webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · 若者
レビュー数が足りません
251 Chs

Wajar kalau Cakya cemburu sama dokter Alfa

Seperti yang direncanakan, setelah mengantar Kahfi dan Rima. Alfa langsung meluncur kerumah Erfly.

Sesampainya dirumah Erfly sudah ada Gama yang duduk di meja makan, Alfa mengusap pucuk kepala Erfly sayang sebelum duduk.

"Dari mana Ko...?", Erfly bertanya sembari memasukkan nasi kedalam piring untuk Alfa.

"Emang mau kemana lagi seorang dokter dek...?", Alfa bertanya pelan disela senyumnya. Menerima piring yang sudah diisi nasi oleh Erfly.

Setelah makan, Alfa memutuskan untuk duduk diteras bersama Gama. Erfly keluar dengan kopi susu untuk Alfa dan Gama.

"Bagaimana sekolahnya Gama...?", Alfa bertanya pelan sembari menyeruput kopinya.

"Alhamdulillah, lancar aja dokter", Gama menjawab santai.

HP Alfa berbunyi. "Halo...?", Alfa bicara pelan. Satelah diam beberapa saat, "Iya, saya segera kesana", Alfa bicara sesaat sebelum menutup telfon.

"Ada apa Ko...?", Erfly bertanya saat Alfa sudah memasukkan HPnya kedalam kantong celananya lagi.

"Koko harus ke rumah sakit. Ada pasien yang harus Koko cek", Alfa bicara santai. Kemudian menyeruput habis kopinya tanpa tersisa. "Koko pergi ya", Alfa mengusap pucuk kepala Erfly sebelum berlalu pergi.

"Hati-hati Ko", Erfly mengingatkan.

Alfa hanya mengangguk pelan sebelum masuk kedalam mobil, dan berlalu pergi.

Gama memperhatikan tingkah Erfly dan Alfa dengan saksama. Kemudian tersenyum kecil menyeruput kopinya.

"Kenapa bang...? Tiba-tiba senyum-senyum sendiri. Erfly lama-lama jadi ngeri melihat abang kayak gitu", Erfly bergindik ngeri melihat tingkah Gama.

"Wajar kalau Cakya cemburu sama dokter Alfa", Gama bicara diluar dugaan Erfly kali ini.

"Maksudnya...?", Erfly bertanya bingung.

"Melihat kelakuan kamu yang kayak gitu ke dokter Alfa", Gama kembali menjelaskan.

"Lha... Dia kan kakak Erfly, g'ak ada yang salah bang...", Erfly protes tidak terima dengan tuduhan Gama barusan.

"Itu menurut kamu dek. Walau bagaimanapun, tetap saja, dokter Alfa itu laki-laki dan kamu perempuan. Dan kedekatan kamu sama dokter Alfa, bisa bikin orang jadi salah paham... ", Gama menjelaskan santai, kemudian menyeruput kopinya lagi.

Erfly mengerti kemana arah pembicaraan Gama. Bagaimanapun Alfa bukan kakak kandungnya, dan kedekatannya dengan Alfa bisa membuat orang lain salah paham. Karena tidak semua orang tahu kalau Alfa adalah kakak angkatnya.

Gama memutuskan untuk pulang setelah menerima telfon. Katanya ada orang baru lagi yang mau mengisi kamar kos-kosan. Hanya dalam beberapa hari, kamar kos sudah terisi penuh.

Sesuai janjinya, Gama sudah mengundurkan diri dari tempat kerja. Dan Gama bahkan tidak pernah cerita kepada siapapun tentang kos-kosan yang diberikan Erfly untuknya.

***

Ibu Cakya duduk disamping Cakya yang asik dengan gitarnya.

"Bang... Sekali-sekali ajakin Erfly kerumah bang, mama kangen sama dia", ibu Cakya bicara pelan.

Cakya tidak menjawab hanya menganggukkan kepalanya pelan.

"Entah kenapa bang, mama rasanya dekat banget sama Erfly, padahal belum lama mama kenal sama dia. Kalau dilihat-lihat, Erfly mirip... Sama Asri bang", ibu Cakya bicara pelan.

Cakya menghentikan petikan gitarnya, karena tiba-tiba salah satu senar gitarnya putus.

"Astagfirullah, kok bisa putus bang...?", ibu Cakya bertanya bingung.

Cakya hanya menggelengkan kepala pelan.

***

Keesokan harinya Cakya dan teamnya mulai seleksi basket. Erfly dan Gama memutuskan untuk menonton. Team sekolah Cakya menang dengan mulus, dan lanjut lomba keesokan harinya.

Cakya duduk disamping Erfly, tanpa basa-basi langsung menarik botol minum yang masih berada dimulut Erfly, spontan saja Erfly tersedak. Karena kesal, Erfly memukul lengan Cakya, bukannya marah Cakya malah tertawa terbahak-bahak.

