Malam telah larut saat acara pernikahan selesai. Pegawai Yani Shu yang sekarang menjadi Yani Bismarck telah selesai merapikan kembali tempat acara dan mereka telah pamit meninggalkan kediaman Agung Bismarck demikian juga dengan semua keluarga.
Malam itu sangat hening dirasakan oleh Yani Bismarck yang setelah mandi dan berganti pakaian, dia menghapus sisa-sisa make up di wajahnya dan menyisir rambutnya di depan meja cermin.
Tak lama terdengar suara ketukan pintu dan Yani bangun lalu membukakan pintu. Agung tampak tersenyum padanya saat melihat pintu dibuka.
"Ada apa Mas? Mas butuh sesuatu?", tanya Yani polos.
"Apakah aku tidak boleh masuk ke kamar istriku?", tanya Agung tersenyum.
"Oh kamu mau tidur disini? Aku kira kamu akan tidur bersama Wendy", ujar Yani masih menjaga di depan pintu yang baru ia buka setengahnya.
"Lupakah kamu kalau sekarang kamu juga telah menjadi istriku? Tidak akan kah kamu mengijinkan aku masuk ke kamarmu?", tanya Agung lagi.
"Oh maaf. Silakan masuk Mas", ujar Yani agak gugup membuka pintu kamar lebar-lebar.
Agung masuk ke dalam kamar yang tercium wangi parfum Yani, sementara Yani masih berdiri di tempatnya semula salah tingkah.
"Mas sudah makan belum? Kalau belum mau aku buatkan apa?", tanya Yani berusaha menutupi kegugupannya.
"Buatkan aku susu cokelat hangat seperti dulu kamu suka buatkan saat aku akan tidur", ujar Agung lalu duduk dipinggir tempat tidur dan kemudian dia mengangkat kakinya dan bersandar dengan nyaman diatas tempat tidur sambil membuka Tabnya membaca sesuatu.
Yani segera keluar kamar dan menuju ke arah dapur menyiapkan segelas susu cokelat hangat dan sepotong roti diatas baki. Agak lama dia kembali ke dalam kamar dan kemudian meletakkan susu cokelat dan roti diatas lemari kecil samping tempat tidur.
Semua perbuatan Yani tidak lepas dari pandangan mata Agung dengan senyum menghiasi wajahnya. Yani memberikan susu cokelat itu kepada Agung yang meminumnya sedikit lalu Yani menyodorkan roti untuk dimakan Agung. Agung memakan roti dengan cepat dan kemudian menghabiskan susu cokelat nya.
"Tidak akan kah kamu menutup pintu, aku ingin tidur", ujar Agung menunjuk ke arah pintu. Muka Yani agak sedikit berubah.
"Mas, aku sakit perut. Aku ke toilet dulu ya. Mas tidurlah dulu. Nanti aku akan kembali", ujar Yani tersenyum.
"Oke. Jangan terlalu lama ya. Aku sudah mengantuk", ujar Agung lalu mencium kening Yani lembut.
Yani mengangguk lalu ia buru-buru keluar kamar dan menutup kembali kamarnya.
Sempat lama Yani berjalan bolak balik di depan kamar mandi kebingungan.
Akhirnya Yani berjalan menuju ke arah kamar Wendy. Yani mengetuk pintu kamar Wendy namun tidak ada jawaban dan Yani kemudian membuka pintu kamar Wendy yang ternyata tidak terkunci.
Yani masuk ke kamar Wendy dan setelah menutup kembali pintu dengan pelan sekali, Yani lalu berjalan menuju ke arah tempat tidur. Dalam cahaya lampu tidur, Yani melihat Wendy yang tidur dengan tenangnya.
"Wendy, aku tidur denganmu ya. Maaf aku masih belum bisa menerima untuk menyakiti mu dengan tidur bersama Mas Agung", ujar Yani berbisik.
Kemudian Yani merebahkan tubuhnya disamping Wendy dan masuk ke dalam selimutnya.
Tak lama kemudian karena kelelahan hari ini, Yani tertidur dengan lelap disamping Wendy.
Sementara Agung yang masih melihat Tabnya baru menyadari hari telah beranjak menjadi tengah malam. Dia melihat ke arah jam dinding dan menyadari kalau Yani sudah terlalu lama pergi ke toilet.
Agung kemudian bangun dari tempat tidur dan berjalan keluar kamar menuju ke toilet. Ia sangat heran saat melihat kalau toilet dalam keadaan gelap pertanda tidak ada yang menggunakan.
Agung kebingungan, dia lalu berjalan menuju ke arah dapur dan tidak menemukan Yani disana juga.
Akhirnya dia menyerah saat mencari sekeliling rumah tapi tidak menemukan Yani, Agung berjalan menuju ke kamar Wendy.
Saat ia membuka pintu dan menyalakan lampu, ia kaget melihat Yani tertidur bersama Wendy dalam satu ranjang.
"Rupanya dia menghindari aku", ujar Agung sedikit geram.
Agung kemudian menutup pintu lalu berjalan menuju ke arah sofa dan merebahkan dirinya di atas sofa kemudian tertidur pulas disana, sekamar dengan kedua istrinya yang bahkan tidak menyadari kehadirannya dikamar itu.