webnovel

Angkasa dan Lily

Simpan dulu di coll kalian, siapa tahu suka^^ 18+ di vol2 * Kamu tahu? Lily itu gak akan bisa tumbuh di Angkasa. Kenapa? Karena Lily gak diciptakan untuk Angkasa. Aku tahu, Lily memang gak bisa bertahan hidup di Angkasa. Dan Lily memang gak diciptain buat ada di Angkasa. Tapi Lily akan buat Angkasa jadi milik Lily. Mereka adalah dua hal yang sangat tidak mungkin untuk bersama, namun takdir menjadikan mereka bertemu dan menjadi dekat. Lalu menjauh dan menjadi dekat kembali. * Jika kalian suka cerita yang ringan, silahkan mampir ya :)) Ini cerita remaja yang dibumbui dengan bumbu istimewa atau tidak biasa Dan merupakan cerita pertama yang aku terbitkan di Webnovel Vol 1 : 1-295 Vol 2 : 296-sekarang Cover by apgraphic_ Terima kasih! mohon dukungannya! Chuuby_Sugar

Chuuby_Sugar · 若者
レビュー数が足りません
443 Chs

18. Sumbang

Semua orang menatap iba pada Hana saat ini. Hanya karena ditolak Hana menjadi sangat sedih.

"Aku gak apa-apa, aku bakal bangkit dan nembak kak Rian lagi." Lily dan yang lain hanya bisa memberi dukungan secara tak langsung. Yang terpenting sekarang Hana sudah terlihat lebih baik.

Tiiiin!

Semua mata para panitia yang bertugas didepan gerbang menoleh, melihat sebuah mobil mewah yang mencoba masuk dalam area sekolah.

"Siapa? Coba diperiksa."  Dua orang panitia bergegas kesana, tanpa meminta izin sang ketua keamanan mereka membuka gerbang lebar-lebar, memberi ruang mobil itu untuk masuk.

Semua mata terarah pada gadis yang baru saja turun dari mobil itu. Gadis cantik yang digadang-gadang memiliki suara sejernih embun pagi itu berjalan anggun.

Dialah Sindi si pemenang kontes musik award. Kenapa baru datang sekarang? Lily kira Sindi sudah datang, sedari Lily selesai menyanyikan sebuah lagu penunda kedatangannya.

"Hana sama Lily tolong anterin Sindi ke aula." Lily dan Hana segera menghampiri Sindi.

"Hai kak Sindi. Yuk langsung kita antar ke aula." Sindi tersenyum lembut, kemudian melangkah mengikuti Hana dan Lily.

Lily hanya terdiam mendengarkan percakapan Hana dan Sindi. Sebuah percakapan biasa antara artis dan fansnya. Lily tidak peduli, pikirannya terbang kembali disaat Angkasa bilang bahwa Lily cantik.

"Kalau kamu siapa?"

"Eh?" Lily menghentikan senyumannya yang hampir mirip orang gila. "Nama kamu siapa?" Ulang Sindi.

"Ooh, Lily."

"Salam kenal Lily." Lily mengangguk, tak berniat membuat percakapan yang lebih lagi.

Setelah itu tidak ada yang membuka percakapan, hingga mereka sampai didepan aula.

Lily menghampiri Angkasa yang sedang berjaga di pintu aula. Angkasa tersenyum melihat kedatangan Lily.

"Udah makan belum?" Karena suara musik yang keras Lily tak dapat mendengar Angkasa. Angkasa mendekatkan dirinya.

"Udah makan belum?" Lily membulatkan mulutnya sembari menyilangkan kedua tangannya, berkata 'belum' tanpa suara.

"Habis ini makan bareng ya?"

"Ok."

Sindi yang sedang diberi penjelasan oleh Rena, menghela diantara Angkasa dan Lily. Rena yang diabaikan memilih masuk kedalam area belakang panggung.

"Gue kayak kenal sama lo. Lo sky flower kan?" Lily mendelik tak suka, dengan cara Sindi yang sok kenal pada Angkasa. Sedangkan Angkasa sama sekali tak berniat membalas pertanyaan Sindi.

"Gue yakin banget kalau lo itu sky flower. Gue gak mungkin salah." Untunglah karena musik yang keras, tidak ada orang lain yang mendengarnya. Tapi Lily menatap Angkasa penasaran, jawaban apa yang akan diberikan cowok itu pada Sindi.

"Angkasa lo kalau mau istirahat, gantian, gue udah." Tak menghiraukan rasa penasaran Sindi, Angkasa langsung membawa Lily pergi dari sana saat teman Angkasa datang setelah selesai beristirahat.

*

Lily dan Angkasa tertarik kembali menuju aula yang terlihat lebih ramai dari sebelum mereka pergi untuk makan. Setelah siang tadi mereka tidak mendapat jatah makan, kali ini mereka mendapat masing-masing satu bungkus nasi padang.

Lily dan Angkasa berdiri di pinggir panggung yang sengaja dikosongkan agar memudahkan akses keluar masuk panitia dan tamu undangan.

Disana sudah berdiri beberapa panitia yang penasaran dengan penampilan Sindi.

Lily menepuk pundak Angkasa. "Kamu kenal ya sama Sindi?"

"Ha? Enggak kok. Baru ketemu tadi."

"Masa? Kok dia tahu kamu?"

"Aku juga gak tahu gimana dia bisa tahu aku."

