webnovel

Uncrowned King

Saat kekuatan manusia digolongkan menjadi 6 kelas yang terdiri dari King, Queen, Bishop, Knight, Rook dan Pawn. Seorang pemuda bernama Hiura dengan kelas pawn berhasil masuk academy. Hari-hari berat menanti Hiura, dimana dia dikenal sebagai pawn terlemah di antara yang terlemah.

Ryoichi_Shima · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Hiura vs Refina

Hiura berjalan ke arah arena di belakang sekolah, dia juga dengan mudah menemukan Refina di salah satu arena, karena arena belakang sekolah yang sangat jarang digunakan oleh siswa lainnnya. Semuanya terdengar wajar, karena siswa-siswa yang bertarung di arena ingin terlihat menonjol dan memutuskan untuk bertarung di area yang sering dikunjungi oleh siswa-siswa lainnya.

"Gauntlet? Itu bukan bentuk soul weapon-mu, 'kan?" tanyanya pada Hiura sesaat setelah memasuki arena.

"Bukan, hanya saja ini harusnya sudah lebih dari cukup," jawabnya dengan ekspresi yang minim.

"Baiklah, jika kau sepercaya diri itu, kita lihat, apa hal itu bisa kau buktikan," tantang Refina sembari memanggil soul weapon-nya yang berbentuk rapier.

"Tentu saja."

"Kita mulai sekarang."

Kekkai actived, 3 ... 2 ... 1 ... battle start.

Setelah pelindung diaktifkan dan suara mekanik menjadi penanda pertandingan di mulai, Refina segera melesat dan melakukan serangan pembukaan. Beruntungnya reflek Hiura sangat bagus hingga bisa menahan ujung tajam rapier Refina dengan gauntletnya, selain itu, Hiura juga melayangkan pukulannya pada bagian tengah rapier Refina.

Walau yang diserang Hiura adalah soul weapon-nya, secara insting Refina langsung mengambil lompatan mundur beberapa kali, Refina juga memastikan soul weaponnya dalam keadaan baik-baik saja dan membuatnya bernapas lega.

"Apa kau tahu hal itu?" tanya Refina.

"Hal itu? Apa maksudmu?"

Refina merasa bingung, baru kali ini dia melihat seseorang yang menyerang senjata milik musuhnya dan bukan pemegangnya, jika itu Refina, dia memiliki alasan dan pengetahuan tersebut tapi hal itu bukanlah hal umum yang beredar luas di khalayak umum.

Refina juga sedikit curiga dengan kelakuan Hiura, namun tidak memiliki bukti apapun, terlebih jawaban Hiura seperti orang yang tidak tahu apa-apa dan terliat bingung dengan pertanyaanya.

"Astaga, kau lebih berbahaya daripada yang terlihat," gumam Refina.

Memanfaatkan kelengahan Refina, Hiura segera melesat dan melakukan berbagai serangan, sayangnya baik pukulan maupun tendangan yang dilancarkan oleh Hiura mampu dihindari dengan baik oleh Refina.

Beberapa menit akhirnya belalu, tidak ada luka yang cukup berarti dari kedua belah pihak, bahkan keduanya hampir bisa dibilang seimbang, kecuali fakta bahwa Hiura selalu dibuat tersudut dan membuatnya melakukan posisi bertahan. Secara perlahan serangan-serangan Refina mulai membuahkan hasil, goresan-goresan luka kecil mulai bermunculan di berbagai tempat di tubuh Hiura.

Meski hanya goresan kecil, Hiura terlihat tidak panik tapi pada kenyataanya, dia mulai menambah kewaspadaannya, intuisinya mengatakan bahwa Refina menyembunyikan suatu hal yang cukup berbahaya dan mampu mengancamnya. Hiura juga merasa bahwa melawan Refina sama merepotkannya dengan melawan Iva.

"Kau tidak terlihat serius saat melawanku, apa aku tidak layak untuk keseriusanmu?" tanyanya dalam posisi yang masih menyerang.

"Benarkah? Atas dasar apa kamu merasa seperti itu?" balas Hiura cepat.

"Anggap saja seperti ini, kau bisa mengalahkan siswi terbaik di Angkatan kita, pastinya ada hal yang disembunyikan olehmu yang merupakan inaccuracy."

"Konyol sekali, orang-orang pasti menanggap seperti itu, tapi aku selalu yakin bahwa yang selalu berusaha keras juga memiliki peluang untuk mengalahkan yang berbakat."

Secara mengejutkan, Hiura mampu menghancurkan timing serangan Refina dan memaksanya untuk bertahan dari serbuan serangan Hiura. Keadaan seolah berbalik tiga ratus enam puluh derajat, dan memaksa Refina untuk menelan kenyataan pahit, bahwa dirinya kesulitan untuk menahan gempuran Hiura.

