Erfly pulang diantar Gama, walaupun mereka membawa motor sendiri-sendiri. Gama langsung pulang setelah yakin kalau Erfly selamat sampai dirumah.
Saat Erfly masuk kedalam rumah, HPnya berbunyi.
"Kenapa Ko...?"
"Dek, mama kamu telfon dari tadi"
"Biarin ajalah Ko"
"Dek, mereka itu khawatir sama kamu. Kata mama kamu, kamu g'ak pernah pakai uang kiriman dari mereka. Kenapa...?"
"Kalau mereka khawatir, harusnya mereka pulang Ko. Bukan cuma kirimin duit doang. Erfly g'ak butuh uang mereka. Erfly bisa cari uang sendiri"
"Dek... Mereka itu sayang sama kamu. Telfon balik gih"
"Erfly capek Ko, mau istirahat", Erfly langsung memutuskan hubungan telfon.
***
Sesuai rencana, team basket sekolah Cakya kembali bertanding. Hasil tidak pernah mendustai usaha. Team Cakya akhirnya berhasil mendapat juara 1.
Setelah pembagian piala, Cakya menghampiri Erfly dan Gama.
"Selamat", Erfly memberi selamat Cakya.
"Terima kasih", Cakya mengacak rambut Erfly. "Kita satu team diajak pelatih makan-makan, Gama sama Erfly ikut sekalain", Cakya memberi saran.
"Erfly balik deh, kan ini acara team basket", Erfly bicara pelan.
"Gama juga balik", Gama malah ikut-ikutan Erfly.
"Ya udah, hati-hati kalau begitu. Om, titip Erfly ya", Cakya kemudian pamit menyusul teman-temannya.
"Cakya...", Erfly berlari menyusul Cakya.
"Kenapa...?", Cakya menoleh kearah Erfly.
"Ntar malam Cakya ada waktu g'ak...?", Erfly bertanya ragu.
"Kenapa...?", Cakya bertanya bingung.
"Kita... Cari makan keluar", Erfly bicara pelan.
"Siap, InsyAllah ba'da magrib, jam 7 Cakya kerumah", Cakya membuat janji, sebelum berlalu pergi.
Setelah makan bersama teamnya, Cakya melihat jam sudah menunjukan pukul 18.45 Wib. Cakya memutuskan untuk langsung pulang, bersiap-siap langsung ke rumah Erfly.
Diperjalanan Cakya bertemu Mayang yang sedang dipukul oleh seorang lelaki.
Cakya memarkirkan motornya kemudian langsung menolong Mayang.
"Kamu jangan ikut campur. Ini urusan saya sama dia", lelaki itu berteriak kesal, karena tidak terima dipukuli oleh Cakya.
"Dia perempuan, jangan kasar. Kalau ada masalah dibicarakan baik-baik", Cakya berusaha menasehati.
Lelaki itu langsung berkelahi dengan Cakya, beruntung warga segera datang melerai perkelahian. Lelaki itu pergi dengan muka masam. Cakya berterima kasih kepada warga yang sudah menolong, setelahnya menghampiri Mayang.
"Mayang g'ak apa-apa...?", Cakya bertanya pelan.
Mayang hanya menggeleng pelan.
"Dia siapa...?", Cakya bertanya lagi.
Mayang bukannya menjawab malah menangis.
Cakya memutuskan untuk ke warung membeli minum untuk Mayang, setelah minum Mayang sedikit lebih tenang. Dan mulai bercerita.
"Dia... Tunangan Mayang"
"Kok...?"
"Ayah Mayang punya hutang sama dia. Dia itu rentenir"
"Astagfirullah"
"Mayang dipaksa nikah besok sama dia, karena ayah Mayang g'ak bisa bayar hutang"
"Terus... Mayang mau...?"
"Mayang bingung. Kalau jujur Mayang mau namatin sekolah dulu, belum kepikiran buat nikah. Tapi... Kalau dipikir lagi, kasian ayah ditekan terus sama rentenir bangkotan itu"
"Terus maunya Mayang gimana...?"
"Mayang bingung, Mayang takut pulang. Pasti dia bakal kerumah buat maksa Mayang nikah besok"
Hujan turun dengan derasnya, Cakya memutuskan untuk berteduh diwarung kopi. Sambil menunggu, Mayang menceritakan masalah keluarganya kepada Cakya.
Mulai dari kebun ayahnya yang gagal panen, sampai harus meminjam uang kepada rentenir untuk biaya sekolah Mayang dan adik-adiknya. Bahkan ancaman rentenir yang akan mengambil rumah mereka satu-satunya kalau Mayang menolak menikah dengannya.
Cakya menatap jam tangannya yang sudah hampir menunjukkan pukul 20.30 Wib. Hujan sudah mulai reda.
"Ini hujan sudah mulai reda, bagaimana kalau Mayang nginap dirumah Cakya dulu malam ini. Besok kita pikirkan lagi harus bagaimana...?", Cakya berusaha menawarkan solusi.
***
Alfa memarkirkan mobilnya tepat dihadapan rumah Erfly.
