webnovel

Charlotte

"Tidak biasanya cincin ini bertindak semaunya begini." Batin Lucas yang dilanda keheranan. Charlotte menghampirinya kemudian memegangi tangan nya.

"Hmm kamu baik-baik saja?" Tanyanya dengan polos. Mendengar hal itu, Lucas terdiam lalu menganggukkan secara perlahan-lahan.

"Y-ya, aku baik-baik saja." Balas nya singkat sembari menarik tangan nya.

"Hmm ngomong-ngomong, apakah kamu anak tunggal? Atau anak keberapa?" Tanya Charlotte yang membuat Lucas menatap nya dengan raut wajahnya yang nampak bingung.

"Aku akan tunggal, memang nya kenapa?" Tanya nya balik dengan wajah polos dan datar.

"Ohhh anak tunggal. Enak gak sih jadi anak tunggal itu? Aku suka penasaran deh rasanya jadi anak tunggal, anak kedua, anak ketiga! Seperti nya mereka terlihat bahagia." Jawab Charlotte yang membuat Lucas menggelengkan kepala nya.

"Tidak tidak. Semua nya sama saja! Tergantung keluarga nya. Kalau kamu hidup di lingkungan keluarga yang baik, nyaman, maka keluarga mu akan menyayangi dirimu dan saudara-saudara mu tanpa membeda-bedakan rasa kasih sayang." Ucap Lucas yang membuat Charlotte terdiam sembari menundukkan kepala.

"Ya kau benar, beda keluarga ya beda karakter nya. Aku selalu dimanfaatkan oleh kedua orang tuaku ya sekaligus memikul beban sebagai anak pertama. Tak hanya memiliki beban keluarga kecil tetapi aku juga memiliki beban keluarga besar ku. Aku diharapkan menjadi penerus keturunan yang baik karena aku memiliki kemampuan yang cukup menarik." Ungkap Charlotte yang membuat Lucas penasaran, ia mengajukan pertanyaan.

"Apa kemampuan mu?" Tanya nya saat itu yang sungguh penasaran.

"Kemampuan bertarung dan menggunakan sihir ku ukup bagus. Aku bahkan sudah pernah membunuh seratus orang diumur sepuluh tahun." Jelas Charlotte yang membuat Lucas tercengang mendengarnya.

Saat itu, Lucas teringat akan dirinya di masa lampau yang justru telah membunuh ribuan klan iblis di usianya yang berkisar sepuluh tahun. Bahkan dulu, dia sampai disebut-sebut monster kecil, karena hal-hal kejam dan mengerikan yang dilakukan.

"Ah begitu ya? Sangat keren! Aku saja tidak seperti mu. Btw, kau berada di tingkat apa?" Tanya Lucas yang merendahkan diri meskipun yang sebenarnya berbanding terbalik.

"Aku hanya berada di tingkat A, hanya tingkat rendah." Singkatnya yang membuat Lucas tercengang di hadapannya. Ia tak menduga, bahwa gadis di hadapannya berada di tingkat kekuatan yang hampir setara dengannya.

"Apa? Di tingkat A? Kau keturunan keluarga Scarlett kah?" Tanyanya dengan polos seraya merangkul bahu Charlotte yang berdiri di samping nya. Charlotte sempat terdiam hingga ia menggelengkan kepala nya.

"Bukan! Aku bukan keturunan keluarga Scarlett. Walaupun begitu, aku mengenal nya! Dulu saat masih umurku berkisar lima tahun, aku dan keluarga ku melewati kediaman keluarga Scarlett. Di saat-saat itu, aku memandangi sesosok anak cowok yang terbilang tampan. Aku tersenyum pada nya namun entah mengapa dia tidak membalas senyuman ku, berbeda dengan adik nya yang justru melambaikan tangan padaku. Entah dia sombong atau memang dia tidak bisa ramah pada orang lain. Apalagi aku hanya orang lewat." Ungkap Charlotte yang membuat Lucas sadar bahwa anak cowok yang di maksud adalah diri nya sendiri.

"Hmm begitu, ya? Seperti nya dia memang tipe orang yang jutek, tidak bisa ramah pada orang lain. Sekalinya ramah, akan tampak aneh jadi bukan sombong. Bisa juga dia tidak memiliki rasa emosional seperti anak-anak pada umumnya." Tutur Lucas dengan santai, mencoba membela diri tanpa disadari. Charlotte yang mendengar hanya menganggukkan kepala. Jika dipikir, apa yang dikatakan bisa saja memang benar.

"Mungkin saja begitu. Btw, bagaimana keluarga mu? Apakah baik-baik saja?" Ujar Charlotte.

"Ya, keluarga ku baik-baik saja. Tidak ada masalah dalam keluarga ku sejauh ini," Singkat Lucas. Ketika dia baru saja selesai bicara, tiba-tiba saja Camila datang dan berdiri ditengah-tengah mereka.

"Wah, apakah kau sedang bicara dengan pacarmu, Lucas? Kenapa selama ini kau tak mengatakan nya padaku?" Tanya Camila yang membuat Lucas lantas menatap nya.