Hiura juga terus menyerang tubuh Refina, hanya saja dia tidak pernah menyerang bagian wajah Refina, yang mana membuat kemungkinan menangnya sedikit menurun. Walau terus ditekan, Refina tidak berkecil hati, dia bahkan merasa senang karena Hiura mulai menunjukan keseriusannya.

Refina mencari waktu yang tepat untuk mengambil langkah mundur dan dia mendapatkannya saat ada jeda dalam serangan Hiura yang mulai mengendur. Refina berlari untuk menghindari HIura dengan memanfaatkan luasnya arena, tentu saja hal itu tidak dibiarkan oleh Hiura begitu saja, dia juga berlari untuk mengejar Refina.

Walau kelincahan Hiura ada ditingkat sangat bagus, namun dia tetap tidak bisa mendapatkan satupun pukulan pada punggung Refina berkat kelincahannya. Refina yang terus lari berputar-putar di sekeliling arena tidak kelihatan kelelahan, justru Hiuralah yang menunjukan tanda kelelahan di awal-awal.

Lari Hiura mulai melambat dan perlahan dia mulai tidak mengejar lagi Refina, Refina yang sadar akan kesempatan menghentikan larinya dan berbalik arah untuk segera menyerang Hiura dan mendapatkan kembali timing serangannya.

Saat rapier-nya mulai ingin memberikan tusukan pada Hiura, suara melengking terdengar akibat HIura yang berhasil menggenggam rapier Refina dengan kedua tangannya.

"Kena kau sekarang," ucap Hiura dengan nada yang terdengar jahat.

Refina yang sadar telah terjatuh dalam jebakan Hiura segera melepaskan rapier-nya dan hendak kembali berlari.

"Apa kau yakin meninggalkan ini di tanganku?" tanya Hiura yang langsung membuat ragu Refina.

Refina segera membatalkan niatnya untuk mundur dan kembali untuk mendapatkan senjatanya itu. Semuanya sudah sesuai prediksi Hiura, dia yakin bahwa Refina akan Kembali untuk mengambil soul weaponnya, dia segera memanfaatkan situasi, dia melepar rapier Refina jauh ke belakangnya dan melesat dengan cepat kea rah Refina.

Refina juga tidak bisa berbuat banyak, dia dalam kecepatan yang cukup cepat untuk mengambil Kembali senjatanya, justru terjebak dan tidak bisa menghentikan gerakannya secara instan. Dia begitu khawatir dengan ucapannya hingga tidak membuatnya berpikir jernih.

Hal itu akhirnya menjadi titik serangan telak Hiura, pukulan yang sangat keras mengarah langsung ke arah perut Refina yang tanpa pertahanan sedikitpun. Refina bahkan hampir kehilangan kesadarannya saat pukulan penuh tenaga itu menghantam perutnya, hanya saja dia mampu mempertahankan kesadarannya.

Refina yang mampu mempertahankan kesadarannya justru menjadi sesuatu yang buruk untuk dirinya sendiri, Hiura yang tahu bahwa Refina masih bisa bertahan langsung melancarkan serangan-serangan lainnya pada tubuh Refina yang mulai rentan, hal itu terus dilakukan hingga tubuh Refina menghantam pelindung keras arena.

Refina pada akhirnya kehilangan kesadaran setelah menerima serangan yang bertubi-tubi, tubuhnya terjatuh dan menyentuh lantai arena. Sistem juga mendeteksi bahwa Refina sudah tidak mampu bertarung lagi.

Duel is over. Winner is Hiura Muramase.

Sebuah pengumuman dari sistem menggema di dalam arena dan sekitarnya, tentu saja itu menjadi catatan kedua Hiura yang bertarung secara resmi di dalam arena.

Soul weapon Refina yang berbentuk rapier juga telah menghilang sesaat setelah Refina kehilangan kesarannya, Hiura yang melihat hal itu hanya bisa bergumam kecil.

"Kemampuan pengendaliannya tidaklah buruk."

Dengan sisa-sisa tenaganya, Hiura membopong Refina ke arah ruang Kesehatan, setelah mendapatkan bantuan dari dokter di sana, Hiura juga berbaring di Kasur untuk memulihkan tenaganya Kembali.

Sayangnya Hiura kurang waspada saat dia bertarung di arena, dia tidak tahu bahwa ada seseorang yang terus memperhatikan dirinya dan menyaksikan pertarungan mereka hingga akhir. Sosok itu terlihat menggenggam suatu alat perekam dan pergi dari sana menuju suatu tempat dengan senyuman licik di wajahnya tersebut.