"Dek... Kok kamu diluar...?", Alfa bertanya bingung saat melihat Erfly yang duduk diteras rumah.
"G'ak apa-apa Ko", Erfly menjawab malas.
"Koko bawa makanan ini, kamu sudah makan...?", Alfa kembali bertanya.
Erfly hanya menggelengkan kepala.
"Ya udah, kita makan dulu", Alfa kemudian masuk kedalam rumah bersama Erfly.
Setelah makan Alfa langsung memutuskan untuk kembali kerumah sakit, sedangkan Erfly langsung masuk ke kamarnya dan mematikan HPnya. Erfly tidur dengan perasaan kesal, karena telah lama menunggu akan tetapi Cakya masih tidak muncul juga.
***
Cakya tetap memutuskan kerumah Erfly padahal sudah jam 10 malam. Sesampainya di depan rumah Erfly, Cakya melihat lampu kamar Erfly sudah padam. Cakya memutuskan untuk pulang kembali.
***
Erfly menghidupkan HPnya. Sms yang pertama masuk, adalah sms dari ibunya Cakya.
'Nak, mama titip Cakya ya. Sepertinya dia demam, tapi tetap maksa sekolah'
Erfly memutuskan membeli bubur untuk Cakya sebelum berangkat ke sekolah, Erfly mampir kerumah Cakya terlebih dahulu.
"Udah siap...?", Cakya bertanya saat Mayang muncul.
Bubur yang dibawa Erfly jatuh kelantai. Spontan Cakya dan Mayang menoleh kesumber suara.
"Erfly...!!!", Cakya berteriak memanggil nama Erfly.
"Cakya susul Erfly aja, Mayang pulang sendiri", Mayang bicara pasti.
"Kamu g'ak apa-apa...?", Cakya masih cemas harus melepaskan Mayang pulang sendirian.
"G'ak apa-apa, susul Erfly sana", Mayang kembali menyarankan.
"Kalau ada apa-apa telfon Cakya", Cakya memberi peringatan sebelum pergi menyusul Erfly.
***
Erfly membawa motor secepat yang dia bisa. Air matanya bahkan jatuh tanpa permisi. 'Masih tentang dia', Erfly ngadumel sendiri.
Sesampainya disekolah Erfly langsung menuju lapangan. Erfly membuang asal tas kepinggir lapangan, kemudian mulai berlari mengelilingi lapangan.
Cakya yang baru datang langsung masuk kedalam kelas, tetapi hanya ada Gama didalam kelas.
"Erfly mana Om...?", Cakya bertanya bingung.
"Noh... Dilapangan", Gama menunjuk dengan isyarat matanya.
Cakya langsung bergerak menuju lapangan.
"Kenapa lagi ini anak...? Berantem lagi...? Sebenarnya mereka itu pacaran, atau teman duel sih...? Hobby kok berantem", Gama geleng-geleng kepala, kemudian memperhatikan mereka dari daun pintu kelas.
"Erfly dengar Cakya dulu...", Cakya menghadang langkah Erfly.
"Udah g'ak ada yang perlu Erfly dengar. Apa yang Erfly lihat itu udah cukup", Erfly tidak mau kalah.
"Erfly... ", Cakya bicara putus asa. Tidak mungkin dia harus membocorkan rahasia Mayang kepada Erfly.
"Erfly udah cukup ngerti, siapa yang lebih penting buat Cakya", Erfly bicara dengan air mata tertahan.
"Maksudnya...?", Cakya bertanya bingung.
"Urusin aja tuh Mayang. Ngapain ngejar Erfly yang g'ak penting", Erfly bicara kesal. Kemudian menarik kasar tasnya kembali kedalam kelas.
Gama menghampiri Erfly yang sedang emosi. "Dek...", Gama bicara pelan.
"Erfly lagi kesal bang, jangan diganggu dulu. Ntar salah-salah malah abang yang kena semprot sama Erfly", Erfly memberi peringatan kepada Gama untuk meninggalkan dia sendiri.
"Kalau dengan marahin abang kamu bisa merasa lebih lega, lakuin aja dek. Abang g'ak akan masukin kehati kok", Gama bicara diluar dugaan Erfly.
Erfly menatap kaget ke wajah Gama. Entah kenapa dia malah menemukan kedamaian, perasaan dilindungi dari orang yang ada di sebelahnya saat ini.
Erfly meletakkan kepalanya kemeja, dengan beralaskan lengan tangan kirinya. Kemudian menangis sejadinya.
Gama mengusap sayang kepala Erfly. "Udah kali dek nangisnya, nanti kepala kamu sakit", Gama bicara pelan.
"Dia yang janji mau kerumah, tapi... Erfly tunggu ampe malam dia g'ak datang bang. Terus pagi tadi Erfly kerumahnya bawain sarapan, mama sms bilang dia sakit. Tapi... Malah dia bareng ama Mayang. Ngapain coba Mayang pagi-pagi buta dirumah Cakya...?", Erfly bicara setengah berteriak meluapkan kekesalannya.
"Semalam Mayang nginap", Cakya yang baru muncul dipintu menjawab pertanyaan Erfly yang tidak sengaja didengarnya.