webnovel

Permintaan Sosok Perempuan 2

"Ada apa, Kliwon?" Tanya Pak Bobi.

Seluruh tatapan mata temannya mengarah ke Kliwon. Nampak dari raut wajah mereka terlihat bingung. Begitupun Kliwon yang sedang merutuki kebodohannya sambil menatap sosok perempuan di sampingnya. 

"Nggak, Pak, nggak ada apa-apa," jawab Kliwon.

"Ya sudah kalau tidak ada apa-apa. Kalau kamu merasa tidak enak badan lebih baik kamu tidak usah berangkat dulu. Biarkan tubuh kamu istirahat agar sembuh total," nasihat Pak Bobi. Dia adalah salah satu guru favorit banyak siswa karena kebaikannya dan sifat rendah harinya. Dia adalah sosok guru yang sangat sabar. 

"Iya, Pak," sahut Kliwon.

Jika ada murid yang berani melawannya, maka dia hanya meresponnya dengan menghela napas lalu memberikan nasihat dengan baik. Sekalipun dia tidak pernah membentak muridnya. Dari hal itulah banyak siswa yang merasa diayomi oleh Pak Bobi, sehingga mereka pun mulai merasa nyaman dengan sendirinya. 

Saat ini pun Kliwon malah mendapatkan respon positif dari Pak Bobi, padahal Kliwon masih ingat bahwa pada saat dirinya pingsan bukan mata pelajaran yang diampu oleh Pak Bobi. Bahkan Kliwon saja baru mengetahui nama Pak Bobi dari bisikan temannya yang mengatakan bahwa Pak Bobi adalah guru penyabar.

Pembelajaran di lanjut kembali. Semua tatapan kembali menuju ke arah Pak Bobi yang sedang menerangkan materi. Akhirnya Kliwon pun bisa menghela napas. 

"Aduh, bodoh banget! Harusnya aku nggak jerit biar mereka tidak curiga," gumam Kliwon sambil memukul pelan kepalanya.

Hampir saja Kliwon dicurigai oleh teman sekelasnya. Untung saja Pak Bobi dapat mengalihkannya. Kalau tidak, maka kemungkinan besar Kliwon akan dianggap aneh.

"Kamu kenapa, Won?" Bisik Ani yang duduk di sebelahnya.

"Nggak apa-apa," jawab Kliwon tenang.

Kliwon kembali menghela napas ketika sosok perempuan tanpa tangan tersebut sedang berada di sampingnya. Bukan hanya itu saja, Kliwon juga hampir saja memuntahkan isi perutnya karena bau anyir yang begitu menyengat. Akhirnya Kliwon menutup hidungnya untuk menghindari bau anyir tersebut. 

"Anak muda, tolong bantu aku, hiks," pinta sosok perempuan tersebut sambil menangis. 

Rasanya Kliwon ingin menangis dan dia bingung terhadap mentalnya sendiri. Dia pun mengacak rambutnya frustasi. Materi yang disampaikan Pak Bobi pun hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Sosok perempuan tersebut justru malah mendominasi pikirannya. 

"Aku nggak mungkin gila dan aku nggak mungkin halu kan, Ni?" Tanya Kliwon kepada Ani.

Ani justru tanya balik karena dia sedang fokus terhadap materi yang disampaikan Pak Bobi. "Hah, apa?"

"Aku sedang sadar dan nggak gila kan, Ni?" Tanya Kliwon.

"Enggak lah. Sudah kamu diam dan dengarkan Pak Bobi, jangan mikir yang aneh-aneh." Ani pun kembali memperhatikan materi. Sesekali dia juga mencatat penjelasan bagian yang penting. Oleh karena itu, Ani dianggap sebagai siswa di kelas yang paling rajin karena catatan bukunya sangat lengkap dibandingkan dengan yang lainnya. Tak jarang teman-temannya menanyakan catatan kepada Ani untuk dicatat balik juga. Daya ingat Ani memang sangat kuat, tapi yang namanya manusia pasti juga akan ada lupanya.

Semakin lama sosok perempuan tersebut berada di sampingnya, maka sosok perut Kliwon pun semakin terasa mual. Dia ingin menjerit sekaligus memarahi sosok tersebut, tapi dia sadar bahwa dia adalah hantu, sehingga Kliwon takut dianggap aneh oleh teman-temannya. Mungkin jika ada yang bisa melihat sosok tersebut, maka Kliwon akan mendapatkan pembelaan. Akhirnya Kliwon berusaha untuk tenang seakan tidak terjadi sesuatu.

