Budayakan Vote & Comment
Sorry For Typo
210220
Jam alarm di kamar jimin dan jungkook berdering memekakan telinga, masih pukul 05.00am membuat jimin terbangun dari mimpi-mimpi yg sedang di arunginya. Jimin bangkit dari tempat tidurnya lalu duduk sejenak untuk menemukan kesadaran diri
Dilihatnya jungkook masih tertidur lelap, sudah dua hari ini jimim kembali seranjang dengan suaminya, bujuk rayuan jungkook mampu membuat jimin menganggukan kepala menyetujui keinginan appa jungmin itu.
Jimin memandangi wajah tampan suaminya, andai saja waktu bisa di putar kembali maka ia berharap kejadian buruk dapat terhindar, ia mengusap rambut halus jungkook lalu mencium pipi suaminya, jimin tersenyum mendapati kerutan di dahi suaminya seakan terusik oleh jimin.
Jimin bangkit dari ranjang untuk segera mempersiapkan segala urusan rumah tangga, ia sangat cekatan jika berhubungan dengan mengurus segala kebutuhan di dalam rumah besar itu.
Jimin menuruni anak tangga menuju kamar jungmin, di intipnya anak samata wayangnya yg masih tidur nyenyak, setela itu jimin memasuki kamar yoongi sekedar melihat bagaimana keadaannya saat ini mengingat kemarin yoongi mengeluh bahwa perutnya sakit.
Jimin menyelimuti tubuh istri muda suaminya itu, akhirnya Yoongi bisa tidur juga, jimin teringat saat mengandung jungmin memang masa-masa yoongi saat ini adalah masa yg melelahkan dan perutnya bisa sering keram.
Jimin kembali menutup pintu kamar yoongi dan segera berkutat dengan dapur kesukaannya, eomma jungmin itu memilah semua bahan-bahan terbaik untuk di masak dan di hidangkan kepada keluarga tercintanya.
Jam dinding sudah menunjukan pukul 07.00am, dan semua pekerjaan rumah yg di lakukan jimin terselesaikan dengan sempurna bahkan menu sarapan hari ini begitu special serta barbagai macam cemilan menjadi makanan pendamping.
Hari ini jungkook tak ada jadwal syuting dan jungmin juga libur sekolah, jadi tema hari ini adalah Quality Time keluarga Jeon, mereka akan menghabiskan waktu di rumah saja untuk mengeratkan kebersamaan.
"Pagi sayang" jungkook menuruni anak tangga menyapa jimin yg sudah duduk manis menunggu di ruang makan
"Pagi juga kook, sekarang kau bangunkan jungmin"
"Siap sayang" jungkook segera membalikan badan
"Ahh jangan lupa yoongi juga" jimin menambahkan, ia tidak lupa jika yoongi juga sudah menjadi nyonya rumah.
Jungkook mengangguk setuju dan berlalu meninggalkan jimin menuju kamar anak tampannya, jungmin sudah rapi ternyata, anak pintar mereka sudah selesai mandi dan siap untuk keluar dari kamar
"Heii boy, kenapa kau selalu mengesankan jungminah?" Jungkook mencubit pipi tembem jungmin
"Karena aku akan melindungi eomma dengan baik"
"Arraseo, itu tugas appa bukan tugas mu boy"
"Appa tidak bisa menjaga eomma, appa jaga yoongi saja biar jungmin yg menjaga eomma"
Jungkook menggaruk tengkuknya yg tak gatal, sejak kapan mulut anaknya sepedas itu, jungmin sudah meninggalkan jungkook yg masih memasang tampang bodoh.
Jungkook beralih menuju kamar Yoongi, baru saja akan mengetuk pintu kamat ternyata yg di harapkan sudah muncul dengan senyuman manisnya.
"Pagi jungkook"
"Pagi juga yoongi, bagaimana kabarmu hari ini?"
"Aku?? Lebih baik"
"Ayo makan, jimin sudah menyiapkan semuanya"
"Baiklah"
Keluarga kecil Jeon menikmati sarapan pagi itu dengan bahagia, ini untuk pertama kalinya tak ada kecanggungan dan rasa cemburu, yg ada hanya keheningan menikmati makanan yg tersaji menggiurkan seperti yg di harapkan.
"Aduh... aaww"
Semua intens menuju kearah yoongi yg meringis kesakitan, jimin menghentikan kegiatannya menyuapkan jungmin untuk mendekat kearah yoongi
"Kau kenapa?"
"Perutku sakit lagi... aww.. ahh benar-benar sakitth"
"Sakit di bagian mana??"
"Perut bagian kirim jim... aw sakit sekali hiks"
"Tenanglah yoongi, ini hal biasa yg dialami orang hamil, kau hanya kram perut, mari ku bantu"
Jimin memapah tubuh yoongi untuk berbaring di sofa ruang tengah, sementara jungkook sudah terlihat khawatir, jimin menyuruh yoongi untuk berbaring ke kanan agar sakit yg di rasakan sedikit membaik. Yoongi mengalami keram perut karena hamil, hal ini adalah wajar mengingat perutnya semakin membuncit.
"Hiks sakit sekali, kook"
DEG!
Bukan saatnya cemburu jim, sekarang ini yoongi bertingkah layaknya istri yg memerlukan suami di dekatnya, maka jimin harus bersabar dan memakhlumi hal ini.
"Kook, sakith..."
"Apa kita kedokter saja?" Jungkook membuka suara
Jimin masih mengurut lembut perut yoongi dengan perasaan mendidih, ia mencoba bersikap normal
"Jim apa yoongi salah makan? Atau mungkin yoongi alergi sesuatu?"
DEG!
"Maksud mu? Aku ingin mencelakai yoongi??"
