Tak lama kemudian, Kim terlihat menggunakan pakaian pelayan lelaki berdiri di pinggir kolam ikan. Dia melihat dirinya sendiri di pantulan air. Benar-benar berbeda sekali jaraknya dengan kemampuannya; dia yang bisa bertarung malah memakai pakaian pelayan.
"Kenapa aku harus ada di sini? Seharusnya jika gadis itu pergi, aku juga ikut dengannya... Aku benar-benar malah iri pada penjaga-penjaga itu yang bisa mengikutinya ke mana pun." Dia memasang wajah kesal, lalu menyalakan rokoknya di sana.
Lalu Jun datang. "Itu tampak cocok, kau jadi pelayan saja," tatapnya merendahkan Kim, membuat Kim kesal.
"Sialan, memangnya kenapa? Aku tak mau jadi pelayan!! Kau benar-benar meremehkan ku!! Kau saja belum memberitahu ku tempat ini sepenuhnya!"
"... Sebenarnya, aku tidak bisa lebih lama mengurusmu. Jangan mengacaukan semuanya jika Direktur memanggil. Kau harus datang."
"Tunggu, apa kau akan ikut gadis yang kau panggil bos itu?"
"Lebih baik kau di sini."
"Biarkan aku ikut dengannya," Kim menyela.
"Bos ada di dalam gedung ini, di lantai khusus rapat dengan Direktur Han. Kau tak bisa mengganggunya dan cukup di sini saja... Aku akan ke sana dan jangan buat masalah di sini."
"Tapi..." Kim tetap bersikeras.
"Sudahlah, aku hampir terlambat." Namun, Jun berbalik badan dan berjalan pergi. Dia benar-benar bersikap cuek pada orang lain selain bosnya sendiri, yakni Neko.
Kim menghela napas pasrah. "Ha... Sialan, ini sama saja aku benar-benar dipermalukan di sini, benar-benar tidak mengenakkan... Aku lebih baik pergi mencari pekerjaan dengan gaji tetap, bukan gaji yang seperti ini."
Dia kembali menghembuskan asap rokoknya dan menatap sekitar. "(Jika dipikir-pikir, tempat ini memang bagus, tapi aku belum tahu semuanya... Mungkin saja tempat ini lebih dari bagus; dia bilang di sini ada tempat bagi kita yang akan merasa nyaman tanpa harus memikirkan gaji. Enaknya, tapi kan mereka yang berpikir bahwa itu enak karena mereka tak peduli orang terdekat mereka menderita dan butuh bantuan uang dari mereka. Benar-benar sistem yang payah...)" dia terus mencaci maki dalam hatinya karena kesal.
Tapi, tak lama kemudian, muncul seorang lelaki yang lebih muda darinya. Kim terdiam memandang bocah itu yang berdiri, mengambil batu, dan bermain melempar batu di kolam. Dia melempari batu padahal di dalam kolam ada ikan mahal.
"(Siapa dia? Seperti anak pelayan,)" tatap Kim yang memandang rendah bocah itu yang kelihatan nakal.
Bocah itu terus melempari batu di kolam dengan senang.
"Hei... Kau tidak bisa melakukan itu," Kim menatap sambil berjalan mendekat. Dia menegur bocah itu yang tampangnya saja sudah mengesalkan.
"... Pergilah, kau mengganggu, payah," tatap bocah itu. Dia meremehkan Kim dengan kata-kata nakalnya.
Mendengar hal itu, Kim menjadi kesal dan mengepal tangan. "Apa yang kau katakan tadi?"
"Aku bilang, kau payah..." Bocah itu kembali mengejeknya.
Seketika Kim semakin kesal dan langsung menarik kerah baju bocah itu yang terkejut.
"Kau hanya anak pelayan, bukan?!" tatap Kim dengan nada tegas.
"Lepaskan aku, bangsat! Kau tidak tahu aku siapa!!" Bocah itu mencoba memberontak karena terlanjur kesal. Kim melempar bocah itu ke kolam, membuat bocah itu basah.
"A... Apa yang kau lakukan?!" Bocah itu menjadi terkejut tak percaya, tapi kemudian dia malah merengek.
"Terus merengek saja, kau benar-benar lelaki yang buruk!! Sangat buruk!! Bocah nakal!!" Kim malah semakin membuat masalah.
Lalu datang seorang pria yang panik. Dia langsung terkejut begitu melihat bocah itu ada di dalam kolam.
