Sosok perempuan di depannya hanya tersenyum menunjukkan deretan gigi berwarna kuning. Tangisannya telah reda, tapi soal bau masih saja menyengat. Tatapan sosok perempuan di depannya terlihat dingin, meskipun di dampingi dengan sebuah senyuman di bibirnya.
Kini tubuh Kliwon kembali tegang dengan keringat dingin kembali menyelimuti dirinya. Sejak tadi pagi, sosok perempuan tersebut mengikuti dirinya. Kliwon sendiri tidak tahu mengapa hal itu bisa terjadi kepada dirinya dia sangat takut jika hidupnya tidak tenang.
"Kamu masih ingat kan Anak Muda?" Tanya sosok perempuan tersebut.
Bibir Kliwon sulit digerakkan dan lidahnya terasa keluh. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang dan berusaha untuk menggerakkan lidahnya. Mau bagaimanapun keadaannya, Kliwon harus bisa menyelesaikan masalahnya dengan sosok perempuan tersebut karena Kliwon juga ingin hidup tenang seperti pada umumnya.
Kliwon juga mengecek keadaan sekitar untuk memastikan lingkungannya aman karena dia sudah sadar bahwa sosok perempuan yang ada di depannya adalah sosok gaib, sehingga tidak semua orang bisa tahu mengenai dirinya. Tujuan dari hal tersebut untuk menghindari perkataan negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Kliwon tidak ingin dianggap sebagai orang gila karena pandangan bagi orang yang tidak bisa melihat hal gaib akan menganggap orang yang memiliki kemampuan supranatural adalah orang gila.
Kedua mata Kliwon menatap dari arah timur hingga ke barat. Setelah dirasa sudah cukup aman, Kliwon pun memberanikan diri untuk mengeluarkan suaranya. Dia kembali berusaha tenang sambil menatap ke arah sosok perempuan tersebut agar lidahnya tidak kembali keluh.
"Apalagi sih? Memangnya ada masalah apa dengan diriku sampai kamu mengusik hidupku seperti ini?" Tanya Kliwon agak kesal. Jika bukan hantu, mungkin Kliwon sudah akan menonjoknya. Namun, hal itu jika dipraktikkan, maka sama halnya buang-buang waktu saja. Secara sosok tersebut bisa membuat dirinya transparan, sehingga Kliwon tidak bisa menyentuh tubuhnya.
"Kamu masih punya hutang kepada diriku," jawab sosok perempuan tersebut.
"Hutang? Memangnya aku hutang berapa? Perasaan aku nggak pernah pinjam uang sama kamu. Heran deh sama kamu yang nggak punya malu banget. Kalau aku jadi kamu, nggak tahu lagi deh mukanya mau ditaruh mana?!"
"Bukan itu semua, kamu hutang kepadaku mengenai pertolongan. Kamu sudah mengiyakan permintaanku untuk menolong diriku mencari tanganku yang hilang. Tolonglah agar diriku mati dengan tenang. Aku sangat merasa tersiksa dengan rasa sakit yang tidak akan kunjung hilang selagi tanganku ini tidak ketemu. Kamu bisa lihat sendiri banyak darah yang mengalir dari tanganku ini," kata sosok itu dengan raut wajah sedih. Tak lama kemudian, air matanya kembali menetes membasahi kedua pipinya. Kedua matanya langsung terlihat merah dengan kelopak mata sudah terlihat bengkak.
Kliwon tidak bisa membayangkan seberapa lama dia menangis hingga wajahnya sulit untuk di pandang. Melihat hal tersebut membuat hati Kliwon terketuk karena merasa iba. Dia sangat ingin menolongnya, tapi hati kecilnya sedikit merasakan ragu.
Berhubungan dengan makhluk gaib bukanlah sembarang tindakan. Secara mereka memiliki kekuatan yang bisa dilakukan secara diam-diam tanpa bisa dilihat semua orang, sedangkan manusia hidup memiliki kemampuan keterbalikan dari hantu tersebut. Kliwon juga masih ingin hidup panjang bersama kedua orang tuanya sekaligus orang lain yang disayanginya, seperti halnya kerabat dekat maupun jauh. Dia sadar bahwa berhubung dengan makhluk gaib akan mempunyai resiko cukup tinggi.
"Kenapa cuma diam? Aku yakin pasti kamu lupa dengan hutangmu itu kan?" Tebak sosok perempuan tersebut.
