“Aku rasa, kita tidak bisa melakukan ‘itu’ dulu, karena kau masih dalam tahap pemulihan…” Hailee menjawab ragu- ragu, berusaha mencari alasan yang masuk akal untuk situasinya sekarang. “Bulsh*t,” Ramon merutuk dan turun dari tempat tidur mereka yang luar biasa mewah. Dengan langkah tidak sabar, pria itu menghampiri Hailee, seperti pemburu yang akan menangkap buruannya. “Aku akan buktikan kalau aku baik- baik saja. Lebih dari baik.” Dia menegaskan kata terakhirnya sambil tersenyum penuh arti. “…” Ugh! *** Hailee mendapati dirinya telah dijual oleh kakak tirinya, Aileen, setelah kematian kedua orang tua mereka dalam sebuah perampokan. Namun, pada malam di mana seharusnya Hailee melayani lelaki bajingan yang telah memenangkannya dalam lelang, Hailee berhasil kabur dengan membunuhnya. Kini, Hailee berada dalam pengejaran dan harus melarikan diri dari kota tersebut untuk menghindari pengejaran kaki tangan pria yang telah dia bunuh. Di dalam pengejaran itu, Hailee tidak sengaja bertemu dengan Ramon yang tengah sekarat akibat kecelakaan yang dialaminya. Untuk menghindari orang- orang yang mengejarnya, Hailee berpura- pura menjadi Giana, wanita yang selama ini Ramon sembunyikan dari mata publik. Masalah bertambah rumit ketika Ramon tersadar dan dia tidak mengingat apapun. Hailee tentu saja dapat memanfaatkan ini dan terus berpura- pura menjadi Giana, tapi sampai kapan? Dan bagaimana dengan Giana yang asli? ************************ Update setiap hari Pkl. 13.00 wib. ************************ Meet me on Instagram @Jikan_yo_tomare Disclaimer : cover picture from pinterest.com Check out my other stories: **PURPLE DUSK TILL DAWN: dearest through the time –Indonesia- **The Story of Dusk -Indonesia- **Cinta sang Monster **ABSQUATULATE
Hailee menatap tajam pada pria bertubuh gempal, separuh abad dan setengah telanjang di hadapannya dengan tatapan yang dapat membuat siapapun berpikir dua kali untuk mendekatinya, tapi nyatanya tidak dengan lelaki bajingan ini.
Sebuah senyum menyeringai di sudut bibirnya yang tebal, menatap Hailee dengan tatapan pemburu yang mengejar mangsa.
Hailee tidak percaya hal seperti ini terjadi padanya. Baru seminggu yang lalu dirinya berduka atas kematian kedua orang tuanya dalam sebuah usaha perampokan di dalam sebuah bank, tapi kini dia berada di kamar hotel bersama dengan seorang pria paruh baya karena Aileen, kakak tirinya.
Saat Hailee mengingat nama itu, dia dapat merasakan darahnya menggelegak dengan marah. Bagaimana bisa kakak yang selama ini tumbuh bersamanya menjual adiknya sendiri?!
Seminggu yang lalu Hailee mungkin berpikir kalau penjualan wanita untuk di jadikan seorang prostitusi merupakan berita yang tidak akan pernah dia tanggapi dengan serius dan hanya dirinya baca sambil lalu.
Namun, seminggu kemudian, di sinilah dirinya, bersama pria yang berhasil menawar, dalam lelang yang terjadi kurang dari dua jam lalu, dengan harga tertinggi untuk bisa menghabiskan malam bersamanya!
"Sial!" Hailee merutuk sambil mengertakkan giginya saat pria itu bergerak mendekat.
"Kemarilah, jangan buat keadaan menjadi sulit." Dia berjalan dengan sigap, menghampiri Hailee yang kini berdiri di pojok kamar hotel super mewah yang telah dia sewa. "Aku sudah membayarmu sangat mahal."
Mata Hailee liar menatap segala penjuru ruangan, mencoba mencari sesuatu yang dapat dia gunakan untuk membela diri ataupun melawan pria busuk ini.
"Kau pikir aku mau dibeli?!" Hailee berteriak, melempar pajangan- pajangan kecil dekorasi hotel agar pria ini menjauh darinya.
Tapi, tentu saja semua benda itu tidak akan menghentikannya.
"Apa kau tidak tahu kalau kakakmu itu sudah lama menjalankan bisnis ini?" Pria itu menyeringai saat melihat ekspresi terkejut Hailee.
Hailee mengerjap- ngerjapkan matanya dengan tidak percaya saat dia mendengar informasi tersebut. Bagaimana mungkin kakaknya yang lemah lembut dan selalu tampak malu- malu itu memiliki bisnis busuk seperti ini?
Tapi, kemudian kenyataan menghantam Hailee dengan sangat keras hingga dia ingin tertawa histeris.
Tentu saja itu mungkin. Hailee tidak akan mungkin ada di sini kalau bukan karena Aileen.
'Bedebah licik itu!' Hailee kembali mengutuk kakak tirinya dalam hati. Dia bersumpah akan membalas semua ini di kesempatan pertama yang di berikan padanya. Aileen akan menerima hal yang jauh lebih mengerikan daripada ini! Hailee mengertakkan giginya dengan geram.
