750 tahun yang lalu di kerajaan Emerland terjadi sebuah mala petaka. Putra Mahkota yang memiliki temprament buruk berusaha membunuh Dewi Pelindung. Dewi yang kelak menjadi pendampingnya. Tersiar kabar jika sang Dewi justru membawa petaka untuk sang Putra Mahkota membuatnya mengambil langkah yang begitu ekstrim dan menyebabkan kekacauan di istana.
"Apa kamu tahu dosa besar apa yang telah kamu perbuat?! Apa kamu benar-benar memikirkan kerajaan?!"
Dia hanya diam, menatap nyalang ke arah Raja yang terlihat begitu murka. Kepalan tangan semakin menguat seiring dengan lirikan tajam yang ia berikan. Sampai kapan pun ia tidak akan pernah mengakui tuduhan itu. Ia yakin semua orang di istana berusaha menjatuhkannya, mengambil posisi yang selama ini menjadi miliknya.
"Apa Yang Mulia membiarkan saya membela diri? Atau Yang Mulia hanya akan menumpahkan semua kemarahan kepada saya?"
"PUTRA MAHKOTA!!"
Suasana semakin menegang para Perdana Menteri saling berbisik mencibir sikap arogant yang Putra Mahkota miliki.
"Saya hanya bisa berkata, semua bukan ulah saya!"
"Tidak mungkin. Hanya anda satu-satunya yang bersalah!" teriak Perdana Menteri membuat seisi Istana terdiam begitu juga sang Raja yang mengangguk membenarkan ucapannya.
Putra Mahkota berbalik, menatap Perdana Menteri tajam. "Apa anda setakut itu? Ah, menyedihkan!"
"Lancang! Anda berani berkata seperti itu setelah melakukan dosa besar kepada Dewi Pelindung?! Apa anda tidak sadar bagaimana Dewi Pelindung telah berkorban selama ini? Tanpanya kerajaan kita tak akan semakmur ini!"
Putra Mahkota tersenyum mengejek, ia berjalan pelan membuat angin yang sejak tadi bertiup lembut kini berubah kencang menerbangkan dedaunan serta pakaian besar yang dikenakan mereka. Langit seketika berubah hitam, gemuruh mulai terdengar begitu mengerikan.
"Jika memang aku yang membunuhnya, buktikan sekarang juga!" ucapan yang dingin namun menusuk itu membuat semua orang bergidik ngeri.
"HENTIKAN!"
Sang Raja berseru lantang membuat Putera Mahkota menghentikan langkahnya dan semua kembali seperti semula. Angin yang bertiup kencang mulai mereda bahkan langit kembali cerah seperti tidak pernah terjadi apa pun.
"Kamu harus menerima hukumanmu, Putra Mahkota!"
Lagi semua orang berkasak kusuk mendengar perintah langsung dari sang Raja membuat mereka sedikit tenang. Putera Mahkota akan diasingkan dan itu menandakan kerajaan mereka akan aman dari monster yang Ratu lahirkan.
"Kamu akan diasingkan di dasar jurang tengah hutan, sampai Dewi Pelindung bereinkarnasi kembali. Sampai saatnya tiba merenunglah dan kamu tidak akan pernah bisa pergi dari gua itu meski kamu mau!"
"YANG MULIA!!"
Sang Raja menghela napas menatap Putra semata wayangnya sedih, "Itu hukuman terbaik untukmu saat ini."
"Saya tidak bersalah, kenapa saya harus diasingkan?!" Putra Mahkota masih tidak terima.
"Terimalah!"
Putra Mahkota terdiam. Ia hanya bisa menatap kecewa sang Raja. Seperti inilah kehidupan di istana, mereka yang kuatlah yang menang dan semua kebencian yang ia terima seolah belum cukup untuk membuat sang Raja percaya kepadanya.
Ia tidak pernah berpikir untuk membunuh Dewi pelindung, bahkan niat awal untuk melindunginya harus membawa petaka tersendiri. Sejak ia lahir, kutukan itu seolah menjadi pertanda hubungannya dengan Dewi Pelindung yang tidak akan pernah berjalan dengan baik.
"Terserah jika memang itu keputusanmu. Tapi," Putra Mahkota berbalik menatap satu persatu Perdana Menteri, "Yang Mulia harus waspada dengan ini. Aku memang pergi tapi ketahuilah aku tetap mengawasi kalian yang kini tersenyum bahagia atas kepergianku!"
Semua orang terdiam, mereka saling melirik menuduh satu sama lain dan mulai menebar rasa waspada. Putra Mahkota tersenyum melihat bagaimana wajah mereka yang terlihat pucat dan ketakutan. Rencananya berhasil, selama ia terkurung ia tidak akan mebiarkan mereka hidup tenang.