Kliwon masih diam karena pada kenyataannya dia masih ingat dan hanya perlu waktu saja untuk menjawab jawaban sampai dia merasakan dirinya sudah mantap. Kembali lagi bahwa segala sesuatu itu harus diawali dengan niat. Membayangkannya saja seperti terasa tidak sanggup. Oleh karena itu, Kliwon tidak berani asal memutuskan perkaranya ini.
"Jangan cuma diam saja Anak Muda. Asal kamu tahu, hutang yang dibawa mati tidak akan membuat kematianmu terasa tenang," kata sosok perempuan dengan senyum masam di bibirnya. Harapannya kepada Kliwon sangat tinggi, sehingga dia juga sambil berdoa agar Kliwon mau membantunya. Sebab, dalam permasalahan ini, sosok perempuan tersebut yang sangat membutuhkan bantuan.
"Baiklah, tapi tidak sekarang karena aku lagi sekolah. Temui aku ketika aku sedang sendirian di tempat yang sepi. Ingat ya, jangan pernah salahkan diriku jika kamu datang menghampiriku di tempat ramai karena itu sama halnya kamu mau membunuhku tanpa menyentuh. Jika hal itu terjadi, maka aku nggak akan merespon kamu lagi. Kamu harus sadar diri bahwa raga kamu tidak akan bisa dilihat oleh orang biasa. Jadi, kamu tahu kan apa maksud diriku?" Tanya Kliwon.
"Huft, baiklah."
"Kalau seperti itu, silahkan kamu pergi dari hadapanku. Oh iya satu lagi, kamu harus nurut apa kataku jika kamu mau dibantu oleh diriku. Tenang saja, aku nggak akan menyuruh ke arah hal negatif. Jadi, kalian nggak perlu berpikir macam-macam karena itu hanya akan membuat kamu gila saja."
"Baiklah, aku akan menghilang dari hadapan mu sekarang juga," kata sosok perempuan. Dalam hitungan detik, sosok perempuan tersebut langsung hilang dari hadapan Kliwon.
Menghilangnya sosok tersebut membuat Kliwon bisa bernapas lega. Akhirnya dia bisa bernapas sesuka hatinya tanpa bercampur dengan bau anyir. Sebelum meninggalkan kamar mandi, Kliwon memastikan terlebih dahulu bahwa sosok perempuan tersebut benar-benar sudah pergi dari hadapannya.
"Akhirnya bisa terbebas dari hantu tadi. Gila sih ngeri banget," gumam Kliwon sambil bergidik ngeri. Dia pasti selalu merinding ketika berada di dekatnya, meskipun hantu tersebut tidak menyentuh maupun menyakitinya.
Setelah itu, Kliwon melangkahkan kaki menuju ke dalam kelas untuk menghampiri Ani yang sudah menunggunya. Di sepanjang jalan, banyak beberapa siswi yang menatapnya kagum. Kini Kliwon menjadi sorotan karena seragam yang dipakainya masih mengenakan seragam sekolahnya dulu mengingat seragam di sekolah baru nya saat ini ada yang belum jadi. Selain itu, paras gantengnya juga menjadi perbincangan oleh perempuan yang melihatnya. Namun, Kliwon tetap cuek tanpa memperdulikan apa yang mereka katakan. Mendapatkan pujian ganteng sudah menjadi makanan sehari-hari Kliwon.
Di saat sampai di dalam kelas, dia melihat Ani memasang raut wajah kesal. "Kenapa, Ni?"
"Masih saja tanya. Lama banget dari kamar mandinya. Kamu tahu nggak waktu istirahat kita ini sudah terpotong banyak."
"Ya maaf, sudahlah jangan marah-marah. Semakin kamu marah, maka semakin terbuang sia-sia," kata Kliwon.
"Ini semua gara-gara kamu tahu!" Ketus Ani sambil menuding Kliwon menggunakan jari telunjuknya.
Kliwon tidak marah, dia malah menurunkan tangan Ani dengan hati-hati diiringi dengan senyuman di bibirnya. "Jangan seperti ini, nggak sopan. Untung sama aku gitunya."
"Sudahlah kita ke kantin sekarang karena aku lapar. Lebih baik makan makanan sebelum aku makan kamu!"
Kliwon terkekeh sambil mengacak rambut Ani. "Kamu masih saja sama nggak berubah."