webnovel

Uncrowned King

Saat kekuatan manusia digolongkan menjadi 6 kelas yang terdiri dari King, Queen, Bishop, Knight, Rook dan Pawn. Seorang pemuda bernama Hiura dengan kelas pawn berhasil masuk academy. Hari-hari berat menanti Hiura, dimana dia dikenal sebagai pawn terlemah di antara yang terlemah.

Ryoichi_Shima · Fantasy
Not enough ratings
9 Chs

Tertarik

Hiura yang kaget langsung menengok ke sampingnya, di sana terlihat sosok perempuan tanpa seragam yang tengah duduk dan menatap dirinya.

Dia tahu bahwa perempuan itu bukanlah seorang guru, tapi dia juga bukanlah seorang murid. Guru dan murid academy memiliki seragam khusus masing-masing.

Perempuan itu terlihat menggunakan baju bebas dan rupanya tergolong sangat cantik, cukup untuk menyaingi Iva yang dipanggil sebagai dewi oleh beberapa siswa di sekolah. Dengan wajah cantik dan rambutnya yang berwarna cokelat seolah mampu memikat setiap laki-laki yang melihatnya.

"Hei, kenapa kamu diam saja?" tanya perempuan itu dengan cukup heran.

"Maaf, aku hanya cukup terkejut. Omong-omong kau ini siapa?"

"Yah ... Pasti kamu akan bertanya seperti itu, namaku Refina Maughard, seorang siswi di sini."

"Siswi? tapi ...."

"Hahaha, jangan menatapku seperti itu, aku baru pindah ke sini, aku akan memasuki kelas resmi mulai besok. Aku memutuskan jalan-jalan setelah menyelesaikan prosedur kepindahanku."

"Be—Begitu, ya? Oh iya, kenapa kau menjawab pertanyaan monologku tadi?"

"Hm ... itu terdengar seperti kamu bertanya padaku jadi aku segera menjawabnya. Kamu juga tidak perlu khawatir, waktu yang kuucapkan sangat tepat, aku menggunakan timer setelah kau ambruk di dalam arena itu."

Wajah Hiura menjadi serius, dia tidak sadar bahwa ada yang memperhatikan pertarungan dirinya dan Iva selain penonton di sekeliling arena. Faktanya perempuan itu justru memberitahukan semuanya dengan tersenyum dan tanpa rasa bersalah.

"Apa ... Apa kau melihatnya dari awal sampai akhir?"

"Ya! Pertarungan yang cukup menarik dan menegangkan! Aku tadinya sangat yakin bahwa kau akan kalah, tapi setelah kau membuat gerakan aneh itu, kau berhasil memenangkan pertarungan dan membuat semua perhitunganku kacau."

"Tenang saja, aku tidak akan mengatakan hal itu ke siapapun, aku rasa mengumbar teknik rahasia orang lain itu sangat tidak bermoral, sampai jumpa lagi," tambahnya.

Perempuan bernama Refina itu kemudian berdiri dan meninggalkan Hiura, punggungnya yang ramping akhirnya tak terlihat lagi setelah dia keluar dari sana.

"Dia bisa melihatnya?" gumam Hiura, penuh keraguan.

Hiura segera menyingkirkan keraguannya, dia segera beranjak dari reco machine. Dia segera mendekat ke arah lemari dan mengambil sebuah seragam dan berganti pakaian di sebuah ruang khusus di sana.

Di ruang kesehatan yang sangat luas itu, Hiura bisa melihat beberapa murid tertidur di atas ranjang dan sekitar empat reco machine menyala.

Hiura mendekat ke arah reco machine yang menyala, ada siswa-siswi yang tidak dia kenal di tiga reco machine, dan sosok Iva yang masih tertidur dalam penyembuhan.

"Maafkan aku," ucapnya sembari menyentuh kaca pelindung reco machine.

Setelah itu, Hiura juga meninggalkan ruangan tersebut untuk mengambil tasnya yang tertinggal di kelasnya.

👑👑👑

Keesokan harinya, berita kekalahan Iva menyebar ke pelosok sekolah dengan cepat, Hiura kini sering diikuti oleh beberapa siswa dari klub berita academy. Hiura yang merasa risih akhirnya hanya bisa tertahan di kelasnya, tapi sejumlah kecil temannya segera menatap ke arah Hiura.

"Permisi, Kepala academy meminta Hiura untuk segera datang ke ruangannya," ucap seorang siswa berkacamata.

Hiura yang mendengarnya hanya bisa bangkit tanpa semangat dari kursinya, dia segera mendekat kepada siswa yang tadi memangilnya.

"Aku akan menuntunmu ke ruangan kepala academy, silahkan ikuti aku."