"Lancang sekali! Tidak ada yang berniat membunuh Dewi Pelindung selain anda, Putra Mahkota!" seru Perdana Menteri. Raja mengangguk setuju semakin membuat Putra Mahkota mengepal tangannya kesal.
"Kau hanya mengingkari apa yang seharusnya menjadi takdirmu. Hanya karena Dewi Pelindung akan menjadi pendampingmu, kau tega membunuhnya!" seru Perdana Menteri lagi.
Putra Mahkota menatap berang Perdana Menteri, "Bukankah kau yang menginginkannya mati? Kau yang paling tahu kekuatanku saat menyatu dengan Dewi Pelindung, bukan begitu, Perdana Menteri?!"
Lagi, semua yang ada di ruangan menatap penuh tanya Perdana Menteri yang masih menatap Putra Mahkota dingin. Ia seolah menyembunyikan semua tuduhan itu. Perlahan ia tersenyum dan menggeleng, "Tentu itu tidak benar! Aku sudah mengabdi di kerajaan ini sedari aku kecil. Aku menghormati Dewi Pelindung. Bagaimana bisa kau berkata seperti itu, Putra Mahkota?"
Putra Mahkota menatap Perdana Menteri dingin, perlahan ia membuang sikap angkuhnya dan tersenyum mengejek. Ingin rasanya ia meninju muka tua bangka yang kini tersenyum meremehkannya. Namun, semua itu harus ia tahan. Hukuman yang ada membuatnya terhalang untuk membunuh Perdana Menteri saat ini juga.
"Hentikan! Pengawal seret Putra Mahkota dan buang ia ke dasar gua di tengah hutan. Tidak boleh ada yang membantunya! Jika kalian berani melanggar perintahku, aku akan memenggal kepala kalian!"
Semua orang bernapas lega, setidaknya tidak akan ada pemenggalan di persidangan kali ini. Raja Emerland yang terkenal kejam, tidak segan memenggal kepala siapa saja yang melanggar peraturan kerajaan.
Kerajaan Emerland yang terletak di tengah hutan dengan bukit yang menjulang tinggi untuk menutupi kerajaan itu. Kerajaan Emerland merupakan salah satu dari tiga kerajaan terbesar di negeri itu. Kerajaan yang paling subur dan juga makmur. Semua rakyat hidup dengan damai. Namun, kedamaian itu akan musnah dengan terbunuhnya Dewi Pelindung.
Dewi Pelindung adalah Dewi yang di percayai Kerajaan Emerland sebagai Dewi pembawa berkah. Jika Putra Mahkota dan Dewi Pelindung menyatu, kekuatan yang tiada tara akan tercipta dan menjadikan Kerajaan Emerland sebagai Kerajaan termakmur dan terkuat di antara dua kerajaan lainnya. Sudah beberapa generasi yang gagal menikah dengan Dewi Pelindung membuat Raja Emerland terobsesi menikahkan Putra Mahkota dengan Dewi Pelindung.
Dewi Pelindung yang lahir dari kuil suci di ujung kerajaan membuat keturunan Emerland tidak mampu menembus pertahanan kuil itu. Hingga pada saat Putra Mahkota terlahir dengan tato naga di punggungnya, membuat pertahanan kuil suci melonggar. Mereka semua percaya Putra Mahkota di lahirkan untuk menikahi Dewi Pelindung.
Bukan perkara mudah, seorang perempuan lahir di kuil suci itu. Kuil yang di huni beberapa penduduk yang terbilang suci hanya mampu menghasilkan anak laki-laki untuk menjadi penerus penjaga kuil. Anak perempuan yang akan menjadi Dewi Pelindung sangat sulit di dapatkan meski mereka telah berusaha. Seratus tahun sekali, atau bahkan 2 abad sekali, kuil itu mampu menghasilkan Dewi Pelindung yang banyak rakyat nantikan.
"Ervin Elenio Emerland, sampai saatnya tiba nanti. Kau akan di asingkan di gua terlarang. Kau akan bangkit saat Dewi Penjaga terlahir kembali dan menemukanmu di dasar gua itu!!!"
Ervin Elenio Emerland, Putra Mahkota satu-satunya di Kerajaan Emerland. Putra Mahkota dengan tato naga di punggungnya. Putra Mahkota yang terkenal dengan sifat dingin dan angkuh. Putra Mahkota yang memiliki kekuatan iblis yang masih tersembunyi di dalamnya.
"Baiklah jika itu maumu, aku hanya mengingatkan sekali lagi. Aku harap kau tidak akan pernah lupa peringatanku, Yang Mulia Raja Emerland."
***