webnovel

The Sexy Woman

“Aku hamil!” Setelah mengatakan hal itu, Illona yang duduk di bangku sekolah menengah atas ditinggalkan begitu saja oleh sang kekasih. Gadis yang hidup sebatang kara, tidak bisa menghubungi kekasihnya yang sudah hampir sepekan tidak berangkat ke sekolah. Ia merasa bingung dan khawatir jika ada orang lain yang mengetahui keadaannya. Tidak lama setelah itu, kehamilannya terungkap. Para siswa di sekolah bergantian merundung Illona karena apa yang ia alami. Gadis itu tidak kuat menahan semua hinaan yang didapatnya, hingga akhirnya dia memilih tidak pergi ke sekolah dan berhenti tanpa prosedur yang seharusnya. Meski begitu, Illona memutuskan untuk melahirkan buah hatinya. Namun, karena sang anak yang sudah tumbuh besar sangat mirip dengan kekasihnya, dia pun mulai menjadikan anak itu sebagai sasaran amarahnya. Lalu, bagaimana hubungan Illona dengan sang anak? Akankah dia bertemu lagi dengan pria yang menjadi ayah dari anaknya itu?'

MahinaAi · perkotaan
Peringkat tidak cukup
270 Chs

Tiga Kali

Hugo tersenyum ramah. Senyuman laki-laki itu membuat Sarah membatin saat ia terkesima dengan ketampanan kekasih Illona. Namun, Sarah tidak menyukainya meski dirinya mengakui Hugo adalah sosok laki-laki tampan.

Bagaimanapun juga, selera Illona dan Sarah sangat berbeda jika mengenai pasangan. Namun, sekalipun sama, Sarah tidak akan mengganggu apa yang seharusnya menjadi milik Illona.

"Tidak apa-apa, beritahu saja," ucap Hugo dengan lembut.

Illona pun tersenyum lebar mendengar jawaban kekasihnya itu, hingga Sarah yang melihat keduanya ikut tersenyum gemas karena kebahagiaan yang menyelimuti pasangan baru itu.

"Yo! Jadi kalian ingin memberitahuku apa? Kalian menjalin hubungan?" tanya Sarah asal. Ia hanya menduga meski dirinya berujung terkejut karena Illona mengangguk mengiyakan perkataan gadis itu.

Sarah benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang terkejut. Namun, tidak lama kemudian ia memberikan selamat kepada sahabatnya itu. Dia bahkan berpesan pada Hugo untuk menjaga Illona, terutama saat berada di sekolah. Karena bagaimanapun juga, Sarah tahu kalau kehidupan sekolah Illona kali ini tidak berjalan lancar.

Meski Illona sudah tahu kalau Sarah memang peduli padanya. Namun, berapa kali pun ia mendengar perkataan sahabatnya yang seperti itu benar-benar membuatnya terharu hingga terkadang membuatnya ingin meneteskan air mata.

"Terima kasih, Sarah," ucap Illona lirih. Menyadari kekasihnya bersedih, Hugo mulai merangkul dan mengusap lengan Illona.

Sarah yang peka akan keadaan seketika berkata, "Ya sudah, kalian nikmati saja lagi kencannya. Tadi aku hanya mengecek apakah kamu sudah pulang atau belum."

"Apa-apaan? Kamu pasti hanya penasaran apa yang aku lakukan seharian ini 'kan?" tanya Illona dengan menatap sinis meski hal itu justru membuatnya terlihat menggemaskan.

"Hah? Apa pentingnya?" tanya Sarah. "Ya sudah, aku matikan ya! Ah, tunggu dulu! Hugo maafkan sahabatku yang sama sekali tidak paham tentang mode ya!"

Setelah berkata demikian, Sarah mematikan teleponnya dan menyisakan Illona yang tengah kesal karena merasa malu akan hal itu. lagi-lagi ia diingatkan pada pakaiannya yang terlihat tidak cocok sama sekali untuk kencan.

Saat Illona tengah fokus pada pikirannya itu, Hugo justru tertawa hingga membuat gadis itu menatapnya. Ia bertanya apa yang lucu karena tawa Hugo benar-benar terdengar lepas.

"Aku tidak menyangka kamu benar-benar terlihat berbeda di depan sahabatmu," ucap Hugo. "Tapi, bagaimanapun itu, kamu tetap saja terlihat menggemaskan di mataku."

"Hugo!" Illona memukul pelan lengan Hugo. Ia merasa kata-kata kekasihnya itu cukup menggelikan meski tetap membuatnya tersenyum senang.

"Oiya, ini sudah malam. Kita pulang sekarang?" tanya Hugo. Meski dirinya masih ingin menghabiskan waktu bersama, tetapi ia tidak mau egois dengan tidak membiarkan Illona beristirahat. Terlebih lagi besok mereka harus sekolah selama seharian yang cukup menghabiskan energi.

Gadis itu mengangguk. Ia setuju untuk pulang karena tidak mungkin dirinya berkata masih ingin bersama Hugo sebentar lagi.

