webnovel

Beautiful Mate

Warning, 21+ mohon bijak dalam membaca. Avery Selena Dawn, seorang gadis yatim piatu 25 tahun yang baru saja lulus dari jurusan fashion design memutuskan untuk nekat mencoba melamar pekerjaan pada perusahaan fashion kulit dan bulu yang terkenal bernama Anima, karena kesulitan yang sedang melilit panti asuhan tempatnya tinggal dahulu yang menyebabkan anak-anak di sana kelaparan. Ia tentu saja sangat bersemangat ketika pada akhirnya diterima pada perusahaan itu. Perusahaan yang terkenal sangat ketat dan sulit menerima karyawan baru itu, bahkan memberinya kontrak khusus dan pendapatan yang terbilang tinggi untuk karyawan canggung yang tak berpengalaman sepertinya. Awalnya Avery mengira kontrak untuknya hanyalah sekadar kontrak kerja biasa sampai ia mengetahui bahwa kontrak itu adalah kontrak yang dibuat sendiri oleh Dominic Lucius Aiken, sang CEO sekaligus pemilik perusahaan itu ketika ia telah tinggal di mansion tua mewah yang sebelumnya ia kira adalah tempat khusus untuk para karyawan Anima. Tetapi dugaannya salah, ketika sang CEO sendiri ternyata juga bertempat tinggal di sana. Dominic, pria yang begitu tampan, gagah, misterius dan sangat mempesona itu, yang selalu terlihat dikelilingi oleh para wanita kemana pun ia pergi, membuat Avery sedikit muak. Pasalnya, ketika para wanita yang ternyata juga tinggal seatap dengannya, kerap memusuhinya dan selalu mencoba membuatnya tampak buruk ketika mereka mengira ia adalah 'mainan' baru sang Alpha! Tunggu, Alpha? Siapa? Dominic? Siapa ia sebenarnya hingga para wanita menyebutnya Alpha?!

Jasmine_JJ · ファンタジー
レビュー数が足りません
84 Chs

Serigala Dom

Avery terbangun dari tidurnya dan mengerjap saat dirasa kepalanya sedikit terasa berputar. Ia sedikit terkejut dengan kehadiran Isabel di kamarnya.

"Isabel, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Avery.

"Bagaimana keadaanmu, Sayang?" tanya Isabel. Ia membawakan Avery makanan yang telah ia sediakan sebelumnya.

Avery mengamati keadaan sekitarnya dan dirinya sendiri. "Aku yang mengganti pakaianmu dan membereskan semuanya," ucap Isabel lagi seolah mengerti. Ia kemudian mendekat ke sisi ranjang Avery.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Avery penuh dengan kebingungan. "Aku tadi pagi sedang ... dan kemudian Dom dan John," ucapnya sambil mengingat-ingat lagi.

Isabel menghembuskan napasnya perlahan. Ia kemudian membelai lembut rambut Avery. "Lihatlah ke sisi jendela, dan kau akan mengerti mengapa Tuan Dominic menginginkanmu tetap berada di dalam rumah ini."

Avery segera menyibak selimutnya dan turun dari ranjangnya untuk melihat ke sisi jendela. Ia merasa begitu terkejut karena di depan mansion terlihat beberapa serigala sedang mengitari halaman depan area itu. Ia kemudian menatap di seberang bangunan kamarnya yang sejajar dengan jendelanya. Di sana terlihat sosok Dom sedang berdiri persis sepertinya di sisi jendela kamarnya sendiri. Ia bahkan menatap ke arahnya.

"Mengapa banyak serigala di depan sana?" tanya Avery pada Isabel. Walau begitu, tatapannya tetap menuju ke arah Dom.

"Aku tidak berhak menjelaskan itu, dan biarlah Tuan sendiri yang nanti menjelaskan semuanya," jawab Isabel.

Seolah seperti mendengar percakapannya dengan Isabel, Avery melihat Dom beranjak dari sisi jendelanya. Tak beberapa saat kemudian, pintu kamarnya terbuka dan Dom muncul di sana.

