Dropping In A Dream

Saat membuka mata, semua terlihat sangat silau menyinari mata seorang wanita yang baru saja bangun dari tidur lelapnya, setelah tersadar jika waktu sudah menunjukan pukul tujuh pagi wanita itu bergegas untuk bangkit dari tempat tidurnya lalu berlari ke kamar mandi untuk bersiap berangkat kerja. Eira Anindya namanya, sebut saja dia Eira, dia wanita berumur dua puluh delapan tahun yang tentunya sudah terbilang umur yang sudah sangat matang untuk menikah. Eira wanita yang baik hati dia anak pertama dan terakhir di dalam keluarganya, keluarganya pun cukup mapan, semua yang di inginkan oleh Eira selalu bisa dia dapatkan, hanya saja soal pasangan hidup dia belum pernah berpengalaman dan belum memiliki niat untuk mencari pasangan hidupnya. Eira memiliki banyak penggemar dan juga banyak teman, tetapi hanya mempercayai satu teman yang bernama Yara, Yara adalah teman Eira sejak masa kanak-kanak hingga sekarang, Yara sangat setia pada Eira. Mereka berdua bekerja di tempat yang sama di kantor penerbitan novel, tentunya Eira adalah salah satu penulis novel Fantasi di sana, sedangkan Yara bekerja sebagai asisten sekaligus manager untuk Eira.

Ponsel Eira pun berdering terus menerus, ternyata Yara sudah berusaha menghubungi Eira untuk segera datang ke kantor, tetapi saat itu Eira masih sangat sibuk dengan persiapannya yang terburu-buru itu, sehingga tidak memperhatikan ponselnya, setelah selesai bersiap Eira pun turun dari kamarnya dan menyapa kedua orang tuanya yang sudah menunggunya di ruang makan.

"Ayah, Ibu maaf pagi ini Eira tidak bisa sarapan bersama dengan kalian, Eira sudah terlambat!" kata Eira sambil berlari menuju meja makan.

"Berhati-hatilah jangan terburu-buru jangan lupa pulang membawa menantu ya!" teriak Ibu Eira.

"Menantu menantu apanya sih bu, pacar saja aku tidak ada," gumam Eira sambil masuk ke mobil.

"Lihatlah itu putri mu Yah, semakin dewasa malah semakin tidak bisa mengatur waktunya sendiri," kata Ibu Eira.

"Tapi dia sungguh cantik bukan?" jawab Ayah Eira.

"Buat apa cantik kalau sampai sekarang saja dia belum memiliki kekasih," kata Ibu Eira.

"Sabar saja mungkin memang belum waktunya dia memiliki kekasih," jawab Ayah Eira.

"Tapi sudah waktunya dia berumah tangga Yah," kata Ibu Eira.

"Iya tapi jika dia belum mau mau bagaimana lagi?" tanya Ayah Eira.

"Apa kita suruh dia pergi kencan saja?" tanya Ibu Eira.

"Boleh, tapi harus bilang dulu sama Eira, aku tidak mau jika putriku nanti marah," jawab Ayah Eira.

Sesampainya di kantor Eira pun turun dari mobilnya dan menyuruh penjaga parker untuk memarkirkan mobilnya, saat akan masuk ke kantor banyak penggemar Eira yang datang dan mengejar Eira sampai ke dalam kantor, untung saja lift kantor terbuka dan langsung masuk menutup lift. Hari ini Eira bebas dari kejaran penggemar.

"Eira kemarilah!" kata Yara yang menarik tangan Eira saat lift terbuka.

"Astaga kau mengejutkan ku saja, kenapa kamu gugup begitu?" tanya Eira.

"CEO kita mau datang ke sini untuk bertemu denganmu," kata Yara.

"Denganku? Kenapa?" tanya Eira.

"Tentu saja dia ingin melihat penulis terkenal di kantor kita," kata Yara.

"Tumben sekali," kata Eira.

Eira adalah penulis di kantornya dengan ranting tertinggi hingga mendapatkan banyak sertifikat dan juga penghargaan dari kantor, tak hanya itu penggemarnya pun semakin hari semakin meningkat dengan sangat pesan, Yara sebagai manager dan asisten Eira pun merasa kuwalahan dengan jadwal Eira.

"Maka dari itu kenapa hari ini kamu terlambat?" tanya Yara.

"Kalau tentang itu kamu jangan tanya, karena aku sendiri jua tidak tau kenapa bisa-bisanya aku banun terlambat," jawab Eira.