"Tuan muda!!" Dia menatap bocah itu dengan panik bercampur terkejut tak percaya dan langsung masuk ke dalam air untuk membantunya keluar.
"Tuan muda? ... Perasaan terdengar familiar. Bukan anak pelayan kan?" Kim terdiam. Sepertinya dia akan kena masalah.
Sementara itu, Direktur Han dan Neko sedang melakukan rapat di meja bulat ruangan kediaman itu. Beberapa pengawal juga di sana.
"Soal pengeluaran, itu akan berjalan lancar jika terus dilakukan setiap hari," kata Neko sambil menatap tab yang ia bawa untuk laporan di depan Direktur Han.
"Ya, aku setuju dengan soal itu," balas Direktur Han.
Lalu Neko terdiam datar dan melihat ke belakang Direktur Han. Ada sebuah bingkai foto yang dipajang, bingkai foto mewah berisikan Direktur Han dan seorang wanita yang dirangkul pinggangnya.
"Nona Neko?" Direktur Han terdiam bingung karena pandangan Neko ke arah bingkai itu, sehingga membuatnya tahu. "Ah, apa kau tahu, itu adalah aku dan istriku."
"... Kau tidak pernah menyebutkan jika punya istri? Bukankah seseorang sepertimu terlalu gampang jika ada pelakor masuk?" Neko menatap.
"Pwahaha... Mau bagaimana lagi, aku sudah tahu juga bahwa istriku selingkuh pertama kali, jadi aku melakukan hal yang sama pun juga tak akan diprotes," balas Direktur Han, membuat Neko terdiam dan menghela napas panjang.
"Kenapa? Apa kau mengira bahwa aku masih lajang, Nona Neko?" tatap Direktur Han dengan mata rayuan.
Neko memasang wajah suram dan membalas, "Siapa yang berpikir bahwa pria sepertimu yang terlihat 45 ke atas belum punya kekasih? Benar-benar menyedihkan."
Seketika, Direktur Han tersindir dengan kata-kata itu. "Baiklah, baiklah, aku anggap itu sepadan. Kau benar-benar tahu caranya membuat orang kesal padamu... Oh, bagaimana dengan kau sendiri, Nona Neko? Belum punya kekasih?"
Neko terdiam, tapi dia tidak bodoh. Dia mengalihkan pembicaraan. "Direktur Han, aku di sini tidak untuk menunggu pertanyaan yang sama sekali tidak masuk akal," tatapnya. Seketika, Direktur Han kembali tersindir.
"Haiz, baiklah, mari kita bahas lebih lanjut soal kasino-nya. Oh, ngomong-ngomong, kau sudah melihat gedung pelatihan pengawalan ini? Kau ke sini, pastinya melihatnya kan? Apa yang kau nilai dari penampilannya?"
"... (Apa dia sengaja basa-basi, bangsat?) Tidak buruk. Tampilan-nya sangat baik dan para pekerja maupun pengawal yang akan berjalan menjadi pengawal klien, mereka semua baik dan begitu sempurna untuk memenuhi kriteria yang dibutuhkan. Direktur benar-benar tahu caranya memperluas kemampuan fisik seorang pengawal," kata Neko, membuat Direktur Han merasa terpuji.
"Haha, terima kasih, terima kasih. Aku suka pujianmu itu dan juga—
BRAK!!
Tiba-tiba, Neko mendobrak meja, membuat suasana terdiam dan Direktur Han terkejut berhenti bicara.
Neko menatap tajam dan sangat dingin. "Direktur, waktuku tidak banyak, jadi jika ingin membahas kerja sama kita, lakukan intinya. Aku tak suka orang yang basa-basi seperti mu," kata Neko, membuat Direktur Han menggeleng dan langsung mendorong dokumen. "Baiklah, kita mulai saja." Akhirnya, dia memulai inti dari pertemuan itu.
Tapi tiba-tiba saja, ada yang membuka pintu langsung di tengah rapat penting dan rapi itu.
"Ayah....!!! Huhu!!" Bocah tadi berlari merengek masuk ke ruangan rapat tempat Direktur Han dan Neko berbincang. Direktur terkejut melihatnya basah dan langsung berdiri menegakkan putranya.
"Apa yang terjadi padamu?!" Dia menatap tak percaya.
"Ayah.... Dia mendorongku masuk kolam," rengek bocah itu, rupanya dia adalah putra dari Direktur Han.
Pengawal Direktur membawa Kim masuk ke sana dengan paksa.
