webnovel

Secret In Love

Ada cinta dan kesakitan saat kita harus memilih hidup dengan seorang pria yang tidak kita cintai, Itu yang Reista rasakan.. Merelakan masa mudanya dengan menikahi Duda Tampan kaya Raya dari keluarga Ettrama. Seorang pria yang memiliki kekayaan di atas rata-rata... Mungkin terdengar menyenangkan bukan?. Tapi bagaimana jika ternyata hidup tidak melulu membahas kebahagiaan? Reista harus merasakan hidupnya berantakan karena masa lalu dari suaminya hadir kembali! Kegilaan yang diciptakan oleh mantan istri Ramelson Ettrama, membuat keluarga Ettrama hancur berantakan. Penculikan, kekerasan, pembunuhan!.. berkumpul jadi satu dan membuat banyak kesakitan kepada Jiwa-jiwa suci yang tidak mengerti apa apa.. Hidup Reista bahkan harus berselisih dengan Racun yang menggerogoti tubuhnya dan membuat kedua bola matanya lepas!! Apakah kesakitan akan selalu menghantui Hidup Reista? apakah cinta akan membuat Reista bertahan bersama Ramelson Ettrama? semua akan dibahas dalam Bab-Bab selanjutnya.. Jangan lupa tinggalkan Komentar positif, Berikan koin di setiap bab terkunci. hal ini akan membuat penulis menjadi lebih bersemangat lagi... [Sequel berjudul, Secret In Love: Ahli Waris] Selamat membaca dan semoga hari kalian menyenangkan!!

silvaaresta · Fantasi
Peringkat tidak cukup
430 Chs

samyang

Ramel masuk kedalam Restorant dengan langkah lebar, dibelakangnya sudah ada keluarganya yang mengikuti. makan siang hari ini entah mengapa seperti sangat meresahkan. tatapan membunuh yang ditunjukkan oleh Mommynya membuat Ramel hampir kehabisan nafas sejak berada didalam mobil. belum lagi mata sayu istrinya yang seperti sangat kecewa terhadap apa yang sudah dilakukan Ramel tadi.

sebenarnya Ramel tidak sengaja memarahi Reista, ia hanya sedikit emosi melihatnya yang menaruh barang pemberiaan ibunya dengan sangat tidak menghargai. Ramel paling benci seseorang yang tidak menghargai pemberiaan orang lain.

namun disatu sisi Ramel juga merasa ini salah, saat dia memarahi Reista secara tidak langsung tadi itu yang saat ini membuat Ramel benar-benar merasa tidak tenang. hatinya seperti menerima ujekan tak kasat mata karena memperlakukan istri dengan tidak baik.

Ramel duduk di salah satu meja makan yang memang sudah disediakan, Ramel tidak tau apa bedanya makan siang dirumah mereka dengan makan siang di restoran. ibunya ini selalu memaksa untuk makan diluar, ia mengatakan kita perlu suasana baru untuk menikmati kehidupan. saat ini restaurant yang mereka tempati bersebrangan langsung dengan pantai. masih satu tempat dengan hotel mewah yang memang dimiliki oleh keluarga ettrama. aset mereka rasanya tidak ada habis-habisnya jika dibahas.

semilir angin pantai yang tenang membuat suasana menjadi nyaman, Ramel melihat wajah Reista yang dipaksakan untuk tersenyum saat Renandra mengajaknya mengobrol dan menanyakan banyak hal.

Ramel meminum jus nanas yang memang sudah disediakan para pelayan di meja mereka, rasanya segar di siang hari yang lumayan terik ini. hidangan seafood tersaji di depan mereka, para pelayan menyajikan dengan banyak macam menu. Ramel hanya terus memperhatikan wajah Reista yang seperti akan meneteskan airliurnya melihat makanan. Ramel sedikit tersenyum melihat tingkah istrinya, hanya melihat makanan moodnya sudah terlihat lebih baik saat ini, wajah sumringahnya dapat Ramel rasakan dengan jelas.

ibunya berdehem dan menyenggol lengan Ramel pelan, Ramel hanya melirik sebentar karena tau ibunya itu memperhatikan Ramel yang terang-terangan memandang Reista sejak tadi.

"Mommy, Renand mau cumi. tapi Renandra juga mau kepiting, sebenernya renand mau semuanya Mom. apa boleh Renand makan banyak hari ini?". Renandra mengusik wajah Reista yang sejak tadi tidak berhenti memandangi makanan laut didepanya.

"tentu, hari ini kita akan makan banyak. Mommy tidak akan melarang kamu ingin makan apa, sepuasnya. ayo kita habiskan". ucapan Reista mengundak senyum dibibir Ramel, tingkahnya benar-benar menggemaskan menurut Ramel.