"Baiklah kalau begitu bersiaplah," kata Yara.

Mereka pun pergi ke ruang pribadi CEO.

"Selamat pagi Pak," kata Yara.

"Pagi, masuklah! Mengapa kalian terlambat?" tanya CEO.

"Maaf Pak," jawab Yara.

"Mana penulis tenar kita?" tanya CEO.

"Dia di sini Pak, masuklah!" kata Yara.

Eira pun masuk dan menyapa CEO.

"Pagi Pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Eira.

"Wahhhh ternyata di kantor ada penulis secantik ini, mengapa aku tidak pernah melihatmu?" tanya CEO.

"Maaf Pak, saya kerja hanya di ruangan saja, jika saya keluar kantor dapat menyebabkan masalah untuk kantor," jawab Eira.

"Kamu benar, baiklah kalau begitu biarkan aku minta tanda tanganmu," kata CEO.

"Hah?" jawab Eira dan Yara.

"Kenapa apakah CEO juga tidak boleh menjadi penggemar?" tanya CEO.

"Boleh Pak, silahkan berfoto sekalian," kata Yara.

Setelah berfoto dengan Eira CEO pun berterimakasih pada mereka karena sudah membuat kantor menjadi naik daun nama kantor juga sudah terdengar di mana-mana karena karya dari Eira.

"Kalau begitu kami pamit dulu Pak, Eira masih harus menulis kelanjutan ceritanya," kata Yara.

"Baiklah, semangatlah bekerja, kelak jika aku sudah tidak di sini tolong tetap buat karya yang sangat bagus ya," kata CEO.

"Baik Pak, kami akan berusaha sebaik mungkin, bapak juga jangan sampai meninggalkan kantor ini, bagaimana pun bapak sudah banyak berbuat untuk kantor ini," jawab Yara.

Mereka berdua pun kembali keruangan Eira.

"Aku kira ada hal penting yang akan di bicarakan denganku, ternyata hanya untuk tanda tangan," kata Eira.

"Baiklah sekarang tidak ada yang harus di khawatirkan lagi, lekaslah menulis karena jadwal kamu sangat padat untuk hari ini," kata Yara.

"Kemana saja?" tanya Eira.

"Jumpa fans," jawab Yara.

"Hah, bukankah udah ya bulan lalu?" tanya Eira.

"Setiap bulannya kamu harus menghadiri jumpa Fans, karena semakin hari semakin banyak fans yang ingin berjumpa denganmu," kata Yara.

"Tapi aku tidak suka tampil di depan banyak orang," jawab Eira.

"Tenang saja aku sudah menatur semuanya untukmu," kata Yara.

"Bisa kah tidak hadir?" tanya Eira.

"Kamu mau aku di marahi oleh agensi?" tanya Yara.

"Tapi aku bukan artis," jawab Eira.

"Kamu artis bagiku, ayolah jangan membuatku sulit ya, kamu nurutlah aku tidak akan membuat rugi kamu kok," kata Yara.

Eira pun menghela nafas dalam.

Tak hanya terkenal Eira juga memiliki banyak sekali kekurangan, dia sangat pemalu jika berada di antara banyak orang, dia tidak suka dengan keramaian, dia sering menghabiskan waktu hanya sendiri atau hanya dengan sahabatnya saja, Eira sangat tertutup sehingga Yara memiliki kekhawatiran jika sahabatnya itu sulit mendapatkan pasangan hidup. Eira juga sangat sulit di kasih tahu, jika menurutnya itu sudah baik dan bisa membuatnya bahagia dia tidak akan mendengarkan saran dari orang lain selain dirinya sendiri. Eira memiliki hayalan tingkat tinggi, tetapi itu jadi kelebihannya, karena hayalannya yang melambung tinggi itu dia juga bisa melambungkan karirnya di dunia pernovelan. Hal itu sempat membuatnya khawatir karena dia memang tidak menyukai menjadi pusat perhatian semua orang, tetapi semuanya sudah terjadi dia tidak bisa mempungkiri atau menghindari semua orang yang menyukai karyanya, terkadang dia menyesal karena menulis novel yang banyak di sukai oleh banyak orang. Terkadang Yara tidak habis pikir dengan tingkah Eira selama ini. Walau begitu Yara sangat kuat dan sabar menghadapi sahabatnya itu yang sering berubah-ubah sifat dan tingkahnya, Yara juga sudah terlanjur menyayangi Eira.