"Itu kesalahan, aku hanya berpikir dia anak pelayan," kata Kim yang sepertinya tak mau menyesali perbuatannya.
"Ayah... Dia juga mengejekku anak pelayan," bocah itu kembali mengadu dengan merengek.
"Apa ini.... Siapa kau?! Siapa yang memasukkanmu di sini!" Direktur Han menatap kesal pada Kim yang hanya terdiam masih kesal.
Lalu Neko berbicara, "dia bersama ku."
Hal itu membuat semuanya menoleh, tapi Direktur Han kembali kesal. "Apa kau yang memasukkan orang tidak sopan itu di sini?! Tapi kenapa?! Dia begitu tidak sopan dan malah merekrutnya di sini?! Dia bahkan sudah merendahkan putraku!" Direktur menatap kesal Neko yang duduk di depan mejanya.
Neko hanya memasang wajah datar lalu menghela napas. Tatapannya kosong seperti dingin pada sikap Kim.
"Maafkan aku Direktur, dia memang ceroboh," terpaksa Neko meminta maaf, membuat Kim menatapnya dengan tak percaya.
"Misi di apartemen ini adalah tidak hanya mengajarkan fisik tapi juga tata krama!!" kata Direktur Han. Dia tidak melemparkan perkataannya pada Kim yang bersalah, tapi pada Neko yang meminta maaf.
Kim yang melihat itu tentu saja kesal. "(Dia membela ku, kupikir dia tidak akan mengaku bahwa dia bersama ku...) Kau pikir aku juga mau di sini?!" Kim menyela dengan berteriak, membuat suasana mendadak diam.
Suasana benar-benar diam ketika Kim mengatakan itu dan Kim sendiri juga terdiam melihat mereka begitu.
"Apa?! Aku memang benar!! Aku benar-benar tak mau ada di sini!! Memangnya siapa yang mau di sini!! Aku sudah cukup kuat untuk bertarung!!" Ia menambah perkataan memberontaknya.
Hal itu membuat Neko menoleh padanya, lalu berdiri dan berjalan mendekat dengan kaki terhentak sedikit, membuat semuanya menoleh padanya dengan menelan ludah.
Kim terdiam, seketika ada yang sengaja menundukkan kepalanya Kim dari belakang, membuatnya terkejut dan kepalanya mendekat ke Neko. "Temui aku di ruangan ku nanti," bisik Neko sambil meletakkan tangannya di pundak Kim.
Seketika, Neko juga meremas pundak Kim yang terkejut kesakitan.
"(Kekuatan-nya... Kenapa... Begitu kuat sekali, dia meremas bahuku dengan sangat kuat bahkan hanya satu tangan saja,)" Kim merasa bahunya sakit diremas oleh Neko.
Lalu Neko melepas bahunya dan menatap Kim dengan tatapan kosong itu; meskipun kosong, isinya benar-benar balas dendam dan penyiksaan yang menyakitkan, membuat Kim terdiam melihat mata Neko. "(Seberapa mengerikannya gadis ini?!)"
Lalu Neko kembali menatap ke Direktur Han. "Sekali lagi, aku benar-benar minta maaf Direktur Han. Aku akan menjaga agar tidak melakukan ini lagi ke depannya," kata Neko, membuat Direktur Han mengangguk.
Tapi putranya menambah masalah. "Ayah, aku ingin masalah ini di putuskan olehku..." tatapnya dengan wajah manja.
"Untuk apa? Lihat, Nona Neko sudah meminta maaf... Jangan buat Ayah malu," Direktur Han menatap.
Tapi mendadak anaknya itu tantrum. "Ahh... Aku tak mau!! Aku harus menginginkan nya!!"
Neko hanya terdiam menatap. "(Kebanyakan dimanja...)"
Lalu lelaki kecil itu bicara. "Aku ingin dia meminta maaf sambil telanjang..." dia menunjuk Neko yang terkejut dan langsung mengepal tangan.
"(Anjing kecil ini...)" Neko menatap sangat tajam.
Lalu pengawal yang ada di samping Kim berjalan melewati Kim yang terdiam, pengawal itu mendekat pada Direktur Han dan memberikan kertas yang bertuliskan jumlah uang. "Itu pelanggaran untuk Anda karena telah melecehkan Nona Neko..." tatapnya.
Direktur Han menerimanya dan menghela napas pasrah. "Maafkan aku..." dia begitu layaknya sudah biasa dalam dunia bisnis dan tentu saja Kim masih bingung dengan hal itu.