Gaea duduk di ruang tamu bimbang dengan keputusannya, haruskah mengikuti Eryk ataukah tidak. Ia memang senang mengejek Eryk yang paranoid hanya bagaimana jika ini benar?
"Babe! Ayo kemari!" Alex berseru dari belakang rumah.
Pesta makan kali memang diadakan di halaman belakang tepatnya samping kolam renang.
Gaea memang sejak tadi memisahkan diri bahkan tidak membantu beres-beres sebagai bentuk penolakan.
"Nona Gaea tidak mau makan?" tanya Sebastian.
Gaea menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tahu apakah aku harus setia pada Eryk atau teman-temanku."
Sebastian tersenyum, "Kenapa tidak mengambil tengahnya? Keduanya?"
"Maksudmu?" Gaea tidak mengerti.
"Bergabunglah Nona Gaea," kata Sebastian lembut, "tetapi tetap buka matamu, itulah yang diajarkan Tuan Besar Xander padaku."
Gaea menggelengkan kepala, "Aku tidak bisa, mereka sudah aku anggap sebagai teman dekatku, bagaimana bisa aku curiga pada mereka?" Ia memeluk lututnya penuh rasa bimbang, "aku takut kebenaran jika ada yang mengkhianati aku lagi, aku tidak mau ...."
Sebastian mengelus pucuk kepala Gaea lembut, "Aku tahu ini berat untuk Nona Gaea mengingat belum lama ini mengetahui tentang Nona Lola, tapi terkadang hidup memberikan kita pilihan sulit, tinggal mau memilih yang terbaik untuk Nona Gaea yang mana."
Gaea tetapi tidak bergeming sama sekali.
"Baiklah, akan aku beritahukan bahwa Nona Gaea tidak bisa ikut makan bersama," kata Sebastian dan berjalan belakang rumah.
Gaea termenung bahkan setelah Sebastian pergi.
Apa yang harus dilakukannya?
***
Eryk dan Rainer tiba di depan kapal pesiar di luar dugaan begitu besar kapalnya hampir bisa menampung lima ratus orang, ia tak tahu tujuan Kervyn apa menyewa kapal sebesar ini padahal tamunya tidak cukup banyak seperti yang diberitakan Johnny.
Eryk menyerahkan ponselnya agar bisa di cek undangan resminya yang mencurigakan juga melihat sepasang tamu di depannya memakai kartu undangan fisik. Setelah lolos ia ke proses pemeriksaan tubuh, semuanya diperiksa hingga bagian dalam sepatunya. Ia percaya diri sebab tidak membawa apa-apa semacam pistol.
Petugas pemeriksaan akhirnya mempersilakan mereka berdua masuk ke dalam.
Eryk langsung masuk ke dalam diikuti Rainer dari belakang.
Situasi di dalam sudah begitu ramai dengan para tamu, Eryk melihat orang-orang di sini yang pernah hadir di lelangnya juga, ia rasa Kervyn sungguhan akan melakukan lelang, hanya saja lelang apa mengingat ini ilegal.
Eryk duduk di kursi nomor miliknya yang telah disediakan, melirik Rainer yang enggan duduk, "Kau tidak mau duduk?"
"Spotlight bukanlah tempatku," kata Rainer lalu melenggang pergi ke bagian belakang untuk bersandar.
Eryk terpaksa menunggu sendirian, ia bertepuk tangan ketika seorang wanita muda membawa mikrofon untuk membuka acara. Ia mengira Kervyn akan menunjukan diri sebagai pembuka seperti halnya ia dulu saat mengadakan lelang, ataukah asumsinya salah?
Yang membuat lelang ini bukan Kervyn?
Eryk memandang bosan wanita muda yang mulai memperkenalkan berlian bernama The Cullinan. Ia berpikir: ia selalu tahu Kervyn suka barang langka hanya tak tahu akan parah seperti ini mengingat pemilik berlian tersebut tidak mempublikasikan namanya.
Eryk berpikir bagaimana bisa berlian semahal begitu jatuh ke lelang ilegal? Kemampuan Kervyn sungguh tidak bisa diremehkan.
Para penawar yang biasa disebut Bidder mulai memasang harga atas berlian tersebut.
Eryk hanya diam sebab sejak awal tidak begitu tertarik dengan berlian atau pun barang langka lainnya jadi ia akan menunggu hingga selesai acaranya.
***
"Tungguh!" Gaea menghentikan langkah Sebastian yang baru sampai di pintu belakang halaman, "tidak apa, aku akan ke sana."