Keduanya kini berjalan menuju ruang kepala academy, keheningan terjadi hampir sepanjang perjalanan mereka.

"Maaf, kira-kira kenapa kepala academy memanggilku?" tanya Hiura, penasaran.

"Aku tidak tahu apa alasannya, aku hanyalah anggota dewan siswa biasa, dan aku rasa ketua juga tidak tahu alasannya."

"Begitu ya?"

"Ya, seperti itu."

Keduanya kembali berjalan dalam keheningan sampai di depan ruangan kepala academy. Sesampainya di sana, siswa yang menuntunnya segera meninggalkannya begitu saja.

Hiura yang merasa sangat penasaran segera mengetuk pintu dan masuk ke dalam sesaat setelahnya.

"Permisi, saya Hiura Muramase dari kelas 1-B."

Tidak ada jawaban dari sosok yang dikenal sebagai kepala academy, sebagai gantinya, Hiura melihat banyak sekali tumpukan dokumen di atas sebuah meja kerja.

"Cukup! Beri aku waktu istirahat!" teriak seseorang dari balik tumpukan dokumen tersebut.

Tidak lama berselang, sosok itu segera berdiri dengan ekspresi kesal bercampur lelah, napasnya yang tersengal-sengal juga semakin menunjukan bahwa dirinya merasa sangat jenuh meliat tumpukan dokumen di depannya.

Ekspresi kesal dan lelah di wajah sosok yang dikenal sebagai kepala academy itu segera berubah sesaat setelah melihat Hiura yang mematung di depan pintu masuk.

"Halo, kamu pasti Hiura, kemarilah ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu," ucap sosok kepala academy itu dan berjalan menuju sebuah sofa yang tak jauh dari sana.

Kepala academy memilki penampilan tubuh yang cukup kecil, tingginya sekitar seratus enampuluh sentimeter dan usianya ada di penghujung tiga puluh tahun.

Hiura segera berjalan ke seberang sofa yang di tempati kepala academy.

"Hiura, sosokmu selama ini tidaklah menonjol, tidak ada catatan pertandingan selama kamu di academy tingkat pertama dan kedua. Hanya saja, sekarang ada sebuah catatan pertandingan resmi antara dirimu melawan Iva Shuuko, yang merupakan sosok paling cemerlang di angkatanmu."

"Maaf, Pak, jadi apa inti permasalahannya?"

"Kamu sebenarnya bukan sosok inaccuracy, 'kan? Apa kamu bisa mengontrol tingkat rals-mu?"

"Sayang sekali, aku bukanlah sosok yang mampu melakukan hal itu," sangkalnya.

"Benarkah? Kalau begitu, bagaimana Iva bisa kamu kalahkan?"

"Kekuatan bukanlah segalanya, strategi yang tepat mampu membuat sebuah peluang."

"Ya, aku rasa kamu benar, aku juga percaya hal itu. Hanya saja, aku jadi tertarik pada sosokmu itu yang unik ini. Aku juga berharap kamu bisa melakukan hal yang sama menariknya saat seleksi turnamen Orion."

"Aku tidak bisa menjanjikan hal itu, banyak kemungkinan yang bisa saja terjadi selama seleksi berlangsung."

"Tentu saja, tapi aku tetap menantikannya. Baiklah, aku hanya penasaran untuk hal tadi, aku berharap kamu masih memiliki banyak kejutan kedepannya."

Mendengar omongan kepala academy, Hiura tahu bahwa urusannya telah selesai, artinya dia bisa meninggalkan ruangan itu saat secepatnya.

"Baiklah, Pak, karena semuanya sudah jelas, saya permisi dahulu."

"Ya, silahkan."

Hiura segera berjalan mendekati pintu keluar.

"Oh, satu hal lagi, mohon kerja samanya untuk membimbing seseorang untuk beberapa hari kedepan."

Hiura sempat berhenti sesaat sambil memegang knop pintu, tapi dia segera memutar knop pintu itu dan keluar dari sana.

Waktu berjalan seperti biasanya, Hiura juga melakukan aktifitasnya sebagai murid academy pada hari itu. Semuanya terasa lebih tenang bagi Hiura karena sosok Iva yang terlihat absen.

"Aku harap waktu akan terus berjalan seperti ini terus."

Setelah langit menjadi lebih gelap, bel tanda seluruh kelas berakhir berbunyi. Semua murid dengan antusias segera keluar kelas sesaat setelah guru mereka pergi meninggalkan kelas. Hiura masih seperti biasanya, dia menjadi sosok yang paling tenang dan memilih untuk keluar kelas setelah gerombolan teman-temannya keluar dari sana