"Lebih baik aku membawa yoongi ke Rs"
Jungkook menepis tangan jimin dari perut yoongi dan menggendong istri mudanya menuju mobil yg terparkir di halaman rumah, yoongi masih terisak menahan sakit sedangkan jimin memandangi kepergian suaminya dengan perasaan terluka.
★★★★★★★
"Apa yoongi baik-baik saja dokter?"
"Tentu saja, bayinya sehat dan istrimu juga sangat subur tuan"
"Apa yoongi tidak sakit karena memakan sesuatu?"
"Tuan, saat hamil, seseorang akan sering mengalami keram perut dan itu normal. Tindakan yg harus di lakukan adalah berbaring sejenak, jika keram perut di bagian kiri maka berbaringlah kearah kanan begitupun sebaliknya"
Jungkook mendengarkan semua perkataan dokter dengan baik, ia lagi-lagi menyakiti jimin, seharusnya ia percaya kepada jimin sepenuhnya tapi entah setan mana yg merasuki jungkook hingga dia bisa mencurigai jimin akan mencelakai yoongi.
Jungkook memukul kepalanya karena menahan kesal, kenapa dia tidak bisa bersikap adil kepada istri-istrinya, kenapa selalu ada pihak yg terluka. Jungkook dan Yoongi sudah kembali dari Rs.
Jimin menunggu di depan rumah dengan perasaan gelisah, akhirnya pandangannya menemukan mobil mewah sang suami sudah memasuki pekarangan rumah, jungkook menggendong yoongi memasuki rumah mereka.
"Apa ada yg salah??" Jimin terlihat antusias
"Hanya keram perut saja jim"
"Syukurlah... ya sudah lebih baik kau istirahat yoongi"
"Terima kasih jimin"
Jungkook melanjutkan langkahnya menuju kamar yoongi, ia sempat melirik jimin tapi sang istri membuang muka, sepertinya mereka akan bertengkar lagi.
Jimin menuju kekamar sang anak untuk menghibur diri, jungmin tampak focus merakit mainan puzzel yg di belinya kemarin, focusnya hanya tertuju pada puzzel ukuran raksasa itu.
"Eomma ingin bermain denganku??"
"Tidak sopan sekali, kau menawariku tapi tidak menatapku sama sekali jungminah??"
"Mian eomma, jungmin harus berkonsentrasi"
"Aigo... menyebalkan sekali anakku jika sudah seperti ini"
Jimin ikut duduk di sebelah jungmin, melihat permainan jungmin membuat mata jimin sakit, bagaimana bisa bocah seusia jungmin bertahan dengan bongkahan-bongkahan kecil dan menyebalkan itu.
"Jungminaah... apa kau ingin buah??"
"Ndeeee"
"Arraseo, eomma akan mengambilnya untukmu"
"Gomawo eomma"
Jimin keluar dari kamar sang anak menuju dapur, tanpa sengaja intensnya menangkap pemandangan yg sedikit menyulut api di dadanya, ingin sekali jimin mengabaikan hal yg terlihat saat ini tapi perasaannya masih ingin memperhatikan lebih jauh
"Aahh appo"
Jimin menekan dadanya yg terasa sesak, jimin melihat senyuman Yoongi yg mengambang indah di kulit putihnya karena menahan geli ketika jungkook meletakan kepalanya di perut yoongi seakan mendengarkan pergerakan sang bayi di dalam perut istri mudanya.
Jungkook juga mencium perut buncit yoongi dan itu sontak membuat raut wajah yoongi merona merah, gelak tawa dan perlakuan istimewa itu sangat di rindukan jimin tapi ia harus sadar kenyataannya saat ini adalah Berbagi Suami dengan madunya.
Jimin perlahan mendekat kearah kamar yoongi yg pintunya sedikit terbuka itu, pemandangan di dalam kamar tersebut cukup membuat jimin menahan geram, ia menutup pintu kamar yoongi dengan perlahan agar yg di dalam tidak merasa terusik.
Jimin mulai mengupas buah apel dan buah lainnya, tanpa ia sadari kini air matanya berjatuhan, kenapa harus sesakit ini? Apa ini yg di rasakan orang-orang yg dimadu?? Apa mereka memiliki hati yg kuat?? Jika melihat keadaan tadi saja sudah melukai hatinya bagaimana mungkin jimin bisa bertahan lebih lama. Jimin bukanlah seseorang yg memiliki sikap masa bodo, hatinya benar-benar rapuh.
"Jim sedang apa??" Jimin kaget mendapati yoongi sudah menuju kearahnya, dengan cepat ia menghapus air matanya yg berguguran
"Yoongi, kau butuh sesuatu?"
"Aku haus"
"Baiklah... ini segelas air untukmu"
"Terima kasih, jim maaf tadi pagi aku bersikap berlebihan. Bagiku kehamilan adalah hal baru jadi aku tidak paham masalah keram perut"
"Tidak apa yoongi, kau boleh menanyakan apapun padaku jika menyangkut kehamilan"
Yoongi mengangguk tanda setuju, ia meneguk air yg di berikan jimin sebelumnya. Sepertinya yoongi benar-benar haus.
"Jungkook mana??"
"Ahh, dia tertidur"
"Begitu"
"Jim, apa aku boleh bertanya sesuatu?"
"Tentu... katakanlah" jimin masih focus mengupas buah-buahan tanpa menoleh kearah yoongi
"Bi.. bisakah, Ju... Jungkook untukku seutuhnya?"
Prank
Tanpa sadar jimin menjatuhkan pisau yg di gunakannya untuk mengupas buah, tatapannya menuju kearah yoongi, benarkah yg di ucapkan yoongi tadi adalah dari mulutnya?? Atau jimin salah mendengar?
"Mwo?? Maksudmu?"
To Be Continued
QaraTanjung