"Kau yakin Nona Gaea?" tanya Sebastian.
Gaea mengangguk, "Aku tidak bisa terus lari, aku akan menghadapinya, aku yakin semua keluarga Enzo tidak ada yang jahat."
"Semangat yang bagus Nona Gaea," Sebastian memuji, "jika berkenan, aku mau istirahat."
Gaea baru menyadari bahwa wajah Sebastian pucat dari biasa bahkan di bagian bibir muncul garis-garis putih, "Istirahatlah, kau membutuhkannya, Sebastian."
Sebastian membungkuk hormat sebelum kembali ke kamar tidurnya.
Gaea melirik ke belakang halaman, di sana Lola dan Alex sedang membuka makanan bersama. Ia berpikir, berarti itu aman untuk dimakan sebab makanannya tidak berada di satu orang saja, ia akan menuruti pendapat Sebastian mengambil di tengah, "Apa yang aku lewatkan, guys?" tanyanya saat sudah di dekat.
"Babe! Kau datang! Lama sekali!" kata Alex merangkul manja Gaea.
"Um ... aku harus mengganti pembalut?" Gaea menjawab asal.
Seketika Alex menjauh, melepas kontak mereka, "Eww ...."
Gaea tertawa, "Bergurau saja, Alex."
"Tidak keren, babe," kata Alex.
"Maaf," kata Gaea diselingi tawanya, "siapa sangka Alex Enzo takut dengan pembalut~?"
"Aku tidak, Gaea. Aku enggan membayangkan pembalut," kata Alex, "bagaimana kalau kita makan saja? Kau bisa makan pizza, tetapi aku memesan roti yang tak kalah enak loh, dan toko roti itu tempat Katherine bekerja dulu."
Rasa ingin tahu Gaea melesat naik tajam mendengar kata Katherine, ia mengambil roti berbentuk bulat dengan taburan keju di atasnya dari piring, "Katherine yang memasak rotinya?"
Alex menelan satu gigitan roti yang sedang dikunyahnya supaya bisa berkata, "Bukan, dia bekerja sebagai kasir di sana, meskipun memang benar Katherine pandai memasak, itulah yang disukai Eryk dari dia."
"Oh," Gea bergumam kecewa, keahlian memasaknya masih kurang jadi ketika mendengar wanita tipe Eryk itu pandai memasak, ia langsung murung.
Lola yang sejak tadi diam, mengeluarkan suaranya ketus, "Aku benci dia, dia membawa pengaruh buruk bagi Eryk."
"Bagaimana bisa?" tanya Gaea memandang roti yang dipegangnya yang tergigit kecil yang memperlihatkan bagian dalam cokelat leleh, masih ragu apakah harus lanjut makan.
"Karena dia, Eryk jadi menyewa apartemen di tengah kota dan jarang pulang kemari, Eryk juga jadi memiliki tato di tubuhnya gara-gara dia juga. Dia kan jadi tidak bisa donor darah lagi," kata Lola masih dengan nada ketusnya menunjukan betapa bencinya pada Katherine.
Gaea berpikir, apakah yang Lola maksud tato mahkota di jari telunjuk kanan Eryk? Itu kan masih bisa mendonor, lengan Eryk ada juga beberapa tetapi tidak penuh.
Mungkin Lola hanya cemburu mengingat Katherine wanita yang dicintai Eryk.
"Biar aku tebak, di sana pertama kali mereka bertemu?" tanya Gaea.
Alex mengangguk, "Toko roti itu juga menyajikan kopi yang enak, Ferdinand yang memberikan saran ke Eryk, dia kan pecinta kopi, dan di sana juga ada kekasih Ferdinand bekerja, jadi untung dua kali lipat."
"Tipikal Cinderella," kata Lola ketus, "mereka baru kenal sebulan, tetapi Eryk mengajak tinggal di sini entah karena apa, akhirnya dia jatuh cinta juga deh setelah rayuan murahan Katherine tentunya."
Gaea berpikir, "Hubungan mereka berarti belum lama, benar?"
"Belum, mereka kenal dua bulan lebih, tetapi baru menjalin cinta baru-baru ini," kata Alex.
Gaea mengembuskan napasnya, berarti ia telah menghancurkan hubungan yang sedang panas-panasnya dengan lamaran itu.
Hebat.
Gaea memakan rotinya, namun ia tidak dapat merasakan kelezatan roti tersebut karena hatinya sedang sedih.