"Isabel, bawakan minuman hangat yang dapat menenangkan Avery," ucap Dom kemudian.

Isabel mengangguk seolah mengerti. Ia tahu tuannya akan berbicara serius dan menjelaskan semuanya pada Avery. "Baik, Tuan," ucapnya sebelum undur diri.

Dominic kemudian menutup pintu kamar Avery setelah Isabel keluar. Entah mengapa, Avery menjadi tegang dan tampak waspada. Tapi selain itu, ia merasa hangat dan juga lega setelah melihat kemunculan Dom. Dadanya serasa melambung dan menghangat secara bersamaan.

"Duduklah," ucap Dom pada Avery yang masih tampak waspada menatapnya. Avery kemudian melangkah ke arah meja kerjanya dan bersandar di sana.

"Jelaskan semuanya," ucapnya kemudian. "Mengapa kau membiusku dan apa itu?" ucapnya pada Dom sambil menunjuk ke sisi jendela.

"Pertama, aku akan mengatakan padamu bahwa obat yang kuberikan padamu hanyalah obat untuk menenangkanmu dan membuatmu tertidur." Dom menghembuskan napasnya. "Dan mereka," tunjuknya pada jendela Avery. "Mereka datang untukmu," jelasnya lagi.

"Apa?" tanya Avery tak mengerti. "Apa maksudmu?" ucapnya lagi.

"Avery ...," ucap Dom lebih serius. Ia kemudian berjalan mendekati Avery. Avery sedikit tegang dengan kedatangan Dom. Dom kemudian dengan tenang berdiri di hadapan Avery dengan jarak kecil yang memisahkan mereka. "Apa yang kau rasakan jika aku mendekatimu seperti ini?" lanjutnya.

Avery sedikit tersenyum sinis. "Kenapa? Apa menurutmu aku akan tertipu lagi dengan semua aksimu?" balasnya dingin.

"Mungkin, aku harap kau juga tidak begitu. Sekarang katakan saja, apa yang kau rasakan?" tanyanya.

"Aku tak merasakan apa-apa," jawab Avery cepat. Ia menatap Dom dengan tatapan menantang.

Dom tersenyum tipis dan mengangguk. "Benar, tapi bagiku ... kau sungguh spesial, Avery. Baumu dapat membuatku gila dan tersiksa," jelasnya. "Sama seperti mereka yang datang karena tertarik dengan baumu," ucapnya lagi.

Avery mengerutkan alisnya dengan kesal. "Hentikan omong kosongmu sekarang juga karena aku tak akan ...," ucap Avery yang terhenti ketika ia menyadari perubahan warna bola mata Dom. Ia menggantung begitu saja ucapannya dan menatap Dom dengan was-was.

"A ... apa yang terjadi pada matamu dan," ucapnya sedikit takut lalu ia perlahan mundur. Ia tetap menatap bola mata Dom yang berubah mengilat keemasan.

"Avery ...," ucap Dom. "Jangan takut ... aku tak akan melukaimu. Ada sesuatu yang harus kau ketahui tentangku ...," jelasnya.

Dom maju perlahan-lahan untuk mendekati Avery yang tampak mulai menghindarinya. Avery yang terdesak hingga ke ujung ranjangnya, refleks mencengkeram kepala ranjang. Ia sudah terpojok dan tubuhnya kini terhimpit ditengah-tengah dinding dan Dom.

Dom mengungkung Avery ke dalam panas tubuhnya. Ia memerangkap Avery dengan kedua lengan kokohnya yang menekan dinding. Membuat penjara kecil bagi gadis menggoda di depannya.

Avery membasahi bibirnya dengan gugup. Ia mengerjap dan berusaha mengendalikan detak jantungnya yang sudah tak beraturan. Ia merasa panas, merasa tergelitik di dalam perutnya. Ia bahkan merasa berdenyut dalam inti panasnya secara bersamaan ketika Dom mendekatinya. Gila! Jelas, perasaan aneh yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Avery seketika merasa haus, ia merasa seolah sedang tersedot ke dalam mata keemasan Dom yang mengilat liar di hadapannya. Ia begitu terpesona, ia begitu bergairah dan frustasi disaat bersamaan. Ia seolah ingin dijamah oleh lengan kokoh dan didekap dengan tubuh berotot keras Dom.

