webnovel

Semoga berjalan lancar

Tugas piket Cakya, Erfly dan Gama selesai lebih cepat hari ini. Karena mereka mendapat bala bantuan dari Mayang.

Sesuai janjinya, Erfly ikut kerumah Mayang sepulang sekolah. Erfly disambut dengan hangat oleh keluarga Mayang.

"Kata Mayang, nak Erfly mau bicara sama ibuk...? Ada apa...?", ibu Mayang bertanya bingung.

"G'ak ada apa-apa, hanya mau ngobrol saja", Erfly menyeruput teh manis yang disuguhi oleh ibu Mayang.

"Ayah kemana...?", Erfly bertanya kepada ibu Mayang karena tidak melihat ayah Mayang dimanapun.

"O... Lagi ke ladang, mengecek tanaman cabenya", ibu Mayang menjawab disela senyumnya.

"Makanan kemaren ibuk ketring dimana...?", Erfly mulai membuka topik pembicaraan yang serius.

"Itu... Ibuk masak sendiri sekeluarga, mana ada uang ibuk buat pesan ketring segala. Mahal nak", ibu Mayang bicara malu, senyumnya terlihat dipaksakan.

"Masakannya enak-enak buk"

"Terima kasih nak"

"Em... Ibuk g'ak pernah kepikiran gitu buat buka ketringan...?"

"Modal dari mana nak, buat makan sehari-hari saja susah. Sehari bisa makan sekali saja sudah alhamdulillah", suara ibu Mayang tercekat karena menahan tangis.

"Em... Gimana cara ngomongnya ya", Erfly menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ada apa nak...?", ibu Mayang menggenggam tangan Erfly.

"Erfly mau mengajak ibuk kerjasama, itupun kalau ibuk sekeluarga setuju"

"Kerjasama apa maksud kamu nak...?"

"Begini, Erfly sudah coba masakan ibuk kemarin. Dan... Itu enak banget buk"

"Kamu berlebihan nak"

"Erfly serius buk, karena itu Erfly pikir sayang kalau kemampuan ibuk tidak kita manfaatkan"

"Maksudnya dimanfaatkan bagaimana nak...?"

"Kita buka keringanan buk. Kita kerjasama. Erfly kasih modal, ibuk yang nantinya akan mengerjakan pesanan. Keuntungannya kita bagi dua"

"Tapi... Kita butuh mobil untuk mengantarkan makanannya, dan... Kita juga butuh orang yang akan mengurus pesanan, ibuk g'ak ngerti nak. Ibuk hanya lulusan SMP"

"Ibuk g'ak usah khawatir soal itu. Ibuk hanya bertanggung jawab soal memasak menu sesuai pesanan. Untuk awalan jangan cari orang, orang terdekat saja dulu yang bantu-bantu ibuk untuk memasak biar g'ak terlalu capek. Selebihnya ibuk serahin ke Erfly", Erfly berusaha meyakinkan ibu Mayang.

Ibu Mayang menatap kearah Mayang yang dari tadi hanya menjadi pendengar yang baik.

"Erfly g'ak butuh jawaban sekarang buk. Ibuk diskusikan sama ayah dulu dan keluarga yang lain. Erfly hanya butuh jawaban iya atau g'ak, itu aja. Nanti sisanya Erfly yang atur buk", Erfly kembali meyakinkan ibu Mayang.

"Baiklah nak. Ibuk coba bicarakan dulu sama ayahnya Mayang kalau begitu", ibu Mayang bicara pelan.

"Kalau gitu Erfly pamit buk. Erfly tunggu kabar baiknya", Erfly bicara penuh harap sebelum berlalu dari hadapan ibu Mayang.

Mayang mengantar Erfly sampai keteras rumah. Mayang memeluk erat Erfly tanpa aba-aba, tubuhnya bergetar karena menangis.

"Terima kasih Erfly, kamu terlalu baik sama Mayang. Mayang g'ak tahu bagaimana cara Mayang membalas kebaikan kamu...", Mayang bicara pelan disela tangisnya.

Erfly melepaskan dirinya dari pelukan Mayang, "Ada satu cara buat kamu balas semua kebaikan Erfly", Erfly bicara pelan.

"Apa...? Apapun itu akan aku lakukan sebisaku", Mayang bicara antusias.

Erfly tersenyum sebelum menjawab, "Mayang harus hidup dengan jauh lebih baik lagi. Dan Mayang harus jadi teman baik Erfly", Erfly bicara diluar dugaan Mayang.

Mayang kembali memeluk erat, serta menghujaninya dengan tangisan.

"Udah sore, Erfly balik kalau gitu. Erfly tunggu kabar baiknya", Erfly bicara pelan setelah melepaskan diri dari pelukan Mayang.

Mayang mengangguk pelan, "Hati-hati", Mayang bicara pelan sambil mengusap jejak air matanya.