"Mommy memang yang terbaik, aku sayang Mommy". Ramel mendengus, bagaimana bisa anaknya mengatakan sayang hanya kepada Reista, jelas-jelas disini yang meminta semua menu makanan laut adalah dirinya. tapi dia benar-benar tidak dianggap oleh anak dan istrinya, mengapa hatinya menjadi cemburu melihat kedekatan anak dan ibu satu ini.

"Ramel ayo makan nak, kenapa kamu jadi diam seperti itu? kau kan yang meminta semua makanan ini". suara nyonya Gornio mengintrupsi Ramel, Ramel hanya berdeham sebentar dan mulai memakan kepiting bumbu merah yang sangat memanjakan matanya saat ini.

"oh iya Nak Reista, Renandra tidak suka dengan buah nanas. tolong singkirkan beberapa potong nanas yang ada di saus cuminya". Tuan Gornio menantap mata Reista lembut saat Reista memberikan potongan nanas di piring Renandra.

"Renand gak suka nanas? kenapa gak bilang sama Mommy?". Reista melihat kearah tuan Gornio lalu memandang Renandra sebentar. Reista buru buru membuang nanas itu kedalam piring miliknya.

"Renand memang gak suka Mom, tapi Mommy keburu memberikan, jadi Renand tidak sampai hati menolak pemberian Mommy". Renandra menundukan kepalanya singkat saat berbicara dengan Reista.

Reista mengelus puncak kepala anaknya dengan sayang.

"jika Renand tidak suka, harusnya renand katakan saja, Mommy tidak akan marah. maafkan Mommy ya karena gak tau kalau Renand gak suka buah nanas".

"iya Mom, besok-besok kalau Renand gak suka sesuatu Renand pasti akan kasih tau Mommy". ucap Renandra dengan senyumannya yang lucu, Renandra langsung melahap makanannya dan sudah tidak memperdulikan lagi tatapan sedih Reista.

"Renand tidak menyukai nanas karena ibunya memang tidak pernah menyukai buah itu". ucapan itu membuat tangan Reista yang ingin menyuap makanan kedalam mulutnya terhenti dan memandang Ramel, entah mengapa saat ini hati Reista lagi-lagi merasa sedih setiap ramel membahas tentang andine.

"sudahlah Ramel, tidak usah membahas ibu Renandra, sekarang ibu anakmu cuma satu. yaitu Reista". nyonya Gornio buru-buru berkata seperti itu. karena ia takut anaknya akan semakin jauh membahas tentang andine. Nyonya Gornio sudah melihat wajah sedih Reista, ingin rasanya mengutuk Ramel yang tidak pernah peka terhadap isi hati seorang perempuan.

"iya lagipula Andine sudah tenang dialam sana". itu suara tuan Gornio, ia juga sebal dengan sikap anaknya yang masih sering membahas andine secara tidak langsung.

Reista hanya tersenyum kepada kedua mertuanya yang memang selalu membela Reista kapanpun dan dimanapun, Reista melanjutkan makannya dan tiba-tiba perutnya mual, makanan itu tidak jadi dikunyah Reista tapi hanya mampu ia telan dan buru-buru meminum jus jeruk yang ada didepannya. mata Reista sudah sangat merah karena dengan terpaksa menelan makanan yang entah mengapa membuatnya sangat mual.

"Reista kau kenapa? wajahmu tiba-tiba pucat nak?". tanya nyonya Gornio.

"entahlah Mom, saat satu suapan kepiting tadi masuk kedalam mulutku, Rasanya perutku sangat mual". ucap Reista pelan, ia buru-buru menggeser kepiting itu dan terus meminum jus jeruknya. ia sudah tiak nafsu makan lagi saat melihat semua menu didepanya mendadak membuat perutnya bergejolak.

"kau sakit?". Ramel bertanya dengan nada yang sedikit khawatir, " apa kau ingin menu lain?". tanya Ramel lagi.

Reista yang entah keberanian dari mana mengangguk dan tiba-tiba tersenyum senang. Ramel mengerutkan alisnya heran.

"aku ingin samyang". ucap Reista antusias.

"hah? sayang? apa itu sayang?". tanya Ramel pelan.

"samyang, mie korea. bukan sayang". ucap Reista sebal.

"ohhh samyang". Ramel memanggil pelayan dan menyuruh mereka membuat samyang, wajah pelayan itu sedikit bingung namun tatapan Ramel yang sangat dingin itu membuat pelayan disana buru-buru kedapur untuk memberitahu chef nya membuatkan samyang. entah makanan apa itu, mereka baru mendengar.

sedangkan nyonya Gornio dan tuan Gornio hanya tersenyum penuh arti dan tidak ikut campur urusan Reista dan juga Ramel, namun dalam hati mereka kegirangan, karena sepertinya mereka akan mendapatkan kabar bagus setelah ini.