Lily mengamati keadaan sekolahnya yang mulai ramai. Suara musik yang beralun lembut mengetuk sopan masuk ke telinga siapapun yang mendengarnya.
Kali ini Lily berjaga didepan gerbang, memeriksa isi tas setiap pengunjung yang datang.
Acara tahunan ini digelar terbuka untuk umum, bahkan anak dari luar sekolah bisa ikut masuk dengan mengisi identitas sesuai ktp atau kartu identitas siswa.
"Bentar, pakaiannya terlalu terbuka. Silahkan pakai jaket atau ganti pakaian lalu kembali lagi kesini." Orang yang ditegur panitia kemanan segera keluar dari antrian masuk.
"Hai Lily." Sapa Yuli ceria.
"Mana tas lo?" Lily membuka tas Yuli, memeriksa isinya yang ternyata hanya berisi benda-benda tak berguna.
"Lo tahu gak gue disini bareng siapa?" Yuli mengulum bibirnya sendiri menahan senyuman. "Taraaa!"
"Kak Sean, kok disini?"
"Disuruh bunda buat meriksa keadaan Angkasa sama kamu. Ternyata masih hidup." Yuli tertawa kalem mendengar gurauan Sean yang sama sekali tidak lucu bagi Lily. "Angkasa jaga dimana?"
"Silahkan keluar barisan jika sudah selesai diperiksa." Lily mengusir Yuli dan Kak Sean dengan halus.
Yuli mendelik sebal saat Lily menarik antrian kedepannya membuat Yuli dan Sean mau tak mau pergi dari sana.
"Tega bener Ly, lo sama gue. Udah dibelain, malah ditinggal kepantai sama doi, gak ngajak lagi." Lily memberikan tatapan yang seolah berkata, mati lo ngomongin itu.
Lily menghela nafas lega saat Yuli dan Sean sudah memasuki kawasan sekolah, hingga akhirnya Lily tidak melihat bayangan mereka lagi.
*
Lily terduduk lemas, hampir satu jam sejak pembukaan acara Lily berdiri memeriksa satu persatu orang dengan mata yang mengantuk.
Sama halnya dengan Lily, semua panitia tampak lemas seolah tenaga mereka sudah terserap habis. Bagaimana tidak? Sudah sehari penuh mereka bekerja.
Satu orang yang paling mencolok diantara tim keamanan adalah Hana. Hana orang yang menata taplak meja bersama Lily pagi tadi.
Diantara semua orang hanya Hana yang terlihat masih fresh dan penuh dengan semangat yang menggebu-gebu.
"Semangat banget Han. Mau tampil ya?" Seru salah satu dari tim keamanan.
"Ha? Enggak kok, gak mau tampil."
"Terus kenapa wajahnya masih bersinar gitu, gak kayak Lily tuh udah loyo." Lily yang disindir hanya memeletkan lidahnya tidak peduli.
"Semangat Ly. Aku pergi dulu, doain aku ya. Deg-degan banget." Lily mengangguk melihat kepergian Hana dengan heran. Pasalnya Hana seperti akan menerima pengumuman giveaway.
Lily mengabaikan Hana dan kembali bersandar pada kursinya.
"Tes satu dua."
"Halo ketua tim keamanan disini." Lily melirik ketua tim kemanan yang nampak sedang berbincang melalui ht. Benar-benar klasik.
"Ly, lo disuruh masuk aula."
"Lah kenapa? Capek ah."
"Gak tau, kesana aja dulu. Katanya urgent."
Dengan paksaan Lily bangkit melangkahkan kakinya menuju aula.
*
Lily diseret oleh Rena masuk kedalam area belakang panggung setelah menampakkan diri di pintu aula.
"Ly, tolongin kita."
"Tolongin apa Ren?"
"Lo tahu Sindi? Penyanyi yang menang award kemaren."
"Terus?"
"Diakan harusnya jadi bintang tamu malam ini. Tapi dia bilang dia bakal telat dan kita harus ngundur waktu dia."
"Lo mau tampil gak di panggung."
"Gak! Gila aja."
"Plisss, tolongin gue satu kali ini aja. Gue gak tahu bakal diapain sama Doni kalau gak bisa ngatasin acara kosong habis ini."
"Cari yang lain aja Ren." Tangan Lily ditahan Rena saat Lily hendak meninggalkannya.
"Tolong gue pliss, nyanyi aja kayak tadi siang pas lo cobain speaker."
"Gue dapet apa?"
"Apa aja yang lo mau."
"Gue gak yakin lo bisa penuhin mau gue."
"Plis Ly, apa aja, yang penting lo tampil satu atau dua lagu sampe si artis ini dateng. Plis Ly, mepet waktu kita."
"Satu lagu."
"Deal." Rena segera membawa Lily menuju depan meja rias dan meminta panitia untuk mendandani Lily.
*
Lily naik keatas panggung dengan percaya diri saat pembawaa acara mempersilahkannya.
Lily tersenyum melihat semua orang yang terdiam dan menatap takjub pada dirinya. Lily memang awalnya sudah cantik, hanya perlu sedikit polesan diwajah akan membuatnya semakin bersinar.
Tolong biarkan Lily menyombong hanya untuk malam ini saja.
