Andine keluar dari ruangan HRD seorang diri, 30 menit sudah berlalu. andine memaksa untuk keruangan Ramel tanpa di bantu oleh HRD.
Tujuannya cuma satu, menemui Reista terlebih dahulu. wanita yang berhasil merebut perhatian Ramel dari dirinya.
wanita yang dengan mudah mengusik posisi andine.
Andine sampai kelantai atas dimana ruangan Reista dan Ramelson berada. Andine dapat melihat seorang perempuan keluar dari ruangan sekertaris dan melangkah ke arah Pantry. andine tau siapa dia, pasti itu Reista.
Andine sengaja mengetuk keras sepatu yang ia pakai, agar Reista mendengarnya. tapi sialnya Reista seperti tidak mengindahkan.
Reista terus berjalan ke arah Pantry, saat mendengar suara sepatu. Reista sedikit malas untuk berbalik badan dan melihat siapa gerangan yang datang kelantai atas.
Reista dapat mencium harum bunga mawar yang meneduhkan namun sedikit menusuk di Indra penciumannya.
suara itu terus mengikuti Reista, siapa yang kurang ajar berani mengikuti dirinya?.
"Maaf nona, sapa suara perempuan dibelakangku", Reista menengok ke arah sumber suara, dilihatnya berdiri seorang perempuan yang tersenyum manis kearahnya.
Reista sedikit mengernyitkan alisnya bingung, siapa dia?
Sepertinya Reista pernah melihat wajah perempuan didepannya.
"Iya ada yang bisa saya bantu nona?", Tanya Reista sopan.
Andine yang sempat melihat wajah kebingungan dari Reista sedikit tersenyum senang. sepertinya Reista sedikit familiar dengan wajah andine.
"Saya ingin bertemu dengan tuan Ramelson, dan saya di perintahkan untuk menuju ke lantai ini. tapi saya tidak tau dimana ruangannya, apakah saya bisa bertemu dengan tuan Ramelson?". andine menjawab dengan tenang, sebenarnya Andine terlalu malas berbasa basi menanyakan ruangan Ramelson. padahal dulu ruangan itu seperti rumah kedua baginya.
Reista sedikit tertegun melihat wajah cantik didepannya, tutur kata dan pembawaan perempuan ini sangat anggun.
"Ya kalau boleh tau dengan siapa? Saya akan sampaikan terlebih dahulu apakah tuan Ramelson bisa menemui anda atau tidak". Reista berjalan pelan untuk menuju kearah ruangan Ramelson, andine mengikuti dengan sopan. mau bagaimana manapun andine harus berusaha untuk bersikap seperti orang baru ditempat ini.
"Ah iya perkenalkan saya Dian wiliam saya pekerja baru di kantor ini dan tadi saya di perintahkan oleh HRD untuk menemui tuan Ramelson ". jawab andine dengan lancar, senyum tak pernah lepas dari bibir andine.
Reista yang melihat senyum itu hanya memperhatikan dalam diam, langkahnya sempat terhenti namun dengan mudah Reista menghiraukan hal itu, ada apa ini? senyumnya seperti menyimpan begitu banyak misteri, perasaan Reista mulai tidak enak melihat raut wajahnya.
"Baiklah mari saya antarkan ke ruanganya hari ini beliau sedang ada diruangan". Reista berjalan kearah ruangan Ramelson yang memang sudah ada didepan mereka, Reista mulai memutar kenop pintu ruangan suaminya itu, dapat dilihatnya bahwa Ramel sedang sibuk berkutat dengan laptopnya.
Muka lelah terpancar di raut wajahnya yang semakin hari semakin terlihat tampan. bahkan Reista masih mengingat ciuman manis suaminya tadi pagi.
"Maaf tuan Ramelson nona Dian wiliam ingin bertemu dengan Anda".
"Ya persilahkan masuk". Ramelson berbicara tanpa mengalihkan tatapannya.
Reista keluar dan memberikan kode pada perempuan itu untuk masuk.
Dia mengerti dan masuk kedalam ruangan Ramelson.
"Selamat siang tuan Ramelson ", sapanya kepada suamiku itu.
Kulihat Ramelson tiba tiba berhenti mengetik dan terdiam kaku, ada apa dengannya bahkan dia tak melihat ke sumber suara.
"Saya Dian wiliam, saya pekerja baru di perusahaan ini HRD memerintah saya untuk menemui anda".
Kulihat ke arah Ramelson ia mengangkat kepalanya dan terdiam saat melihat perempuan di sampingku ini.
Entahlah aku tidak bisa menggambarkan ekspresi suamiku itu.
Apa sebegitu cantiknya perempuan ini? Sampai suamiku sendiri tak berkedip melihatnya?
Oh astaga..
Benar, lihat raut wajahnya dia benar benar tak berkutik. Ramelson memang pecinta wanita cantik, sepertinya Reista harus berusaha keras untuk menjauhkan perempuan cantik disampingnya dari jangkauan Ramel.
Tapi tunggu dulu, dari raut wajah Ramel. bukan menggambarkan kesenangan atau tatapan terpesona. ada raut wajah sedih dan seperti kerinduan yang mendalam.
kerinduan?
apa mereka saling mengenal? rindu seperti apa yang telah terjadi saat ini?.
Reista melihat perempuan disampingnya, dia tetap tenang saat Ramelson memandangnya dengan sangat intens.
Ya ampun..
Beritahu aku sekarang apa yang sedang mereka lakukan dengan tatapan mata mereka yang saling beradu pandang.
Apa mereka bertelepati?
Reista bodoh, ada apa dengan pikiranmu..
Kulihat Ramelson berdiri dari kursi nya dan berjalan perlahan ke arah perempuan ini.
Sekarang matanya sudah meneteskan air mata.
Ya ampun, suamiku menangis?
Ia menangis melihat perempuan cantik yang berada di samping Reista?.
Ramel mendekat dengan langkahnya yang berat, entah apa yang membuat langkah itu berat. Reista semakin bingung melihat keabstrakan didepannya.
Ramelson memandang diriku sebentar, lalu memandang perempuan disampingku. menghapus air mata yang sempat menetes. Ramel mengangkat tangannya dan mengelus pelan pipi perempuan disamping Reista.
"Andien....?"
Deg
Deg
Deg..
...
Andien?..
...
Reista terdiam kaku, semua tubuh dan persendiannya mati rasa. kepala Reista seperti berputar dan rasanya Reista tidak mampu menopang tubuhnya.
Tuhan Tolong...
Tolong..
Jika ini mimpi, bangunkan aku!
-------_---------------
MAAF YA UPDATE LAMA 😭😭
Laptop Author rusak😓 ini aja ngetik pake handphone, biar terus tetep update.
Happy Reading 🥰