webnovel

Uncrowned King

Saat kekuatan manusia digolongkan menjadi 6 kelas yang terdiri dari King, Queen, Bishop, Knight, Rook dan Pawn. Seorang pemuda bernama Hiura dengan kelas pawn berhasil masuk academy. Hari-hari berat menanti Hiura, dimana dia dikenal sebagai pawn terlemah di antara yang terlemah.

Ryoichi_Shima · Fantasi
Peringkat tidak cukup
9 Chs

Hal merepotkan lainnya

"Halo semuanya, namaku adalah Refina Maughard dan aku berada di kelas Bishop. Sebelum aku masuk academy ini, aku berasal dari academy Aoibara, sebuah academy kecil yang merupakan cabang academy Saidainohoshi."

Siswi yang memperkenalkan diri di depan kelas Hiura adalah sosok menunggunya saat ada di ruang kesehatan. Berbeda dengan dua hari yang lalu, kini Refina terlihat mengenakan seragam murid pada umumnya, selain itu, dia juga terlihat sangat periang.

Bukan hal yang aneh jika nantinya Refina menjadi salah satu murid paling populer di academy, baru perkenalan di kelas saja, dia sudah berhasil memikat sebagian besar perhatian murid di sana. Refina yang periang sebenarnya tidak terlalu peduli dengan ketertarikan teman-teman barunya terhadap dirinya, dia malah lebih berfokus kepada Hiura yang terlihat menunduk untuk menghindari kontak mata.

"Refina, kamu boleh duduk di kursi di sebelah Hiura. Oh, Hiura, apa kamu sedang tidak enak badan?"

"Ti-tidak, saya hanya sedikit melamun," jawab Hiura.

"Ibu harap kamu tidak mengulangi hal itu lagi, jadi kali ini kamu akan saya maafkan. Omong-omong, kepala academy bilang padaku, bahwa Refina akan ada dalam pengawasanmu. Tolong bimbing dia sebaik mungkin."

Refina berjalan ke arah bangku yang diberitahukan sebelumnya, setelah dia duduk, Refina lansung menengok ke arah Hiura.

"Mohon bimbingannya untuk beberapa waktu ke depan, maaf jika merepotkanmu," ucapnya sembari tersenyum.

"Baiklah," balasnya dengan nada berat.

Di seberang kursi Hiura, terlihat Iva yang sedang menahan emosinya, dia terlihat berusaha yang terbai untuk membuat poker face, sayangnya aura yang keluar dari dirinya tidak bisa membohongi seisi kelas.

Kelas berjalan seperti biasanya, tangan murid-murid mulai menari dengan alat tulis mereka di atas kertas, guru juga dengan cepat menerangkan materi-mater yang disampaikan.

"Ada yang bisa menjelaskan tentang perbedaan General, Re star dan Originator?" tanya sang guru.

Semua tidak ada yang menjawab, semuanya berusaha untuk tetap diam, tidak ada yang berani untuk mengangkat tangannya dan menjawab.

"Saya akan menjawabnya ...."

"Bagus, Refina, coba kamu jelaskan."

"General, Re star dan Originator juga sebuah tingkatan. berbeda tingkatan dari Pawn hingga King yang dikenal dengan Hierarchical class, yang tiga itu lebih dikenal dengan True class. Originator adalah enam belas orang pertama yang memiliki Hierarchical class dan memperkenalkannya pada semua orang, tingkatan rals mereka konon tidak bisa dilampaui oleh Hierarchical class lainnya. General adalah kita yang menerima Hierarchical class dari Originator, kekuatan rals kita tidak bisa lebih tinggi dari Originator, menurut kepercayaan banyak orang, hal itu terjadi karena Originator harus menjaga keseimbangan kekuatan Hierarchical class. Yang terakhir adalah Re star atau yang lebih dikenal sebagai Silver star, mereka dipanggil demikian karena mereka dianggap sebagai penengah dari kesenjangan kekuatan antara General dan Originator."

"Bagus sekali, kamu menjelaskannya dengan sangat baik, penjelasan yang sangat panjang tapi memang seperti itulah kebenarannya."

Setelah itu guru mereka kembali menerangkan materi sampai akhirnya bel istirahat berbunyi, perasaan lega langsung merasuk kedalam diri murid-murid lainnya. Setelah guru mereka keluar, mereka langsung membentuk kelompok-kelompok kecil dan melakukan kegiatan masing-masing.

"Hey, ayo kita ke kantin," ajak Refina kepada Hiura.

"Baiklah," jawabnya pasrah.

Hiura dan Refina berjalan beriringan, dalam perjalanan mereka, banyak yang terpukau dengan kecantikan Refina dan fokus kepada dirinya sepanjang perjalanan.