"Selamat malam semua." Lily tersenyum melihat semua orang membalas sapaannya. Bahkan Lily tahu ada Yuli yang heboh diantara para penonton saat melihatnya.
"Gimana penampilanku malam ini?"
"Cantik." Jawab semua serempak.
"Karena penampilanku yang sudah cantik, aku akan membawakan sebuah lagu untuk seseorang yang spesial."
"Penasaran siapa orangnya?" Semua orang mengangguk antusias. "Dia seseorang yang bantu aku melawan trauma dan selalu melindungi aku."
"Yaitu, Angkasa!" Lily rasa, dirinya mendengar sebuah kabel terpotong. Kabel urat malu miliknya. Ada beberapa orang yang kecewa, karena tahu selama ini Doni yang selalu mengejar Lily dan ada juga fans Doni yang tersenyum puas karena Lily lebih memilih anak culun yang sedang disorot banyak mata saat ini.
Lily terkekeh melihat Angkasa yang kebingungan saat dirinya menjadi pusat perhatian penuh satu ruangan.
"Aku bawain lagu ini karena Angkasa cuma milik Lily."
Kemudian lagu mulai berputar, lampu berwarna-warni mulai menghiasi ruangan luas ini.
Coba bayangkan lagu yang membuatmu mengingat seseorang yang spesial untukmu. Maka lagu itulah yang sedang Lily nyanyikan sekarang.
*
Lily kesal, setelah selesai manggung, Lily tidak tahu pakaiannya ditaruh Rena dimana. Lily terpaksa menggunakan toilet dengan gaun yang super ribet ini. Berbeda dengan gaun miliknya yang sederhana.
Pendengaran Lily menangkap sesuatu di toilet yang sepi ini. Suara tangisan wanita terdengar menggema nemenuhi toilet.
Tubuh Lily memebeku, merasa saat masuk toilet semua bilik masih kosong dan belum ada yang masuk selain dirinya.
Lily tidak berani menoleh dan segera berjalan cepat keluar dari toilet itu. Lily berpapasan dengan Angkasa dijalan dan beberapa seksi keamanan lainnya.
Dua orang wanita yang terlihat pucat berjalan dengan bergetar bersama mereka.
"Ly, kamu habis keluar dari toilet itu? Kamu yang nangis dikamar mandi ya?"
"Emang kamu kira aku hantu apa?"
Angkasa menatap dua orang temannya, memberi kode untuk menunggu. "Jangan bilang kamu denger sesuatu didalam sana?"
Lily kembali merasakan seluruh tubuhnya merinding. "Iya, suara kuntilanak lagi nangis."
"Iyakan kak, kita gak bohong ada setan di toilet. Kita juga udah periksa gak ada orang didalem sana."
"Kamu yakin Ly?"
"Iya Sa, aku denger sendiri."
"Kalau gitu kamu ikut masuk, soalnya cuma kamu seksi keamanan perempuan disini. Biar gak terjadi fitnah." Lily mengangguk, mengerti maksud Angkasa.
Saat Lily memberanikan diri membuka pintu toilet, suara tangisan itu kembali menyambut mereka. Dua wanita yang mendengarnya pertama kali tadi tidak berani ikut masuk kesana.
"Lihat kosong kan?" Angkasa dan dua orang temannya membuka bilik satu persatu, seperti kata Lily tidak ada seorangpun disana.
Angkasa dan dua orang temannya memeriksa toilet, siapa tahu ada yang sengaja memasang speaker sebagai prank. Namun dia tetap tidak menemukan sesuatu dan tangisan itu juga seketika berhenti.
"Halo?" Teriak Lily, mencari keberadaan makhluk yang belum jelas wujudnya itu.
Lily mendekat kearah sebuah lemari penyimpanan alat kebersihan. Angkasa dan dua orang temannya mendekati lemari itu juga karena penasaran.
Begitu membuka lemari itu, Lily melihat sosok familiar yang baru dikenalnya hari ini.
"Hana?!" Hana menangis semakin keras. Lily segera merangkul Hana mengeluarkannya dari lemari kotor itu.
"Kamu ngapain ada didalem sana?" Hana menangis sesegukan. "Hana kamu dari mana aja? Kita cariin loh." Dua orang wanita yang ketakutan tadi ternyata mengenal Hana. "Temen sekelas kak."
"Terus kamu ngapain disana?" Tanya salah seorang temannya. "Aku habis ditolak kak Rian."
Lily menggeleng tak habis fikir, jadi inilah sebab Hana tadi terlihat begitu semangat, dan sekarang terlihat berantakan karena ditolak oleh sang pujaan hatinya.
"Ya udah, kita pergi dulu. Masalah hantu udah teratasi dan Hana udah sama temennya."
"Udah han, jangan sedih lagi tenangin diri kamu. Ini bukan akhir segalanya kok. Nanti kalau udah tenang kumpul di pos depan lagi ya. Boleh cerita sama aku." Pamit Lily, dirinya harus segera menemukan Rena yang menaruh pakaiannya terlalu baik hingga tak bisa ditemukan.
Angkasa mendekat kearah Lily. Membisikkan kata manis, "Kamu cantik. Makasih lagunya."