webnovel

Cakya

Cakya yang terkenal dingin, dan jarang bicara. Seketika dunianya berubah ketika dihadapkan dengan gadis pindahan dari luar kota. Ada apa dengan gadis ini...? Mengapa dia sanggup menjungkirbalikkan dunia Cakya yang damai.?

33nk · Teen
Not enough ratings
251 Chs

Pesanan pertama

Setelah nasi box selesai, Erfly langsung pamit ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit Erfly langsung menuju ruangan Alfa.

"Maaf mas, pesanannya", Erfly membuka pintu ruangan Alfa.

Alfa membuka kacamatanya, kemudian menatap kearah pintu. "Kamu dek, masuk", Alfa duduk disofa tamu.

Erfly nyengir kuda. Meletakkan box makanan ke atas meja, kemudian duduk di samping Alfa.

"Koko punya minuman dingin g'ak...? Erfly haus", Erfly memasang muka memelas minta dikasihani.

Alfa beranjak menuju kulkas kecil disudut ruangannya, memberikan minuman dingin untuk Erfly.

"Ini ketringan yang kamu ceritain itu dek...?", Alfa bertanya saat melihat box makanan yang dibawa Erfly.

Erfly menelan minuman yang masuk kedalam mulutnya. "Iya Ko, cobain. Mana tahu koko bisa promosiin keteman-teman Koko, hitung-hitung bantuin teman Erfly Ko", Erfly bicara santai.

Alfa membuka satu box, tanpa aba-aba langsung memakan masakan buatan ibu Mayang. "Ini mah enak banget dek", Alfa bicara dengan mulut yang masih penuh.

"Alhamdulillah kalau emang enak, harusnya g'ak malu-maluin buat Koko promosiin", Erfly nyengir kuda lagi.

"Kebetulan, rumah sakit bakal mengadakan pelantikan kepala rumah sakit baru hari minggu. Koko coba tanya Kahfi deh ketringannya gimana", Alfa memberikan angin segar untuk Erfly.

Alfa menelfon Kahfi, dan memintanya ke ruangan. Tidak perlu waktu lama Kahfi muncul dari daun pintu ruangan Alfa.

"Permisi dok. Dokter memanggil saya...?", Kahfi bertanya sopan.

"Duduk Kaf, ada yang mau saya bahas sama kamu", Alfa bicara pelan, mempersilakan Kahfi untuk duduk.

"Ini...?", Kahfi menunjuk kearah Erfly.

"Erfly, adeknya Koko Alfa", Erfly menyalami tangan Kahfi.

"Kahfi", Kahfi menjawab pelan disela senyumnya.

"Udah tau", Erfly bicara santai setelah melepaskan genggaman tangannya.

"Tahu dari mana...?", Kahfi bertanya bingung.

"Itu, ada label namanya, Erfly menunjuk ke label nama yang ada di dada Kahfi.

"Pinter ini bocah", Kahfi menggoyang-goyangkan jemari telunjuknya, senyumnya mengembang meremehkan dirinya sendiri.

"Hari minggu ada pelantikan Kepala Rumah Sakit kan...?", Alfa memulai topik pembicaraan.

"Iya, kan udah dibahas rapat lusa lalu", Kahfi menjawab santai, kemudian menuju kulkas Alfa dan mengambil minuman dingin.

"Kamu dan Rima yang ngurus ketringannya bukan...?", Alfa bertanya lagi, kali ini memasang muka yang lebih serius dari sebelumnya.

"Hem...", Kahfi menggumam pelan, kepalanya manggut-manggut perlahan.

"Urusan ketringan bagaimana...?", Alfa bertanya lagi.

"Rima sih yang urus", Kahfi menjawab sesingkat mungkin.

"Coba tanya udah dapet belum...?", Alfa memberi perintah.

Kahfi hanya mengikuti permintaan Alfa, menghubungi nomor Rima. "Assalamu'alaikum", Kahfi mengucap salam.

"Wa'alaikumsalam"

"Kamu dimana...?"

"Dimana lagi Kahfi, lagi didepan"

"Oh ya, soal ketringan buat hari Minggu gimana...?"

"Astagfirullah, aku lupa Kahfi. Ntar deh, pulang kerja aku langsung coba cari"

"Lha, gimana sih...? Kan acaranya lusa. Kamu pikir gampang nyari ketringan...?", Kahfi tiba-tiba panik.

Alfa langsung merebut HP Kahfi. "Suster, ini Alfa", Alfa menyela.

"Iya dok, ada apa...?", Rima tiba-tiba salah tingkah.

"Suster bisa kirim berapa budget dan jumlah ketringan yang kita butuhkan buat acara hari Minggu...?", Alfa bertanya langsung keintinya.

"Buat apa dok...?", Rima bertanya bingung.

"Kebetulan saya punya kenalan, semoga dia bisa. Jadi... Tidak perlu repot-repot cari lagi", Alfa memberi solusi.

"Alhamdulillah, baik dok. Sebentar lagi saya kirim dok", Rima menjawab girang.

"Terima kasih suster", Alfa bicara sesaat sebelum menutup hubungan telfon.