"Iya, assalamu'alaikum", Erfly pamit.

"Wa'alaikumsalam", Mayang masuk kedalam rumah setelah melepaskan kepergian Erfly.

Erfly tidak langsung pulang, melainkan langsung ketempat usaha ayah Cakya.

"Assalamu'alaikum", Erfly mengucap salam setelah yakin ini tempat yang dia tuju saat melihat seluet ayah Cakya.

"Wa'alaikumsalam", ayah Cakya menoleh kepada siapa yang menyapanya. "Astagfirullah, calon menantu papa datang", ayah Cakya menerima salim dari Erfly seperti biasa.

"Ada apa ini...?", ayah Cakya bertanya pelan, kemudian mempersilakan Erfly untuk duduk.

"Erfly mau ngasih titipan uang pelunasan yang kemarin pa", Erfly mengeluarkan amplop coklat dari dalam tasnya.

"Kirain mau pesan lagi", ayah Cakya bercanda.

"Do'ain saja pa", Erfly berbisik pelan, dan disambut tawa renyah dari ayah Cakya. "Dihitung dulu pa, takut salah. Kalau kurang jangan bilang, kalau lebih balikin ke Erfly", Erfly melanjutkan candaannya.

"Hahahaha... Siap-siap", ayah Cakya langsung menghitung jumlah uang yang ada didalam amplop. Setelah yakin jumlahnya sesuai dengan kesepakatan, ayah Cakya menyerahkan kwitansi pelunasan ketangan Erfly.

"Sering-sering ngasih ayah job kayak gini, biar g'ak kelihatan nganggurnya. Hahahaha...", ayah Cakya tertawa lagi.

"Siap. Do'akan saja pa. Erfly dapat kakap lagi. Hahahaha", Erfly tertawa renyah.

"Aamiin.... Aamiin...", ayah Cakya langsung menyambar. "Kamu dari mana...? Kok masih pakai baju seragam sekolah aja...?", ayah Cakya bertanya bingung.

"Erfly habis dari rumah teman pa", Erfly bicara pelan.

"Udah mau magrib, anterin papa pulang yuk sekalian kita sholat jamaah", ayah Cakya menyarankan.

"Siap komandan", Erfly membuat posisi hormat bendera.

Ayah Cakya mengusap lembut kepala Erfly. Kemudian pamit kepada pegawainya, dan menuju kerumah.

Erfly ikut sholat magrib berjamaah dengan keluarga Cakya. Setelahnya malah nimbrung makan malam dirumah Cakya. Setelah makan Erfly membantu mencuci piring, kemudian izin pulang karena sudah malam.

Cakya dipaksa mengantar Erfly pulang oleh ayahnya, Erfly memutuskan untuk menggunakan motornya saja. Cakya menghentikan motornya di bukit sentiong, Erfly langsung turun dan duduk bersila diatas trotoar melihat kebawah bukit seperti biasanya. Cakya membuka jaketnya, kemudian menyelimuti paha Erfly, karena Erfly menggunakan rok diatas lutut. Kemudian duduk disamping Erfly.

"Perasaan sekolahan udah bubar dari tadi, masih pakai baju sekolah aja neng...?", Cakya nyeletuk asal.

Erfly hanya nyengir kuda.

HP Erfly berbunyi, Erfly langsung menerima telfon.

"Assalamu'alaikum...", Erfly menjawab ragu, karena tidak tahu siapa yang menelfon.

"Wa'alaikumsalam, ini ibunya Mayang nak", ibu Mayang bicara pelan.

"Oh iya, bagaimana buk...?", Erfly bertanya penasaran.

"Ibuk sudah diskusi sama ayah dan kakaknya Mayang. Ibuk... Mau nak", ibu Mayang bicara pelan.

"Alhamdulillah, kalau gitu ibuk catat aja semua kebutuhannya. Besok minta Mayang bawa aja kesekolah, biar Erfly siapin semuanya buk", Erfly menjawab dengan antusias.

"Semoga berjalan lancar", ibu Mayang bicara penuh harap.

"Aamiin buk, bismillah aja buk", Erfly menjawab pelan.

"Ya udah nak, ibu minta maaf sudah menganggu. Assalamu'alaikum", ibu Mayang mengakhiri hubungan telfon.

"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab pelan. Senyum Erfly merekah menghiasi bibirnya, saat memasukkan HP kembali kedalam tas.

"Siapa...?", Cakya bertanya heran, karena melihat ekspresi wajah Erfly yang senyum-senyum sendiri setelah mengangkat telfon.

"Ibunya Mayang", Erfly menjawab santai.

"Ibunya Mayang...?", Cakya bertanya bingung, keningnya berkerut karena tidak mengerti kenapa tiba-tiba ibu Mayang menelfon Erfly.