukmu biar tidur dengan nyenyak," kata Ibu.

"Tidur? Aku bahkan tidak ingin tidur jika tidak mengantuk," jawab Eira.

"Kenapa?" tanya Ayah.

"Tidak papa Yah, malas saja jika aku sampai bermimpi, aku kan takut jika mimpi buruk," jawab Eira.

"Tidak, jika kau sudah lelah mungkin kau akan langsung tidur nyenyak dan tidak bermimpi Ra," kata Ayah.

"Aku harap juga begitu Yah, Apa aku boleh bertanya kepada kalian?" tanya Eira.

"Apa?" tanya Kedua orang tuanya Eira bersamaan.

"Jika seandainya, ini baru seandainya saja ya Bu, Yah, seandainya aku memiliki kekasih apa kalian setuju? Tapi hanya sekedar kekasih hayalan tidak nyata," kata Eira.

"Kau ini memang butuh berlibur Ra, selama berlibur aku akan kirim kan kamu lelaki, pergilah kencan buta dengannya," kata Ibu.

"Apa yang kau bicara kan ini Nak, tidak ada yang namanya pacaran hayalan, kalau memang ingin berpacaran kau berpacaran saja dengan manusia nyata, kamu jangan terlalu masuk ke dalam novel mu loh," kata Ayah.

"Aku sudah mengira jika kalian tidak akan setuju dengan ini," kata Eira.

"Ya, kami memang tidak akan menyetujuinya jika itu hanya pacaran yang tidak nyata, kau ini melantur, pergilah tidur dan jangan bahas hal ini pada siapa pun, kau akan di katakana gila," kata Ibu.

Eira pun pergi tanpa ada kata-kata.

"Ada apa dengan dia, aneh-aneh saja," kata Ibu.

"Mungkin dia hanya sedang lelah Bu," jawab Ayah.

"Aku ingin segera mengenalkan dia sama lelaki pilihanku, awas saja jika di antara mereka tidak ada yang di suka, atau jangan jangan jika dia tidak suka semua yang kita pilihkan, apa yang dia katakan baru saja itu adalah benar adanya Yah?" tanya Ibu.

"Kamu jangan menakutiku, aku jadi khawatir dengan anak kita," kata Ayah.

"Aku juga takut jika anak semata wayangku ini menjadi gila karena kebanyakan menulis nove fantasi Yah," kata Ibu.

"Sudah-sudah kita lihat saja ke depannya jika memang tidak ada yang berubah kita periksain ke rumah sakit," kata Ayah.

Ibu pun diam saja dan mencoba menenangkan diri. Eira yang sudah selesai bebersih dia pun langsung merebahkan badannya ke ranjang.

"Aku tidak ingin tidur, tetapi kenapa aku selalu mengantuk," gumam Eira yang akhirnya tertidur pulas.

(Di dalam mimpi Eira)

Eira sedang duduk sendiri dengan meratapi hidupnya selama ini tanpa kekasih hati yang menemani, dia merasa menyesal karena tidak mencari kekasih saat masih muda, yang terjadi saat ini mungkin adalah hukuman untuk dia karena selama hidupnya belum pernah berpacaran.

"Kenapa kamu terihat sedih seperti itu Eira?" tanya Lord.

"Kau datang?" tanya Eira.

"Aku selau datang saat kau tidur," jawab Lord.

"Ceritalah padaku, aku ini kekasih mu aku juga bisa menjadi teman curhat kamu, ini kamu minum dulu," kata Lord dan memunculkan air minum di tangannya.

"Terimakasih," jawab Eira.

"Lalu kenapa kamu bersedih?" tanya Lord.

"Apa kau tidak salah jika kita akan bersama Lord? Aku akan pasrah jika kita memang di takdirkan untuk bersama, tetapi jika tidak tolong pergilah dari mimpiku, aku rasa aku ketergantungan denganmu setiap kali bermimpi," kata Eira.

"Aku ingin kita bahagia di dalam sini dan juga di dunia nyata Ra, percayalah padaku ya," kata Lord.

"Tapi semua orang tidak mungkin merestui kita, aku hidup di dunia nyata Lord sedangkan kamu hanya ada di dalam mimpiku, bagaimana mungkin kita bisa bersama?" tanya Eira.

"Akan ada waktunta untuk kita bersama tanpa ada rasa khawatir Ra, kamu hanya perlu menungguku dengan setia di dunia nyata, makanya aku hadir di dalam mimpimu karena agar kau tidak memiliki ke kasih sebelum bertemu denganku," jawab Lord.

"Tapi Lord…" kata Eira masih mengelak akan perasaannya pada Lord yang sebenanya juga menyukai Lord.

"Sudahlah Ra, percayalah padaku aku akan selalu bersama denganmu," kata Lord dan mendekat memeluk Eira.

Eira pun menikmati pelukan dari Lord, saat melepaskan pelukannya Lord pun mendekat ke bibir Eira dan mengecupnya dengan sangat lembut, Eira tidak menolak, tetapi dia menikmati semua yang di lakukan oleh Lord padanya.

"Aku akan menganggap ini sebagai jawaban mu padaku, mulai sekarang kamu milikku Ra, hanya milikku saja," kata Lord.

Eira pun mengangguk dan menyetujuinya.

"Apa kamu mau melihat pelangi?" tanya Lord.

"Bagaimana ada pelangi, sekarang tidak ada hujan," jawab Eira.

"Jika mau aku bisa melihatkannya padamu," kata Lord.

"Cobalah," kata Eira.

Lord pun mengedipkan matanya dan muncullah pelangi yang begitu indah, pemandangan di sana juga sangat indah untuk sepasang kekasih baru.

"Aku tidak akan membuat mu kecewa Ra, aku akan berusaha membuatmu bahagia dan tersenyum di saat kau tertidur," kata Lord.

Eira pun mengangguk, akhirnya mereka memutuskan untuk menjadi pasangan kekasih mulai sekarang. Walau banyak yang menentangnya dan tidak menyetujuinya mereka tetap nekat untuk bersama. Mereka menikmati hari itu dengan sangat senang, tetapi tiba-tiba Eira menghilang dari dalam mimpinya itu, ternyata sudah waktunya Eira bangun.

"Aneh sekali kenapa aku tiba-tiba meninggalkannya? Gumam Eira yang sudah terbangun.

"Ahhh sudah pagi, loh…aku tidak kesiangan?" tanya Eira pada dirinya sendiri.

"Apa karena cincin dan kalung ini ya?" tanya Eira lagi.

Eira pun bergegas untuk bersiap ke kantor. Hari ini Eira pun bisa sarapan pagi bersama kedua orang tuanya, mood Eira pun sudah kembali seperti semula.

"Pagi Bu, Yah!" sapa Eira.

"Lihatlah siapa ini yang sudah bangun dan bergabung dengan kita Yah," kata Ibu.

"Apa tidur mu nyenyak Ra?" tanya Ayah.

"Ya Yah, aku tidur dengan sangat nyenyak sekali," jawab Eira.

"Makanya itu kamu bisa bangun pagi dan sarapan bersama dengan kami," kata Ayah.

"Aku rindu sekali makan pagi dengan kalian," kata Eira.

"Kami juga," jawab Ibu.

"Sudah ayo makan," kata Ayah.

Mereka pun makan sarapan pagi bersama dengan hati yang senang. Orang tua Eira pun tidak gelisah dan khawatir lagi setelah melihat anaknya kembali bahagia.