webnovel

Erfly g'ak ada matinya

Sesampainya disekolah Erfly langsung masuk kedalam kelas.

"Erfly...", Mayang duduk dihadapan Erfly.

"Pagi Mayang...?", Erfly bicara pelan sambil melepaskan tas dari pundaknya.

Mayang menyerahkan selembar kertas kehadapan Erfly. "Pagi Erfly. Mayang mau menyerahkan titipan mama", Mayang bicara pelan.

"Oh ya, makasih ya", Erfly membaca kertas yang diberikan oleh Mayang.

"Mayang lagi yang harusnya mengucapkan terima kasih, Erfly udah terlalu baik sama keluarga Mayang. Mayang aja sampai bingung bagaimana cara membalas semua kebaikan Erfly", Mayang bicara pelan.

"Apaan sih, jangan lebay", Erfly menjawab santai.

"Pagi banget kamu dek...?", Gama bicara saat muncul dari daun pintu kelas bersama Cakya.

Erfly dengan cepat memasukkan kertas yang diberi Mayang kedalam saku roknya. "Tadi bareng Koko Alfa, sekalian cari sarapan", Erfly menjawab pelan.

Cakya menyerahkan kunci motor Erfly.

"Oh iya, makasih", Erfly melemparkan senyum kepada Cakya.

***

Sinta menemani Tasya cek kandungan.

"Bagaimana dokter...?", Sinta bertanya kepada dokter.

"Bagus semua, tidak ada yang perlu dikhawatirkan", dokter perempuan itu tersenyum melihat hasil USG Tasya.

"Alhamdulillah", Sinta mengucap syukur.

"Saya resepkan vitamin, dan... Jangan malas makan. Kalau ibunya kurang makan, bayinya juga susah untuk berkembang. Kalau bisa usahakan minum susu ibu hamil, itu bagus untuk perkembangan janin", dokter kembali mengingatkan.

"Baik dok, akan saya ingatkan", Sinta memberi janji akan menjaga Tasya lebih baik lagi.

Sinta dan Tasya langsung pamit. Sinta tidak langsung pulang setelah dari rumah sakit, Sinta memutuskan ke mini market membeli susu ibu hamil. Kemudian Sinta mampir ke penjual buah, membeli beberapa buah segar.

"Dek, kamu lagi mau makan apa...?", Sinta menoleh kearah Tasya.

"Tasya... Lagi pengen sate ayam mbak", Tasya bicara pelan.

"Seingat mbak, yang jual sate ayam pagi-pagi gini di rumah sakit DKT. Yuk dek", Sinta kemudian masuk kembali kedalam mobilnya.

Sinta menuju penjual sate ayam, Sinta bukan hanya memesan 2 porsi melainkan 3 porsi. Setelah membayar pesanan, Sinta mengantarkan Tasya pulang, sedangkan Sinta memutuskan untuk langsung ke rumah tahanan menemui Candra. Kali ini bukan hanya Candra yang makan, Sinta juga ikut makan bersama Candra.

"Mbak nemu dimana sate ayam pagi-pagi gini mbak...?", Candra bertanya setelah memasukkan suapan pertama kedalam mulutnya.

"Depan rumah sakit DKT dek", Sinta menjawab, setelah menelan suapan pertamanya.

"Candra baru tahu, kalau ada yang jual sate ayam pagi-pagi. Biasanyakan malam mbak", Candra bicara lagi.

"Iya, ini juga karna Tasya dek", Sinta bicara pelan.

"Tasya...?", Candra bertanya bingung. Karena sebelumnya Sinta tidak pernah menyinggung nama Tasya.

"Em...", Sinta salah tingkah.

"Tasya siapa mbak...?", Candra bertanya lagi.

"Tasya... Teman mbak", Sinta berusaha menghindar.

Candra menggenggam tangan Sinta, "Tasya siapa mbak...?", Candra bertanya dengan nada yang paling rendah, jelas sekali kalau Candra menekankan kata dia bukan anak kecil yang bisa mudah dibodohi lagi.

"Gadis yang dihamili Dirga", akhirnya Sinta memutuskan untuk bicara jujur.

"Astagfirullah, makin kurang ajar aja itu orang", Candra bicara geram. "Kok mbak g'ak pernah cerita ke Candra...?", Candra kembali mengejar jawaban.

"Mbak g'ak mau kamu kepikiran dek, udah berat buat kamu berada disini menjalani hukuman kamu"

"Candra g'ak apa-apa kok mbak"

"Tasya di bohongi sama Dirga. Dia dan teman-temannya buat Audisi gitu, ujung-ujungnya malah dijebak ditiduri oleh Dirga. Tasya g'ak berani pulang kerumah keluarganya, mbak kasian, makanya mbak tampung tinggal sama mbak dek"

"Terus Dirga gimana...?"

"Dirga lepas tangan dek, malah minta Tasya buat gugurin kandungannya"

"Dasar setan emang si Dirga. Ayah sama mama gimana tanggapannya...?"