"Pergilah ...," ucap Avery tercekat.

"Sayangnya tak bisa, sebelum aku menandaimu, Sayang," bisik Dom. Avery mengerutkan alisnya dan menatap Dom penuh tanya. "Aku tak bisa menggigitmu dan 'mating' (bersetubuh) denganmu sebelum kau menerimaku," ucapnya serak. "Untuk saat ini, biarkan aku mengusir mereka dan menandaimu agar mereka tahu siapa pemilikmu sebenarnya."

"Apa maksudmu, Dom?" tanya Avery sambil sedikit mendesah. Ia bahkan tanpa sadar telah meletakkan kedua telapak panasnya pada dada terbuka Dom dan membaui tubuh pria itu.

Avery membelalak dan melepaskan tangannya ketika ia menyadari aksinya yang membuatnya sendiri terkejut. Ia tersadar dalam keadaan telah menciumi dan menjilat leher serta dada berotot Dom dengan liar. Ia refleks mendorong Dom dan mundur hingga terduduk di sisi ranjangnya.

"Lihat? Kau merasa gila bukan? Apa kau ingin melahapku, Manis?" tanya Dom dengan menggeram.

Avery menelan ludahnya dan menatap Dom dengan sedikit linglung. "A ... aku, apa yang terjadi?"

"Tak ada, Sayang, kau hanya merasakan gejolak gairah karena membaui feromonku," jelas Dom. Ia mengikuti Avery dan mendorong lembut gadis itu hingga ia berbaring di ranjangnya.

"Aah, Dom ... aku sedang dalam siklus bulananku, aku tak mungkin ... aah," desah Avery karena belaian lembut Dom pada wajahnya membuatnya meremang. "Mengapa aku ... menginginkanmu ... aaaah, untuk menyentuhku...? racaunya.

"Aku tahu, Sayang ... baukulah yang membuatmu menggila. Sama seperti yang telah kau lakukan padaku. Tapi, Sayang ... aku tak dapat menyetubuhimu jika kau belum siap," bisik Dom. "Apa kau siap menerimaku? Apa kau siap untuk menjadi 'mate-ku' Sayang? Tidak hari ini, tapi izinkan aku menandaimu," ucap Dom.

Avery memejamkan matanya seolah menikmati belaian Dom. Ia menggeliat dan bergerak gelisah. "Sentuh aku, Dom ...," mohonnya.

"Tidak Sayang ... sebelum kau melihat ini," ucap Dom.

Avery yang sedang terbaring, menatap Dom dengan lapar. Ia tak mengerti mengapa Dom melepaskan belaiannya dan berhenti dengan aksinya. Setelah mendapat atensi dari Avery sepenuhnya, Dom kemudian menatap Avery dengan dalam.

"Avery, perhatikan aku," ucapnya.

Perlahan-lahan, otot-otot pada tubuh Dom mulai bereaksi dan bulu-bulu rambut halus mulai muncul dari seluruh permukaan tubuhnya. Avery yang tersentak, segera duduk dari tidurmya. Ia menatap Dom dengan mata kepalanya sendiri yang perlahan-lahan berubah wujud menjadi sesuatu yang paling tak masuk akal yang tak pernah dilihatnya sebelummya.

Dom perlahan-lahan memperlihatkan perubahan wujudnya yang semula bersosok manusia, kini ia berdiri tegak dan gagah menjadi perwujudan sosok Serigala! Ya, seekor SERIGALA!

"Halo ... Avery," ucap sosok serigala tersebut.

Avery menutup mulutnya seolah tak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. Ia melihat lagi sosok serigala yang tadi pagi dilihatnya di dalam hutan.

"Ka ... kau ... SERIGALA ITU?!!" ucapnya tercekat dengan wajah shock.

____****____