"Kamu yang memaksaku mengatakannya, padahal aku ingin mencari waktu yang lebih baik. Tapi, aku tidak ingin ada salah paham di antara kita." Hugo tampak frustrasi karena Illona yang hampir salah paham hingga membuatnya mengatakan apa yang seharusnya tidak ia katakan.
Ucapan Hugo membuat Illona merasa bingung. Ia tidak tahu arah pembicaraan laki-laki berkaus hitam itu. Akhirnya, gadis yang merasa penasaran pun bertanya maksud dari perkataan laki-laki di hadapannya.
Di bawah lampu jalan yang menyorot terang serta di dalam dekapan sejuk angin malam, Hugo menggenggam tangan gadis di hadapannya dan menatapnya dalam-dalam. Atmosfer yang baru kedua remaja itu rasakan, sama-sama membuat mereka merasa gugup.
Keduanya bahkan saat ini mengabaikan sekitar dan hanya fokus pada mata mereka yang saling tatap. Hal itu membuat Illona maupun Hugo, sama-sama menemukan bayangan masing-masing di dalam ruangan pandang lawan bicaranya.
"Illona."
Suara Hugo mengejutkan Illona dan membuatnya terbangun dari lamunan yang tengah menyapa.
"Aku menyukaimu, aku tidak tahu sejak kapan, tapi aku gelisah saat melihatmu bersama dengan laki-laki lain. Aku ingin membuatmu selalu bahagia, menjagamu, dan menemanimu di setiap harimu yang penuh dengan kesendirian. Aku benar-benar menyukaimu, Illona. Apa kamu mau menjadi kekasihku?"
Deg!
Jantung Illona berdetak berkali-kali lipat lebih kencang. Gadis itu bahkan merasa lemas karena apa yang didengarnya. Ia tidak menyangka bahwa selama ini Hugo menyukainya. Rasa senang karena mendapat balasan perasaan pun membuat Illona ingin menangis haru.
Sayangnya, Hugo tidak tahu penyebab air mata yang perlahan menetes, hingga laki-laki itu pun mulai panik karena Illona menangis di tengah keramaian. Selain itu, dia juga takut salah berbicara hingga menyinggung hati gadis itu.
"Ada apa? Ma-maafkan aku," ucap Hugo panik. Bukannya mendapat balasan dari kata maafnya, Hugo justru mendapat pelukan dari Illona.
"Aku senang sekali!" ucap Illona tanpa memedulikan sekitar. Sebelumnya gadis itu bahkan merasa panik saat di tatap ketika berduaan dengan Hugo, tetapi kali ini dia justru sampai memeluknya karena terlalu bahagia.
"Anak jaman sekarang, mereka romantis-romantis ya," ucap salah seorang pejalan kaki yang melintas.
Suara tersebut menyapa ruang dengar kedua remaja yang merasa dunia milik mereka saja. Alhasil, Illona pun segera melepaskan dekapannya dan menunduk malu. Sikap Illona yang menggemaskan, berhasil menyita seluruh perhatian Hugo hingga membuat laki-laki itu menggenggam tangannya dan mengajak gadis itu mencari tempat lain untuk berbincang.
Kini Illona dan Hugo pergi ke taman yang ada di pinggiran kota. Mereka duduk berdampingan sembari sama-sama tersipu malu. Keduanya pun tidak ada yang berani membuka perbincangan terlebih dahulu. Mereka bingung harus bersikap bagaimana setelah menjalin sebuah hubungan.
Baik Illona dan Hugo yang tidak tahan lagi dengan kesunyian itu, mereka dengan kompak berkata, "Anu!"
"Ah, kamu dulu!" ucap kedua remaja itu yang lagi-lagi bersamaan.
Karena dua kali kompak, keduanya pun akhirnya tertawa lepas. Setelahnya, barulah Illona meminta Hugo untuk berbicara lebih dulu.
Laki-laki itu tidak menolak. Ia mengangguk kemudian bertanya, "Jadi ... sekarang ini kita sepasang kekasih 'kan?"
Sebuah pertanyaan yang menegaskan hubungan itu membuat Illona tersenyum malu. Ia kemudian mengangguk menjawab apa yang Hugo tanyakan.
Suasana pun kembali canggung. Kedua remaja yang tidak berpengalaman benar-benar bingung harus bertindak bagaimana. Bibir keduanya sama-sama ingin terbuka dan memulai perbincangan. Namun, terasa kelu hingga akhirnya mereka bertahan dengan keheningan.