***
Eryk mulai kehilangan kesabarannya, sudah tiga jam lebih lelang berlangsung, tetapi tak ada tanda-tanda keberadaan Kervyn. Ia mulai berpikir bahwa Aizawa menipunya dan juga, berbicara Aizawa, di sini sama sekali tidak terlihat pria paruh baya berdarah Jepang itu.
"Terima kasih atas kedatangannya malam ini."
Eryk memukul pahanya emosi mendengar pemandu suara mengumumkan selesainya lelang malam ini. Ia langsung berdiri tanpa peduli dengan sisa ucapan pemandu itu. Ia menghampiri Rainer yang masih bersandar di dinding, bosan, "Ayo kita pulang."
Rainer berdiri, "Tetapi acara belum selesai, Eryk. Mungkin akan ada kejutan lain?"
"Waktuku terlalu berharga untuk hal tidak penting seperti ini," kata Eryk dingin.
"Baiklah," kata Rainer, walaupun merasa ada yang aneh di sini sebab selama lelang ada beberapa peserta yang pergi, namun tidak kunjung kembali ke ruangan.
Eryk hendak keluar, namun dihalangi seorang pria yang tadi memeriksa keamanan para tamu di luar kapal, "Aku mau pulang."
Petugas keamanan itu berkata, "Tentu, tetapi Tuan terlihat tidak menikmatinya, jadi saya ingin merekomendasikan lelang VVIP yang sedang berlangsung sekarang."
Eryk dan Rainer terkejut mendengarnya.
Kemarin Johhny tidak bilang ada lelang VVIP!
Eryk dan Rainer saling memandang satu sama lain. Lalu mengangguk bersamaan.
"Please?" kata Eryk.
"Ikuti aku, Tuan," kata Pegawai itu sopan.
Eryk dan Rainer mengikuti dari belakang.
Eryk merasakan firasatnya akan bertemu Kervyn kali ini.
***
Pegawai tersebut mengajak Eryk dan Rainer ke lantai tiga kapal yang suasananya lebih sepi, di sana mereka di ajak ke sebuah ruangan gelap berukuran kotak kecil, terdapat kursi dan meja panjang tertempel di tembok, "Silakan Tuan masuk ke dalam," katanya sambil membukakan pintu sopan.
Eryk dan Rainer melirik satu sama lain, melempar sinyal apakah ini aman atau jebakan.
"Nyalakan lampunya," kata Eryk.
"Maafkan aku, tetapi tidak bisa Tuan, sudah dirancang seperti ini," kata Pegawai tersebut masih dengan nada sopan.
Eryk melirik Rainer yang berada di sampingnya, "Aku masuk terlebih dahulu jika terjadi sesuatu, kau tahu apa yang harus kau lakukan Rainer."
Rainer menatap Eryk, "Lebih baik kita lupakan ini."
"Uh, maaf mengganggu percakapan Tuan, tetapi ini adalah tempat khusus solo lelang, peserta dipisah sebab mereka meminta identitas mereka diketahui. Di meja ada tombol sebagai pemberitahuan jika Tuan ingin menawar," Pegawai itu menjelaskan, "terkait lampu, sejak dulu kami memang tidak pernah dinyalakan untuk meminimalkan identitas peserta ketahuan oleh peserta lain."
Eryk berpikir sebentar; sejak dulu? "Lelang ini memang sudah berapa kali diadakan?"
"Setahun sekali Tuan," kata Pegawai tersebut, "ini lelang yang ketiga."
Eryk mengerti jadi jika tidak mengambil kesempatan ini, ia harus menunggu setahun lagi untuk ikut, mana mau ia menunggu selama itu, "Aku ikut."
"Tapi Eryk," kata Rainer tidak setuju, "lebih baik kita menyusun rencana lain lagi."
Eryk menggelengkan kepala, "Semakin aku mengulur waktu semakin aku kehilangan kesempatanku menemukan Katherine dan Kervyn," Ia menatap serius Rainer, "maaf iya, aku mengerti kau cemas, tetapi aku yakin ini benar."
Rainer mengembuskan napasnya, kemudian menatap Pegawai, mencoba bernegosiasi, "Bisa aku masuk belakang? Tidak mungkin, kan pintu ini terkunci setelah kami masuk?"
"Tentu bisa Tuan," kata Pegawai itu.
Rainer mengangguk, "Baiklah, kau bisa, aku akan di sini melihat situasi terlebih dahulu."
Eryk mengangguk, kemudian masuk ke dalam yang setelah beberapa detik masuk pintunya tertutup membuat cahaya di luar terhalang hingga ruangan semakin gelap. Ia duduk di kursi yang telah disediakan dan menyadari bila ada kaca di depannya, ia menyentuhnya untuk memastikan, "Tebal, penghalang kuat cahaya lampu agar tidak tembus ke sini."