"Ya sudah, tapi kita di sini sebentar ya. Aku akan minta Andre menjemput kita," ucap Hugo.

"Andre? Kenapa dia?" tanya Illona bingung.

Hugo pun mengingatkan kekasihnya itu kalau barangnya masih ada di mobil Andre. Dia juga berkata bahwa lumayan menggunakan Andre sebagai supir untuk mengantar Illona dan dirinya untuk pulang.

Illona tertawa. "Kenapa kamu begitu usil dengan sahabatmu," ucapnya sembari terkekeh.

Laki-laki di samping Illona, kini memberitahu gadis itu kalau Andre adalah seorang laki-laki yang baik. Meski terkadang ia juga bergaul dengan beberapa berandal. Namun, mereka tidak memberi pengaruh buruk pada Andre, karena anak laki-laki itu cukup kuat mental dan juga fisik.

"Apa kamu pernah bertemu mereka?" tanya Illona penasaran.

"Siapa? Teman-teman berandal Andre?" Hugo berbalik bertanya. Saat Illona mengangguk. Laki-laki itu kembali melanjutkan ucapannya. "Pernah. Kami bahkan seminggu sekali bertemu. Tapi mereka tidak seburuk itu kok. Mereka juga tidak melakukan hal buruk atau memberi pengaruh buruk padaku," terangnya.

Illona percaya dengan perkataan Hugo. Sebab ia melihat bahwa laki-laki di sampingnya itu memang seperti anak baik-baik.

Saat keduanya tengah asyik membicarakan kehidupan pertemanan Hugo, suara klakson pun mulai menyapa ruang dengar keduanya. Itu adalah Andre. Secepat kilat ia segera menghampiri Hugo dan Illona setelah mendapat panggilan dari sahabatnya.

"Wah, Andre cepat sekali sampai sini," ucap Illona yang hendak berdiri karena Hugo mengulurkan tangannya.

"Iya, kebetulan dia di dekat sini. Sejak tadi dia belum pulang, jadi sekalian jemput kita," jelas Hugo. Gadis itu pun mengangguk dan mengikuti langkah kekasihnya yang mulai mendekati ke arah mobil yang terparkir di tepi jalan.

Setibanya di samping mobil Andre, laki-laki yang ada di kursi kemudi menyapa Illona. Dia pun meminta gadis itu dan sahabatnya untuk segera masuk.

"Hei! Kamu tidak duduk di depan? Kamu menganggapku seorang supir?" tanya Andre saat ia melihat Hugo yang ikut masuk di kursi belakang.

"Kali ini saja ya! Apa kamu tega membiarkanku berpisah dengan kekasihku?" tanya Hugo sembari menatap Andre yang masih menoleh.

"Apa? Kekasih?" Andre menatap bergantian ke arah Illona dan Hugo. Tatapannya terlihat jelas bahwa ia menginginkan sebuah penjelasan dari kata-kata sahabatnya itu. "Illona! Benar kalian sudah ...."

Andre sengaja tidak melanjutkan kalimatnya. Illona yang memahami hal itu pun mengangguk dan membenarkan apa yang Hugo katakan.

Kebahagiaan seketika terpancar di wajah Andre. Ia mengucapkan selamat dan berkata bahwa Hugo harus mentraktirnya dua kali lipat.

"Wah, apa kamu mengucapkan selamat hanya untuk mendapat traktiran?" tanya Hugo.

Andre mengabaikan pertanyaan sahabatnya. Ia justru membenarkan kalimatnya dengan berkata, "Tidak! Bukan dua! Harusnya tiga. Pertama karena aku menjemput di mall, kedua karena aku datang kemari, dan ketiga karena kalian sudah jadian!"

"Sudah, sudah! Besok gampang! Sekarang lebih baik kamu melajukan kendaraanmu. Apa kamu ingin terus berada di sini semalaman?" tanya Hugo.

Mendengar perbincangan sepasang sahabat itu, membuat Illona tersenyum lebar. Ia senang hubungan keduanya juga baik seperti dirinya dan juga Sarah. Terkadang, kedekatan Andre dan Hugo bahkan sampai membuat Illona merindukan sosok Sarah di sampingnya. Ia juga ingin berjalan bersama dengan gadis itu ke sana-kemari, berangkat sekolah bersama, melakukan pesta piyama, dan masih banyak hal lain yang Illona ingin lakukan bersama dengan Sarah.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Hugo yang menyadari kalau kekasihnya tengah melamun. Ia juga menggenggam tangan Illona yang tengah mengepal meski tidak erat.

Gadis itu mengangguk dengan senyum hangat yang membuat hati penikmatnya meleleh. "Aku tidak apa-apa, Hugo. Terima kasih sudah mengkhawatirkanku," jawabnya.

"Bukankah itu sudah pasti? Sebagai kekasih aku harus terus mengkhawatirkanmu!" Hugo berkata dengan penuh percaya diri. Namun, kepercayaan dirinya terganggu saat tiba-tiba suara tawa Andre terdengar memenuhi kendaraan yang tengah melaju ke arah tempat tinggal Illona.