"Em!" Illona terkejut saat ia melirik ke arah Hugo, ternyata laki-laki itu juga sedang melirik ke arahnya. Hingga mata keduanya pun saling bertatapan dan dengan segera mereka memalingkan wajah. Namun, Hugo tidak ingin suasana semakin canggung. Ia yang sempat mengalihkan pandangan kembali menatap gadis cantik itu.
"I-itu, tadi, apa yang ingin kamu katakan?" tanyanya mencoba membuka topik perbincangan.
Illona memiringkan kepalanya. Ia mencoba berpikir, perkataan mana yang Hugo maksud. "Ah, ta-tadi! Aku lupa ...." Suara Illona melirih setelah di awal suaranya cukup tinggi.
"Ti—." Perkataan Hugo terhenti saat suara ponsel Illona terdengar di telinga keduanya.
Gadis itu pun segera mengambil ponsel miliknya dari dalam tas. Ia kemudian melihat nama siapa yang tertera di sana.
"Sarah?" gumam Illona.
"Sarah? Sahabatmu itu? Angkat saja," timpal Hugo hingga membuat gadis itu menoleh.
"Tidak apa-apa?" tanya Illona. Ia takut Hugo terganggu ketika dirinya menjawab panggilan video dari Sarah, karena saat ini adalah waktu kencan mereka.
Laki-laki itu tersenyum dan mengusap kepala Illona. "Tidak apa-apa. Aku tidak masalah. Lagi pula aku cukup penasaran terhadap seseorang yang begitu baik pada kekasihku ini," ucap Hugo hingga membuat Illona lagi-lagi dipenuhi rasa malu.
Menurut Illona, seharian ini Hugo memang terus bersikap manis. Ia tidak tahu apa alasannya. Gadis itu menduga bahwa sikapnya ada hubungannya dengan pernyataan cinta mendadak itu. Namun, ia teringat kalau Hugo sempat mengatakan bahwa hari ini bukan rencananya menyatakan perasaan. Hingga lagi-lagi, gadis itu pun kehilangan kemungkinan yang membuatnya berpikir apa alasan Hugo bersikap manis.
Mengesampingkan pikiran tersebut, kini Illona fokus pada layar ponsel yang sudah menunjukkan wajah cantik Sarah.
"Hei! Kemana saja kamu ini? Kenapa lama sekali mengangkat panggilanku?" teriak Sarah yang belum menyadari bahwa Illona sedang berada di luar rumah bersama Hugo. Gadis itu belum melihatnya sebab ia sedang menunduk karena tengah membenarkan kabel earphone yang kusut.
"Ekhem!" Illona berdehem agar sahabatnya itu segera menatap ke layar ponsel. Ia merasa malu kepada Hugo karena Sarah begitu asal-asalan.
"Apa! Ekhem! Ekhem!" Suara keras Sarah seketika lenyap begitu gadis itu menatap ke arah layar ponsel dan melihat Illona serta Hugo sedang tersenyum ke arahnya. "Oh, shit!"
Sarah bersembunyi sejenak. Ia hilang dari layar ponsel hingga membuat sepasang kekasih itu terkekeh. Namun, akhirnya gadis itu kembali keluar saat Illona berkata bahwa mereka sudah melihat semua tingkah konyol Sarah.
Gadis itu pun kini lagi-lagi memperlihatkan dirinya dengan sempurna. Ia kemudian berdehem dan memperkenalkan diri kepada Hugo. Kata-katanya saat berbicara dengan laki-laki itu benar-benar terdengar sopan, tetapi saat beralih berbincang dengan Illona, Sarah pun menunjukkan watak aslinya.
"Hey, apa aku perlu mematikan panggilan ini? Kalian terlihat malu-malu. Apakah karena ada aku? Apa aku mengganggu?" tanya Sarah tanpa henti.
"Tidak, kamu tidak mengganggu sama sekali," jawab Illona meski gadis itu memberi penekanan saat mengatakan kata 'tidak'. "Lagi pula aku ingin memberitahumu sesuatu," imbuh Illona.
"Memberitahu apa? Ada yang mengganggumu lagi? Atau kencan kalian tidak berjalan lancar?"
"Hei! Tenanglah dulu!" sahut Illona kesal karena sahabatnya itu terus saja berbicara tanpa henti. Setelah Sarah mengangguk dan diam, Illona pun beralih menatap Hugo. "Apa aku boleh memberitahu Sarah?" tanyanya kepada laki-laki yang tengah mendengarkan pertanyaan kekasihnya itu.