Lily tak bisa menemukan setitik kebohongan pada Angkasa. "Oh ya udah." Perhatian Lily kini teralih pada Sindi yang sedang melantunkan lagu terbarunya. Suaranya benar-benar sehalus sutra, seperti siren, yang membuat semua orang yang mendengarnya menjadi terhipnotis.

Semua orang mengeluh tak rela saat lagu sudah sampai pada detik terakhir.

"Sayang banget lagunya udah habis, sisa satu lagu terakhir yang akan aku nyanyikan." Sindi tersenyum miring. "Tapi sebelum aku itu aku ingin mengajak salah satu dari kalian bernyanyi sama aku."

Semua orang bersorak-sorai, ingin ditunjuk untuk bernyanyi bersamanya. Dengan satu gerakan meletakkan jari telunjuknya di bibir semua orang terdiam.

"Oke, karena semua orang sudah diem aku akan pilih satu orang." Lily tidak memungkiri hatinya yang juga ingin dipilih oleh Sindi. Kapan lagi Lily mendapat pengalaman bernyanyi bersama artis naik daun.

Jika video mereka viral, Lily akan langsung membuka chanel utup agar mendapat banyak pemasukan dikantongnya. "Yang aku pilih adalah...."

Mata Lily seketika terpejam saat lampu menyorotnya silau. Angkasa dan Lily tersorot lampu, tepatnya Angkasalah yang tersorot. Padahal hati Lily sudah hampir meledak.

Semua orang bersorak meminta Angkasa untuk segera naik ke panggung. Tak sedikit juga yang nyinyir melihat keberuntungan Angkasa.

"Habis di sebutin Lily, sekarang dipilih sama Sindi."

"Hoki bener."

"Sekarang cowok culun lagi tren mungkin."

Hal-hal seperti itulah yang telinganya tangkap. Namun sepertinya Angkasa tidak tahu karena di sibukkan menolak saat beberapa teman panitia  menyeretnya untuk segera naik.

Lily menatap tajam pada Angkasa yang kini kikuk berada di atas panggung. Lily iri, Lily ingin diposisi Angkasa.

"Hai, namanya siapa?"

"Angkasa."

"Keren yah namanya. Kita mau duet nyanyi lagu apa?"

"Gue gak mau, pilih yang lain aja."

"Why?"

"Gue gak bisa nyanyi." Sindi tersenyum miring. "Alasan klasik."

"Gak boleh nolak. Kalau gitu aku yang pilih lagunya ya." Sindi segera membisikan sebuah lagu kepada panitia yang bertugas untuk suara.

Sindi kembali ke samping Angkasa dan menggenggam tangannya. Lily menatap tak suka dengan perilaku Sindi yang sok dekat dengan Angkasa yang jelas-jelas sudah menolaknya.

Angkasa mencoba melepaskan genggaman tangan Sindi. "Gue bongkar identitas lo sebagai model kalau lo nolak." Angkasa terpaku. Lily yang melihat Angkasa malah terdiam dan berhenti melawan, segera melangkahkan kaki pergi.

Dasar Angkasa! Bahkan saat seperti inipun Angkasa tidak segera mengejarnya.

"Lily, lo mau kemana?" Cegah Kak Sean dan Yuli yang menghalangi jalan Lily. "Lo gak boleh pergi dulu, sini dulu lihat Angkasa nyanyi."

"Gak mau ah kak. Males." Yuli segera merangkul Lily dan menuntunnya masuk kembali kedalam aula. "Lo harus lihat dulu pokoknya."

"Emang kenapa sih kok Kak Sean sama Yuli ngebet pangen aku harus nontonin Angkasa yang lagi mesraan gitu?" Yuli tersenyum, menggoda Lily yang tertangkap basah cemburu.

"Ada yang lagi potek-potek nih kayaknya." Lily mendengus sebal, tapi kakinya masih berjalan mengikuti Yuli.

"Lo gak usah sedih Ly." Lily memberikan tatapan bertanya pada Kak Sean. "Lo bakal tahu habis ini kalau suara Angkasa itu sumbang." Kata kak Sean diikuti dengan tawa.

Begitu memasuki aula telinga Lily disambut oleh suara merdu milik Sindi. Rupanya lagu ini masih di awal perjalanan.

Lily menatap curiga Kak Sean dan Yuli yang terlihat cengengesan sambil menunggu giliran Angkasa untuk bernyanyi. Angkasa saja sebenarnya sudah sangat tampan, apa mungkin seseorang yang tampan bisa memiliki suara yang jelek?

Dalam hitungan detik, Angkasa menghirup nafas dalam-dalam, bersiap menyanyikan bagiannya. "Teee.."

Pfft. Lily menahan tawanya. Angkasa benar-benar bernyanyi dengan suara sumbang. Sindi terkejut saat Angkasa masih dengan kepercayaan dirinya melanjutkan nyanyian dengan suara 'emas'nya itu.

Hingga lagu berakhir, Lily segera melangkah keluar, berniat kembali ke posnya.

Namun dengan langkah cepat  Angkasa turun dari panggung meninggalkan Sindi dengan keterkejutannya dan segera berlari mengejar Lily.

"Ly!" Lily berhenti berjalan, sengaja menunggu Angkasa menghampirinya.

"Suara Sindi bagus ya?"

"Ha? Bagus suara kamu Ly."

"Suara kamu juga bagus kok." Lily berjinjit agar dapat menggapai Angaksa yang tinggi dan mengelus kepalanya.

"Jangan ledekin aku kayak gitu Ly."

Ingatkan Lily untuk menahan tawanya.