"Saya lagi dok yang harusnya berterima kasih sama dokter, saya sudah dibantu", Rima menjawab malu-malu.

Selang beberapa menit HP Alfa berbunyi. "Dek, ini budget dan jumlahnya udah dikirim. Koko kirim ke kamu ya", Alfa bicara disela senyumnya.

Erfly dengan serius mempelajari pesan WA yang dikirim oleh Alfa. "Jumlahnya sih lumayan Ko, 400 kue kotak 10 ribuan, paling 3 kue dan satu minum Ko. Dan 100 nasi box 20 ribuan, bisa kumplit ini sekalian minuman botol kecil", Erfly menggumam pelan.

"Gimana dek...?", Alfa bertanya pelan sembari memasukkan suapan besar kedalam mulutnya.

"InsyAllah bisa Ko, tapi... Butuh jam berapa...?", Erfly kembali memastikan, kali ini Erfly menatap kearah Kahfi.

"Snack pagi jam 9. Kalau nasi box bisa rada siangan jam 11 lah", Kahfi menjawab pelan.

"Cakep. Dokter cobain dulu nasi boxnya", Erfly mempersilakan Kahfi makan satu nasi box yang dibawanya.

"Dengan senang hati", Kahfi nyengir kuda, kemudian memakan nasi box yang dibawa Erfly.

"Erfly balik kalau gitu Ko", Erfly pamit pulang.

"Hati-hati dek", Alfa mengingatkan.

"Siap Ko", Erfly melakukan posisi hormat bendera.

"Makasih dek makanannya, luar biasa", Kahfi mengacungkan 2 jempol tangannya.

"Habisin dok, hati-hati keselek", Erfly mengingatkan sebelum menghilang dari daun pintu ruangan Alfa.

Erfly memutuskan untuk kembali kerumah Mayang. Menyampaikan berita baik untuk Mayang dan keluarganya. 'Pesanan pertama', semoga ini awal yang baik untuk usaha ketringan kedepannya.

***

Erfly memutuskan untuk menginap dirumah Mayang, membantu menyelesaikan pesanan untuk besok.

"Nak, ini pesanannya mau diantar pakai apa besok...?", ibu Mayang bertanya bingung, saat melihat kotak kue yang sudah dilipat, ditumpuk tinggi disudut ruangan.

"Gampang, Erfly coba telfon Cakya. Biar pakai mobil pick up ayahnya", Erfly tersenyum, kemudian mengeluarkan HPnya. Menelfon satu nomor.

"Assalamu'alaikum nak", suara dari ujung telepon menyahut.

Erfly kaget mendengar panggilan untuk dirinya, Erfly melihat nomor yang tertera di layar HP. Erfly menepuk pelan keningnya, "Astagfirullah kok bisa salah", Erfly memaki dirinya sendiri.

"Nak...?", suara ujung telfon bertanya bingung.

"Wa'alaikumsalam pa", Erfly bicara pelan.

"Ada apa kamu menelfon mama...? Mama lagi di dapur, makanya papa yang mengangkat", ayah Cakya menjelaskan.

"E hehehe... Sebenarnya Erfly mau bicara sama papa", Erfly menjawab salah tingkah.

"Ada apa nak...?", ayah Cakya bertanya bingung.

"Erfly mau minta tolong pa", Erfly bicara pelan.

"Apa sayang...?", ayah Cakya bertanya cepat.

"Begini, besok teman Erfly harus mengantar ketringan ke rumah sakit. Erfly bisa pinjam pick up nya papa g'ak besok...? Soalnya cukup banyak pesanannya pa", Erfly menjelaskan panjang lebar.

"O... Kirain apaan. Besok papa minta Cakya saja yang nganter. Papa besok harus ke toko, ngecek barang-barang yang datang", ayah Cakya menjelaskan.

"Oh iya, g'ak apa-apa. Besok... Erfly ganti bensinnya pa", Erfly bicara pelan.

"Alah... Lebay kamu, jalan dikit doang pakai ganti bensin segala. Pakai aja", ayah Cakya tertawa renyah.

"Terima kasih pa. Kalau gitu Erfly tutup dulu. Salam sama mama, assalamu'alaikum", Erfly bicara pelan.

"Wa'alaikumsalam", ayah Cakya menjawab sesaat sebelum menutup hubungan telfon.

"Katanya mau telfon Cakya...? Kok jadi papa...?", Mayang bertanya bingung.

"Hehehe... Salah pencet, malah nomor ibunya Cakya", Erfly tersenyum malu.

Mayang hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Erfly.

***

Cakya muncul dirumah Mayang pukul 08.30 Wib. Dengan sigap seluruh keluarga Mayang membantu mengangkat kotak-kotak snack dan nasi box kedalam mobil. Erfly langsung pamit bersama Cakya menuju rumah sakit.

Sedangkan keluarga Mayang istirahat karena kelelahan menyiapkan snack dan nasi kotak.

"Udah semua...?", Cakya kembali meyakinkan tidak ada yang tertinggal.

"Alhamdulillah udah", Erfly mengacungkan kedua jempolnya.

"Hayu jalan", Cakya duduk dibelakang setir.