Eryk berpikir ini begitu dipersiapkan matang-matang, penyelenggara ini pasti sudah menyewa ini sebelumnya atau dia menyiapkan dalam waktu yang lama.
Lampu di bagian luar kaca menyala, memperlihatkan sebuah ruangan kecil di sana, dan Eryk menyadari ada ruangan kaca lain di sana mengelilingi ruangan kecil tersebut, pastilah itu tempat para penawar lelang ini.
Sesuai ucapan perkiraan Eryk, cahaya luar tidak menembus sepenuhnya ke ruangannya hanya sisa sedikit yang bisa membuatnya melihat tombol berwarna merah di mejanya yang digunakan untuk menawar sesuai apa yang dikatakan Pegawai tadi dan satu buah tablet bergambar kalkulator? Buat mengetik nominal tampaknya.
Eryk bertopang dagu sekaligus menyilangkan kakinya, menunggu.
Seorang pria tinggi memakai topeng menutupi seluruh wajahnya masuk ke dalam dengan langkah elegan, berdiri di tengah-tengah dan mulai memperkenalkan dirinya, "Selamat malam para peserta, sesuai janjiku tadi, akan ada satu lagi yang akan dilelangkan, sesuatu yang istimewa."
Eryk bangkit dari duduknya sambil memukul meja, wajahnya yang bosan berubah emosi.
Eryk memang tidak bisa melihat wajah pria itu, tetapi struktur tubuh, gestur serta warna rambut pirang membuatnya yakin bahwa itu Kervyn, dan suaranya hampir sama seperti terakhir kali mereka duel di hutan.
Wajah pria bertopeng itu tiba-tiba tertuju pada Eryk, "Lelang istimewa ini aku persembahkan untuk seseorang yang begitu spesial bagiku sudah jauh-jauh ke sini."
Eryk menggertakan giginya, "Kervyn."
Pria bertopeng itu mengulurkan tangan ke arah pintu yang tadi dimasukinya, "Kemari, tidak apa."
Seorang wanita yang mengenai topeng juga masuk ke dalam dengan didorong secara paksa, ia hampir kehilangan keseimbangan jika saja pria itu tidak segera menangkapnya.
Mata Eryk melebar, "Tidak mungkin ...."
Pakaian, rambut hitam panjang, hingga struktur tubuh wanita itu cocok dengan Katherine.
Eryk mengepalkan tangannya kuat berusaha menahan emosinya yang hendak meledak.
Pria bertopeng itu menuntun wanita itu ke tengah agar bisa dilihat oleh peserta lelang, "Lelang kali ini adalah wanita cantik ini, dia seorang yang mahir memasak dan menyanyi tentunya seorang wanita yang sempurna."
Wanita itu menengadahkan wajahnya yang sejak tadi hanya tertunduk memandang lantai, mata hitamnya memancarkan rasa ketakutan yang besar.
"Katherine," panggil Eryk pelan, segera menekan tombol untuk menawar.
"Oh tenanglah, aku belum selesai bicara mengenai wanita ini, aku tahu kalian menginginkan dia," kata pria bertopeng itu dengan tawa kecil yang seolah mengejek Eryk.
Eryk tidak peduli tetap menekan tombol.
"My, my, ada yang tidak sabaran rupanya," kata pria bertopeng itu, "baiklah kita mulai lelang ini, dimulai dari Anda, Tuan," katanya menunjuk arah ruangan Eryk.
Eryk sejujurnya bimbang mau memasang uang berapa karena menjadi yang pertama, menawar murah atau langsung mahal. Ia tahu Katherine takkan menilai jelek hanya karena tawaran murahan ini, hanya saja ia merasa tawaran ini sebagai perasaannya, "Aku harus bera—"
"Halo? Apakah ada orang di sana?" tanya pria bertopeng itu, "waktu Anda habis jadi yang lain bisa memasang penawaran sekarang."
"Fu—" Eryk mengumpat karena terlalu lama berpikir, tetapi di lubuk hatinya ia lega karena tidak jadi yang pertama menawar.
"Lima ribu dollar," kata pria bertopeng itu.
Di luar dugaan angka penawaran sudah tinggi, padahal deskripsi Katherine termasuk biasa saja, apakah mereka membeli karena hal lain?
Eryk dengan segera menekan, lalu mengetik harga di layar sentuh bergambar kalkulator yang tertempel di meja lalu mengirimnya.