"Bukan, dia bukanlah pacarku. Dia temanku, bisa dibilang kami baru mengenal dan berteman hari ini." Jelas singkat Lucas sembari menoleh kearah Camila yang berdiri di samping nya.

"Lho tapi kata nya Evan, kau pacaran dengan perempuan ini." Tutur Camila dengan polos sembari menunjuk kearah Charlotte.

"Agar Evan tidak terlalu banyak pertanyaan, aku terpaksa membohongi nya. Karena di saat itu juga, aku menyadari seseorang yang tengah mengawasi kami cukup lama. Ditambah aku menolong Charlotte dengan mengaku sebagai kekasih nya." Terang Lucas yang membuat Camila terdiam lalu mengangguk-anggukkan kepala nya, mengerti situasi yang dialami oleh sang kakak.

"Baiklah, aku mengerti maksudmu." Singkat nya sembari tersenyum tipis. Kemudian Camila merangkul bahu Charlotte yang membuat gadis asing di sampingnya hampir saja terjatuh.

"Ah bagaimana kalau misalnya kita mabuk-mabuk bersama? Apakah kamu suka minum alkohol?" Camila mencoba menawarkan ajakan minum yang membuat Charlotte diam tertunduk.

"Aku suka bahkan sering minum alkohol," Singkat nya yang membuat Camila senang mendengar nya.

"Wah baguslah kalau begitu, kebetulan aku lagi banyak uang jadi aku traktir kamu dan teman-temanku untuk minum alkohol. Kalau teman-teman ku sih sejak tadi sudah setuju! Hmm ayo ikut aku." Camila melangkah pergi sembari membawa Charlotte. Tetapi saat akan membuka pintu, ia menghentikan langkah nya, menatap kearah Lucas yang justru diam saja.

"Lucas, jangan bilang kamu tidak mau ikut?!" Curiganya terhadap sang kakak sembari menatap tajamnya juga. Mendengar hal itu, Lucas menganggukkan kepala nya.

"Ya, aku tidak mau minum alkohol! Aku tidak suka alkohol, lebih baik pulang saja." Ketus Lucas sembari melangkah pergi namun Camila langsung menghentikan nya.

"No! No! No! Kamu tidak boleh pulang! Kamu harus ikut minum alkohol bersama kita semua. Kebetulan kan kamu tidak pernah mencoba nya, bukan? Tidak masalah jika sesekali saja kau mencicipinya." Camila mendesak, ia menarik tangan Lucas serta Charlotte pergi dari sana.

Sepuluh menit kemudian....

Mereka bertiga tiba di cafe. Terlihat di meja yang telah dipenuhi banyaknya botol minuman beralkohol. Tak hanya itu saja, Evan, Leo, Adam dan yang lainnya sudah menunggu mereka bertiga sedari tadi. Camila, Lucas dan Charlotte duduk di bangku yang kosong lalu setelah nya...

"Baiklah silahkan dinikmati alkohol nya. Kalau kurang, bisa ambil lagi!" Tegas Camila dengan penuh semangat. Mereka pun mulai membuka botol nya termasuk Lucas yang tak ingin meminumnya sedikitpun. Namun di saat dirinya akan menuangkan alkohol ke dalam gelas, tak diduga bantuan datang.

"Kalau kau tidak mau meminum nya, biar aku saja. Kebetulan aku sudah lama tidak menikmati alkohol." Ujar Achlys yang tiba-tiba muncul, membuat Lucas terdiam sejenak.

"Maksudmu, kau mau bertukar posisi dengan ku agar bisa menikmati alkohol ini? Kebetulan sih aku juga tidak suka," Kata nya dalam hati.

"Ya! Maksudku begitu. Apakah kamu mau? Tenang saja, aku hanya akan meminum alkohol bukan melakukan hal yang lainnya." Tutur Achlys yang membuat Lucas berpikir sejenak. Hingga ia menyetujuinya, lalu mereka bertukar posisi.

Kini jiwa yang ada di dalam tubuh Lucas sudah berbeda. Achlys membuka kedua mata nya, menatap kearah Camila dan yang lainnya.

"Seperti nya kalian doyan minum alkohol ya?" Tanya nya dengan santai sembari menuangkan alkohol ke gelas.

"Iya, kami sering minum-minum hehehehe. Kalau kamu kan selalu mau nya di dalam markas." Ujar Evan. Achlys terdiam, ia menggelengkan kepala nya.

"Sebenarnya diam-diam aku juga suka minum bahkan sejak kecil. Kemungkinan kalian semua akan mabuk sedangkan aku biasa saja meski minum ribuan botol." Tutur nya sembari tersenyum yang tentu saja sikap nya tersebut membuat mereka heran. Sedangkan dari dimensi lain, Lucas yang melihat hal itu sungguh malu dan jijik melihatnya.

"Astaga, dia sungguh menjatuhkan harga diriku kalau begini." Gumamnya sembari memijat dahi nya.