"Kamu sangat populer, ya?" ucap Hiura dengan nada mengejek.

"Benarkah? Aku jadi senang mendengarnya," jawabnya riang.

Sesampainya di kantin, Hiura dan Refina mengantri di sebuah mesin tiket dimana mereka bisa memilih dan menukarkan tiket pesanan mereka di tempat penukaran.

Setelah mendapatkan pesanan mereka masing-masing, mereka segera berjalan ke sebuah meja kosong untuk dua orang. Hiura segera menikmati semangkuk ramen yang dipesannya, sedangkan Refina sedang menyantap dua buah sandwich.

"Apakah ramen seenak itu?"

"Entahlah, aku hanya ingin makan ini karena tidak terlihat ribet."

"Kalau begitu, kamu harus mencoba ini satu kali saja," ucap Refina sembari menggoyang-goyangkan sandwich di tangannya.

"Sandwich, 'kah? Aku mungkin akan mencobanya nanti ...."

Setelah menghabiskan makanan mereka, Hiura mengajak Refina untuk berkeliling sekolah, mereka berkeliling dan melihat-lihat beberapa arena yang sedang digunakan untuk latihan tanding.

"Aku rasa academy tingkat tiga di manapun tetap mengutamakan praktek. Apa kita bisa tidak menghadiri kelas untuk sekedar berlatih di arena?"

"Entahlah, tapi aku rasa itu benar dan academy ini memiliki kelonggaran tertentu, kita bisa tidak masuk kelas asalkan kita memiliki prestasi dalam turnamen," jawab Hiura.

"Omong-omong tentan turnamen, apa kamu mengikuti turnamen Rigel atau Vega?"

"Tidak, aku tidak tertarik dengan pertarungan yang hasilnya sudah bisa ditebak."

"Walau dengan teknik unikmu?"

"Kau terlalu melebih-lebihkan teknikku, teknikku itu memiliki celah yang sangat terlihat jika kau jeli melihatnya," sangkal Hiura cepat.

"Begitukah? Padahal aku tidak berpikir demikian ...."

"Terserahlah, kurasa kau tidak akan pernah percaya."

"Ah, jika begitu, kenapa kita tidak latihan tanding saja?"

"Hah? Aku tidak mau, jangan libatkan aku dalam hal yang menyusahkan hanya karena kamu ingin tahu sesuatu."

"Astaga, apa kamu takut? takut kekuatanmu yang sesungguhnya terbongkar?"

"Jangan pernah memancing amarahku, kalau aku kuat, aku tidak akan kesusahan seperti ini."

"Kalau begitu, coba saja buktikan. Kau tidak akan rugi, kita gunakan arena di area belakang sekolah, di sana jarang digunakan, 'kan?"

"Seperti dugaanku, kau sangat menyebalkan," ucap Hiura kesal.

"Terima kasih atas pujianmu itu, ayo cepat, jika tidak akan ada yang curiga dan mengikuti kita ke sana."

"Baiklah, tapi aku ingin kau memberitahukan jenis soul weaponmu."

"Baiklah, itu adalah sebuah rapier."

"Pergilah dahulu, aku akan menyusul setelah menyelesaikan urusanku."

"Oke, tidak masalah, aku punya gambaran hal yang akan kau lakukan nantinya."

"Sungguh mengejutkan, kau bisa tahu apa yang akan kulakukan? Apa mungkin kau ini cenayang?"

Refina tidak menjawab, dia berjalan ke arah taman belakang sekolah, tempat itu sangatlah sepi karena tidak terlalu menarik perhatian murid-murid.

"Rapier, ya? Ini benar-benar merepotkan, aku rasa aku harus menggunakan barang itu."

Hiura segera pergi dari sana, dia berjalan ke gedung utama dan memasuki sebuah ruangan yang bertuliskan ruangan peralatan.

"Kalau tidak salah, kamu adalah Hiura, 'kan?" tanya seorang wanita muda yang merupakan guru yang bertanggung jawab atas peralatan sekolah.

"Benar, bu. Saya ingin meminjam sepasang gauntlet."

"Baiklah, apa akhir-akhir ini kamu tertarik dengan latihan tanding dan turnamen?"

"Tidak sama sekali, ini hanya untuk memuaskan rasa penasaran seseorang yang cukup merepotkan."

"Hm ... baiklah, kau bisa meminjamnya, jangan lupa kembalikan kemari karena kau meminjamnya secara pribadi," izin guru tersebut.

Setelah memilih gauntlet dengan seksama, Hiura segera mengenakannya dan izin keluar dari sana.

"Baiklah, kita lihat, akan seefektif apa barang ini nanti."

Setelah menatap ke langit beberapa saat, Hiura bejalan ke arah belakang sekolah untuk bertarung dengan murid baru di kelasnya tersebut.