"Aku akan pergi dari hadapan mu jika kamu mau membantuku dan aku akan kembali datang di hadapan mu jika kamu sudah ada waktu luang. Aku akan selalu mengintaimu untuk mengetahui waktu luangmu, kecuali disaat kamu sedang mandi. Perlu kamu ingat dengan syarat kamu harus mau membantuku," ujar sosok perempuan. 

"Iya aku mau," sahut Kliwon. Akhirnya mau tidak mau, maka Kliwon mengiyakan permintaan sosok tersebut karena sudah tidak kuat menahan bau tak sedap.

Dalam sekejap, hantu tersebut pun langsung hilang dari samping Kliwon. Akhirnya Kliwon bisa menghirup udara segar kembali. Dia heran karena hantu tersebut benar-benar hilang tanpa meninggalkan jejak bau anyir. 

"Huft, dasar hantu tidak tahu diri. Bikin orang susah saja," gumam Kliwon tidak dapat didengar oleh orang lain.

Kliwon pun bisa fokus terhadap materi yang disampaikan oleh Pak Bobi. Dia bisa mengikuti pembelajaran dengan tenang dan nyaman karena sudah tidak ada yang mengganggunya. Kenyamanan dalam belajar adalah nomor satu. 

Kring…. Kring… Kring…

Bel tanda istirahat telah berbunyi. Banyak siswa siswi yang berhamburan menuju ke kantin. Kini Pak Bobi pun sudah mengakhiri pembelajaran sebelum bel berbunyi karena ada rapat. Hanya saja dia meninggalkan pesan kepada muridnya untuk tidak keluar kelas sebelum bel istirahat berbunyi, kecuali jika mau ke kamar mandi. Sebab, guru pengampu juga akan bertanggung jawab terhadap ketertiban kelas, sehingga Pak Bobi tidak ingin mendapatkan teguran. 

Peraturan di sekolah Kliwon kali ini lebih ketat daripada yang dulu. Segala sesuatunya sangat dipertanggung jawabkan, sedangkan dulu banyak temannya yang menyepelekan aturan. Hidup di dalam lingkungan tertib memang sangat menyenangkan karena suasana pun akan tercipta lebih nyaman dan tentram. Beda lagi kalau di lingkungan tidak tertib, pasti ada saja masalah yang terjadi. Baik masalah kecil hingga besar.

Kliwon memasukkan buku pelajarannya ke dalam tas. Beres-beres adalah salah satu cara untuk kerapian sekaligus dapat mencegah kehilangan. Selain itu, meletakkan barang sesuai tempat juga akan mempermudah ketika akan mencarinya. 

"Kliwon, ayo kita pergi ke kantin!" Ajak Ani.

"Boleh, tapi kan kita ada makanan yang dikasih sama Mama," jawab Kliwon.

"Halah, sudah aku habiskan. Nanti bilang sama Tante Maya ya."

"Bilang apa?"

"Bawanya kurang banyak, hehehe." Ani nyengir seperti orang tidak tahu malu. Padahal biasanya perempuan akan jaim, terutama soal makanan, tapi hal itu tidak berlaku bagi Ani jika di hadapan Kliwon. 

"Huft, dasar cewek rakus!"

"Nggak gitu juga, mumpung aku masih sehat dan punya selera makan. Kamu pasti tahu sendiri kalau orang sakit itu rasanya bagaimana ketika makan."

"Ya sudah deh, iya."

"Tunggu sebentar ya, aku kau ke kamar mandi dulu," kata Kliwon.

"Ngapain?" 

"Kebelet," jawab Kliwon langsung meninggalkan Ani.

Kliwon  sudah tidak kuat menahan buang air kecil dan tangannya pun meremas celananya untuk menahan buang air kecil. Sementara Ani memilih duduk di dalam kelas untuk menunggu Kliwon. Lagi pula kamar mandi hanya berada di depan ruang kelas saja. 

Ketika akan membuka pintu kamar mandi, Kliwon kembali dibuat terkejut oleh sosok yang datang tiba-tiba. Padahal posisinya sekarang ini akan keluar dari kamar mandi. Kedua matanya pun membulat sempurna.

"Astaga! Cobaan apa lagi ini?!" Pekik Kliwon lalu memandang sosok di depannya dari kaki hingga rambut.