"Mama nyariin Erfly tu", Cakya bicara pelan setelah menenggak habis air didalam botol.

"Hah...? Kenapa...?", Erfly bertanya bingung.

"Paling kangen sama calon mantunya", Cakya nyeletuk asal.

Erfly langsung menatap kearah Cakya dengan muka seperti udah rebus.

"Balik yuk", Gama berusaha mencairkan suasana.

"Duluan saja keluarnya, Cakya ambil tas dulu dibawah. Nanti Cakya nyusul ke parkiran", Cakya menunjuk tas yang masih berada disudut lapangan.

Cakya segera turun, kemudian mengambil tas dan pamit kepada pelatih dan teman-temannya. Cakya segera menuju perkiraan. Melihat kesegala penjuru mencari Gama dan Erfly.

Sebuah lambaian tangan terlihat memberi kode kepada Cakya. "Dia malah nongkrong di tukang siomay, katanya mau pulang...?", Cakya bertanya pelan setelah menghampiri Erfly dan Gama yang asik memakan siomay.

"Laper, makan dulu. Mumpung ditraktir Erfly", Gama bicara dengan mulut penuh makanan.

"Enak aja, kan abang yang ngajakin, abanglah yang bayar", Erfly langsung protes.

Cakya tersenyum melihat tingkah Erfly dan Gama, kemudian memesan 1 piring untuk dirinya sendiri.

Setelah makan Gama dan Erfly ikut kerumah Cakya. Setelah mengucap salam dan disambut hangat oleh ibu Cakya, Gama memutuskan masuk kedalam kamar Cakya. Sedangkan Erfly, setelah meletakkan cemilan untuk adik-adiknya Cakya keatas meja tamu, malah langsung mengikuti ibu Cakya kearah dapur.

Erfly duduk di tangga yang memisahkan ruang tengah dan dapur. "Mama mau dibantuin g'ak...?", Erfly bertanya pelan.

"G'ak usah sayang, ini juga udah mau selesai", ibu Cakya menolak dengan melemparkan senyuman terindahnya.

"Kemana saja, udah lama g'ak kesini...?"

"Maklum ma, artis lagi banyak kolingan. Hahahaha"

"Bisa saja kamu"

"Mama g'ak ketoko...?"

"Udah g'ak lagi, sejak Cakya sakit, toko sudah mama serahin ke pegawai yang udah lama ikut mama. Paling kesana sekali-sekali ngecek, kalau uang setoran, tiap seminggu sekali diantar. Setelah drop barang"

"Alhamdulillah, mama jadi g'ak terlalu capek. Oh... Ya papa kemana ma...?"

"Ada di belakang"

"Belakang...? Kebun...?"

"Hahahaha, bukan. Kan papa bikin furnitur sekarang. Jadi... Lewat kebun singkong, g'ak jauh dari situlah"

"O... Alhamdulillah, papa jadi ada kegiatan kalau begitu"

"Oh iya nak, orang tua kamu g'ak pernah pulang...?"

"Jarang ma. Bahkan kadang Erfly sendiri lupa kalau punya orang tua"

"Kasian kamu nak. Terus kamu siapa yang jaga disini...?"

"Ada kakak angkat Erfly yang selalu ngontrol ma"

"Jadi... Jajan dan kebutuhan kamu ditransfer tiap bulan...?"

"Erfly udah g'ak pernah pakai lagi ma, udah lama Erfly g'ak terima uang mereka"

"Kenapa...? Terus kamu sehari-hari uangnya dari mana...?", ibu Cakya bertanya bingung sekaligus penasaran.

"Dia mah juragan kontrakan dan kos-kosan kak. Kos-kosannya dimana-mana, sama kontrakannya. Jadi... Dia tinggal tunggu transferan doang tiap bulannya", Gama tiba-tiba sudah berdiri disamping Erfly.

Erfly langsung memukul betis Gama, hingga Gama duduk mengaduh menggosok kakinya yang sakit.

"Sakit tau dek", Gama protes.

"Jangan suka lebay jadi orang", Erfly bicara kesal.

"O... Juragan kontrakan dan kos-kosan ternyata anak mama yang satu ini", ibu Cakya tertawa geli melihat tingkah Erfly dan Gama yang bertengkar seperti anak kecil.

"Bang Gama suka lebay. Hanya beberapa ma. Cukuplah buat hidup sehari-hari", Erfly merendah.

"Beberapa ya...?", Gama bertanya pelan menatap kearah Erfly, sangat jelas kalau dia sedang menyindir Erfly.

Erfly kembali memukul lengan Gama kesal. Gama malah tertawa puas melihat muka kesal Erfly.