"Mereka g'ak bisa berbuat apa-apa dek. Waktu itu pas lagi ngurusin sidang kamu dek"

"Kasian Tasya. Gara-gara Dirga masadepannya hancur berantakan"

"Udah dek, kamu jangan pikirin. Itu bukan salah kamu dek"

"Mbak... Kapan-kapan kalau Candra udah keluar dari sini, Candra boleh ketemu Tasya g'ak. Candra mau minta maaf sama dia atas nama Dirga dan keluarga"

Sinta tersenyum mendengar permintaan Candra, "Ya bolehlah dek", Sinta menggenggam tangan Candra.

"Terima kasih mbak", Candra bicara pelan.

"Ternyata adik mbak yang satu ini udah dewasa", Sinta mengacak pucuk kepala Candra dengan sayang. "Udah, dimakan lagi dek", Sinta memberi perintah.

Candra dan Sintapun melanjutkan menghabiskan makanan yang ada dihadapan mereka.

***

Bel pulang sekolah berteriak nyaring. Erfly langsung memasukkan buku-buku yang ada diatas meja kedalam tas.

"Bang...", Erfly menahan Gama yang mau melewati meja Erfly.

"Kenapa dek...?", Gama duduk disamping kanan meja Erfly.

"Abang bawa motor g'ak...?", Erfly bertanya pelan.

"Bawa", Gama memamerkan kunci motornya.

"Alhamdulillah, abang anter Cakya sekalian g'ak apa-apa ya...?", Erfly menatap Gama dan Cakya secara bergantian.

"Erfly mau kemana emang...?", Cakya bertanya pelan.

"Erfly, mau mengantar Mayang. Sekalian ada yang mau Erfly tanyain sama ibunya Mayang", Erfly bicara pelan. "Erfly duluan ya, assalamu'alaikum", Erfly tidak menunggu jawaban Gama dan Cakya langsung berlalu menyusul Mayang yang sudah keluar kelas.

"Wa'alaikumsalam, hati-hati dek", Gama berteriak mengingatkan Erfly.

"Mau kemana lagi itu anak coba...?", Gama bergumam kecil.

"Dia mau bisnis ketringan sama ibunya Mayang", Cakya menjawab tanpa diminta.

"Ketringan...? Kamu tahu dari mana...?", Gama bertanya bingung, karena Erfly tidak pernah menyinggung masalah ketringan.

"Semalam dia cerita, pas balik dari rumah. Itupun karena ketangkap basah ibunya Mayang telfon", Cakya bicara santai.

"Erfly g'ak ada matinya. Emang dasar otak anak pengusaha. Apa aja jadi ama dia", Gama geleng-geleng kepala melihat kelakuan Erfly.

"Udah yuk balik. Ntar Om telat lagi ketempat kerjanya", Cakya kemudian beranjak dari tempat duduknya.

"Om udah g'ak kerja di bengkel lagi", Gama menjawab santai.

"Kok bisa...?", Cakya bertanya bingung.

"Sekarang Om ngurusin kos-kosan", Gama keceplosan.

"Kos-kosan teman Om yang kemarin mesan lemari dan tempat tidur sama papa itu...?", Cakya berusaha memastikan.

"Iya... Yang itu", Gama memaksakan senyumannya.

"Lho... Kok Om yang ngurusin...? Emang orangnya kemana Om...?", Cakya bertanya lagi.

"Em... Dia... Tugas diluar kota. Makanya minta Om yang ngurusin. Jadi... Om dibayar bulanan. Alhamdulillah lumayan buat sehari-hari", Gama mengarang bebas.

"O... Ya udah balik Om", Cakya mulai bergerak meninggalkan kursinya.

"Untung aja percaya ini anak di bohongi, mampus aja kalau Erfly sampai tahu aku keceplosan soal kos-kosan. Bisa langsung digorok sama Erfly", Gama menggumam kecil.

"Om, ayo...!", Cakya berteriak dari daun pintu, karena melihat Gama masih tidak beranjak dari kursinya.

"Eh... Iya-iya", Gama langsung menyusul Cakya.

***

Erfly kepasar bersama ibu Mayang, beruntung Erfly sudah mengira-ngira semua jumlah total belanjaannya. Jadi dia sudah siap dengan uang tunai untuk membayar belanjaannya, karena semua harus uang tunai, tidak bisa menggunakan kartu debit atau kredit.

Karena belanja dalam jumlah banyak, toko pecah-belah bersedia mengantarkan barang langsung ke alamat. Sehingga Erfly tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk membawa barang-barang belanjaannya.

Erfly dan ibu Mayang beranjak masuk pasar Tanjung Bajure, satu-satunya pasar tradisional di Kota Sungai Penuh. Erfly berencana membuat sampel nasi kotak, yang nantinya akan dia tawarkan kepada Alfa.

Setelah satu jam berkeliling, Erfly memutuskan untuk kembali mengantar ibu Mayang pulang.

Dengan cekatan ibu Mayang memasak. Erfly sudah menelfon Alfa sebelumnya, kalau dia mau mengantarkan makan malam buat Alfa nanti kerumah sakit.