"Ah, sepuluh ribu dollar," kata pria bertopeng itu.
Eryk mengepalkan tangannya ketika melihat ruangan di seberangnya menawar lebih tinggi lagi.
"Dua puluh ribu dollar," kata pria bertopeng itu, "angka yang tinggi, jika begitu sebagai kemeriahannya, aku akan buka topeng dia."
Eryk segera menekan tombol sebelum pria bertopeng itu sempat melepas topeng yang berada di wajah Katherine, "Fuc—" sejujurnya ia tidak ingin membuang uang yang banyak, tetapi jika wajah Katherine terbongkar ada kemungkinan menjadi bahan lelucon dari para peserta lain jika mereka tidak bertemu secara sengaja di luar lelang, ia mengetik nominal angka dengan berat hati.
"Wow, seratus ribu dollar," kata pria bertopeng itu tersanjung.
Eryk memicingkan matanya tajam, "Kau sungguh licik."
Eryk memang bisa mendapatkan Katherine, tapi ditukar dengan uang simpanannya. Ia jadi curiga sesungguhnya Kervyn ingin mengincar uangnya. Yang menjadi bingung kenapa di acara lelang bukan pencurian biasa yang hanya minta tebusan.
Apakah ada yang lain?
"Jadi ada yang mau menawar lebih tinggi?" tanya pria bertopeng itu.
Eryk berharap-harap cemas agar peserta lain tidak menawar lebih tinggi, jika tidak sisa uang simpanannya akan benar-benar habis, dan terpaksa memakai uang warisan ayahnya yang disimpan di bank Swiss.
"Deal. Kita sudah mendapat penawarnya."
Eryk mengembuskan napasnya lega, namun ia terkejut tanpa bicara apa-apa, pria bertopeng itu membawa Katherine keluar ruangan, "Hey!" Ia langsung keluar dari ruangan tersebut yang ditahan oleh pegawai tadi.
"Tuan."
Eryk menaikan alisnya; kenapa pegawai ini tidak kembali bertugas malah menunggunya di luar? Pasti ini ulah Kervyn, amarahnya naik lagi, "Minggir."
"Maaf tidak bisa Tuan, anda harus membayar uang yang sudah disepakati saat lelang tadi," kata pegawai itu, "silakan ikuti saya ke tempat pelunasan."
Eryk mengembuskan napasnya menenangkan darahnya yang telah mendidih, lalu mengikuti pegawai itu.
***
Setelah membayar uang lelang yang telah disepakati, Eryk diminta menunggu di ruangan tengah di lantai empat, sebelum itu ia bertanya kemana Rainer, namun dijawab tidak tahu oleh pegawai tadi. Ia tahu Rainer suka menyendiri, tetapi pergi selama ini tak wajar sekali.
Apakah ada sesuatu?
Eryk mengecek jam di tangannya, sudah lebih dari tiga puluh menit menunggu di sini layaknya orang bodoh, ia mulai berpikir apa ini tipuan Kervyn lagi, saudaranya itu sungguh tahu bagaimana membuatnya kesal.
Tadi saja ia harus membayar menggunakan bank Swiss miliknya yang membuatnya terpaksa sekali menggunakan uang warisan ayahnya.
"Oh," Eryk melihat dua orang pegawai berjalan ke arahnya sambil memegang seorang wanita yang ia tahu siapa, tanpa basa-basi menghampiri, "lepaskan dia."
Mereka menurut, melepaskan cengkeraman tangan mereka di lengan atas wanita itu.
Wanita itu mengelus pelan tempat cengkeraman orang tadi yang kini memerah sebelum kemudian menatap Eryk sendu, "Eryk ... kau datang ...."
Eryk tidak menjawab, lebih milih berlari dan memeluk wanita itu erat, menumpahkan semua perasaannya yang ditahannya selama ini, "Syukurlah kau baik-baik saja, Katherine."
Katherine membalas memeluk Eryk erat juga, "Aku begitu takut tidak bisa bertemu kau lagi, Eryk."
Eryk membelai rambut hitam Katherine lembut, "Kau selamat sekarang, baby."
"Aku tahu," kata Katherine.
Sebuah tepuk tangan, menghentikan percakapan mereka berdua, mencari dari mana asalnya.
"Aww ... reuni yang mengharukan ...." kata Kervyn sambil menyentuh dadanya 'terharu'.
Note :
Jangan lupa beri batu daya ya biar saya semangat buatnya 🥺
💕💕💕