Namun, kemarahannya pada Aileen berhasil membuat konsentrasinya sedikit terpecah dan membuat pria itu berhasil menangkap pergelangan tangan Hailee dan menariknya dengan keras.
Saking kerasnya, Hailee merasa tangannya akan patah saat dia jatuh terjerembab dengan wajah yang menghantam lantai yang dingin.
Hailee mengerang kesakitan, tapi belum juga pulih rasa pusingnya karena apa yang baru saja terjadi, pria itu sudah berjongkok di hadapan Hailee dan mulai menciumi lehernya yang jenjang.
Tidak memiliki waktu untuk merintih kesakitan, dan rasa muaknya karena merasakan sentuhan pria itu, Hailee mengangkat tangannya dan mengarahkan kuku- kukunya yang tajam ke wajah sang pria, menancapkannya dalam- dalam hingga dia dapat mendengar lolongan marah dari pria itu.
Pria itu berhenti menciumnya dan kesempatan ini Hailee gunakan untuk merangkak menjauh dari pria tersebut, tapi satu pukulan telak mendarat di wajah Hailee, membuyarkan rencananya yang tidak menggunakan pertimbangang dan membuat Hailee kembali tersungkur ke lantai setelah kepalanya membentur sudut meja dan menjatuhkan vas bunga di atasnya, kali ini dia tidak bergerak.
Pecahan- pecahan beling dari vas bunga yang jatuh itu berserakan di lantai di sekitar wanita berambut panjang hitam yang tergerai menutupi wajahnya. Bathrobe yang dia gunakan sedikit tersibak dan menampilkan kulit pahanya yang mulus, sayangnya dia tidak bergerak untuk menutupi tubuhnya dari pandangan liar predator di hadapannya ini.
"Wanita jalang!" pria itu merutuk sambil mengusap wajahnya yang terasa perih karena kuku- kuku jari Hailee. Ada darah di lengannya, tidak cukup banyak, tapi tentu luka ini akan menimbulkan tanda tanya dari isterinya di rumah. "Akan kuhabisi kau malam ini!" lolongnya dengan geram sambil bergerak maju untuk meraih tubuh terkulai Hailee.
Namun, sebelum jari- jarinya yang gempal dapat menyentuh gadis itu, ada suara pintu yang terbuka dan derap langkah yang tergesa memasuki kamar tersebut.
"Boss! Apakah anda tidak apa- apa?!" itu adalah suara Alex, bodyguard si pak tua busuk tersebut.
Alex mendengar keributan dari dalam dan teriakan dari boss- nya, maka dari itu, dia memasuki bagian dari kamar ini, khawatir sesuatu yang buruk terjadi pada si tua bangka.
"KELUAR! KELUAR!" Teriaknya dengan marah sambil mengibaskan tangannya, "JANGAN PERNAH MASUK KE KAMAR INI, APAPUN YANG KAU DENGAR!"
Melihat kemurkaan di wajah boss- nya, Alex segera keluar dari ruangan itu bersama dengan dua orang anak buahnya.
Dia bersumpah tidak akan masuk untuk memeriksa keadaan lagi apapun nanti yang dia dengar, kalau tidak… mood buruk dari boss- nya merupakan sebuah siksaan dalam menjalankan tugas.
Setelah pria itu mendengar suara pintu yang ditutup, dia kembali mengalihkan perhatiannya pada Hailee, menatap gadis itu dengan mata yang dipenuhi oleh nafsu dan amarah.
"Ini akan menjadi malam yang panjang dan kau akan meminta ampun sepanjang malam ini," pria itu bergerak mendekat, mengusapkan telapak tangannya yang kasar di paha mulus Hailee sebelum tangan tersebut bergerak menuju perutnya dan lalu…
Tapi, sebelum tangan tersebut dapat menyentuh dada Hailee yang ranum, gadis itu tiba- tiba membuka mata dan segalanya terjadi begitu cepat, bahkan pria itu tidak sempat berkedip ataupun menyadari apa yang sebenernya terjadi.
Yang pria itu sadari adalah; dirinya yang sudah jatuh tertelungkup di lantai dengan rasa sakit di tenggorokkannya yang membuatnya kesulitan untuk bernafas dan bersuara.
Sesaat kemudian dia dapat merasakan cairan hangat yang mengalir di bawah tubuhnya, mengenai wajahnya, mengotori lantai dan merembes ke bajunya yang mahal, namun semakin hangat cairan itu, semakin dingin tubuhnya hingga hal terakhir yang dia lihat adalah gadis yang tadi terbujur kaku tidak bergerak, tengah menatapnya dengan dingin. Sebuah pecahan vas ada di tangannya yang juga terluka.
Suasana kamar itu menjadi hening ketika pria tua di hadapannya diam tidak bergerak, telah menyerah dalam usahanya untuk mengutarakan kata- kata ataupun menghembuskan nafas.
Hailee terdiam cukup lama, terpaku, mematung di tempat yang sama saat dia menyadari bahwa dirinya telah membunuh seseorang!
Seluruh tubuhnya gemetar dan kepalanya berputar dengan kenyataan ini, tapi hanya ada satu kalimat yang terus bergemuruh di dalam benaknya; dirinya harus melarikan diri!
***
Cek ig story ku untuk visualisasi dan inner thought dari masing-masing karakter.
@jikan_yo_tomare