webnovel

kedatangan Andine

Kamu terlalu lama berjalan

Ada atau tidaknya diriku, kamu tak pernah menepi

Di sudut lorong yang temaram..

Aku ingin bercerita tentang kita

Satu cinta yang diam dalam semu

Satu rasa tak tersentuh cahaya

Ada kata kita diceritaku hari ini, ceritaku esok hari dan ceritaku di waktu yang akan datang..

Tapi aku tak pernah tau apa ceritaku dimasa esok karena bahagia membangun cinta atau jatuh karena cinta..

Masih tentang kamu, atau sudah ada dia..

Masih tentang kamu?

,........

Andine menutup selembar kertas kusam itu, itu adalah puisi terakhir yang Ramel tulis untukku.

Aku sudah membencinya semampuku namun cinta ini terlalu kuat untuk kumusnahkan.

Adakah yang lebih menyakitkan dari berusaha membenci namun masih mencintai?

Adakah hal yang lebih menyakitkan dari setiap rindu yang tak terbalas..

Racun terpahit ku minum di setiap detik mengingat kenangan itu..

Andine meneteskan air matanya, kerinduan dan kebencian itu menyatu di relung hatinya.

Dia sudah bermain sampai sejauh ini, dia tak ingin hatinya di rapuhkan hanya karena selembar kertas, yang terselip disisi ruangannya bersama Ramelson dahulu.

Dia melipat kembali kertas kusam itu dan mulai untuk membersihkan dirinya.

Ini adalah hari pembalasan dendamnya, hari ini dia akan bekerja di perusahaan yang sudah menjadi targetnya selama bertahun tahun ini.

Setelah andine selesai berdandan, ia mulai berangkat ke perusahaan tersebut dan tak memakan waktu yang lama jarak antara rumahnya dan perusahaan Ramelson.

Dia turun dari mobilnya dan mulai melangkah dengan anggun memasuki perusahaan.

Ia melirik jam di pergelangan tangannya 10.30,

Waktu yang tepat untuk membuat gempar perusahaan ini.

Batinya tersenyum licik..

Saatnya permainan dimulai...

Andine tersenyum saat memasuki lobby perusahaan, semua mata langsung memandang ke arah Andine dengan ekspresi berbeda beda.

bahkan security yang membuka pintu perusahaan tangannya bergetar, Andine dapat melihat itu. seingatnya ia merupakan senior security yang sudah lama bekerja di perusahaan Ramel.

Tentu saja ia mengenal andine, beberapa orang berbisik terkagum. senyum menghormati dapat andine lihat dari wajah mereka.

Andine berjalan menuju meja resepsionist, raut wajah perempuan didepan andine memucat seperti melihat hantu di pagi yang cerah.

"Permisi nona saya Dian wiliam, saya ingin menemui HRD. karena saya sudah mendapatkan pesan melalui email untuk datang wawancara hari ini", perempuan itu tersenyum lembut kepada nona di depannya.

Nona itu memandang dari ujung kaki hingga ujung kepala didepan andine, Andien hampir saja tertawa jika tidak ditahannya.

"Nyoo...nya.. anda nyonya Ettrama ya kan?".

"Maaf nona, saya Dian wiliam apa ada yang salah dengan penampilan saya? Sampai anda melihat saya seperti itu?".

"Tapi... Tapi.. anda sangat..".

"Maaf nona saya bertemu janji dengan HRD perusahaan ini jam 10.30 sekarang sudah jam 10.35 saya sudah terlambat. Apakah bisa saya langsung menemuinya".

"Ahh.. iya ya maafkan saya nyonya mari saya antarkan anda keruangannya", mereka berdua berjalan memasuki lift dan menekan lantai 7 setelah sampai di lantai tersebut mereka langsung memasuki ruangan HRD berada.

"Maaf tuan, atas nama Dian wiliam ingin menemui anda".  ucap nona resepsionist tersebut.

"Ya silahkan masuk, ia ada wawancara dengan saya hari ini". Andine masuk keruangan HRD tersebut lalu nona resepsionist itu pergi berlalu meninggalkan ruangan HRD.

"Well, drama yang cukup baik hari ini nona". laki laki yang dipanggil HRD tersebut tertawa.

"Ya cukup baik bukan? Harusnya kamu melihat bagaimana ekspresi para karyawanmu yang sudah bekerja lama disini itu.. waw!! Mereka seperti melihat hantu", perempuan itu tertawa sinis.

"Duduklah sekitar 30 menit kamu disini, setelah itu kamu akan langsung bertemu dengannya",

"Ya aku juga tak ingin berlama lama diruangan, apalagi berlama lama melihat wajah busukmu itu",

"Hei. Hei.. kamu benar benar sudah banyak berubah",

"Ya kucing sudah berubah menjadi serigala, saat kehidupannya terusik",

"Santai lah kita minum dulu, kau datang disaat yang tepat Andine. kau sudah mendapatkan kabar?". tanya sang HRD.

"kabar apa?" andine sedikit mengerutkan alisnya karena dia belum mendapatkan kabar apapun di pagi hari ini.

"buka saja berita pagi hari ini, kau akan tercengang melihatnya". laki laki yang dipanggil HRD itu memutar gelasnya dan menunggu reaksi seorang andine saat membuka handphone dan melihat berita utama.

"what! mereka berangkat pagi hari ini menggunakan kuda? drama macam apa ini?" andine membanting gelasnya dengan kasar dan dan menutup matanya sejenak.

"kau menginginkan drama andine, tapi sayangnya Reista sudah membuat drama romantis lebih awal dengan Ramelson".

"beritanya baru 15 menit yang lalu, berarti mereka baru sampai kan?" tanya Andine sedikit cemas.

"kurasa ya, mungkin Reista baru memberikan kopi hangat kepada Ramel".

"aku ingin keruangan itu sekarang!".

"kubilang, tunggulah 30 menit. wawancara macam apa yang hanya berjalan tidak lebih dari 5 menit andine" laki laki itu hanya tersenyum meremehkan dan mulai membuka laptopnya dengan tenang. tidak menggubris pecahan gelas dibawah mejanya dan dengusan kasar nafas Andine.

"Reista sudah berjalan terlalu jauh, aku tidak akan membiarkan perempuan sialan itu mengambil posisiku".

"kau yang pergi, siapapun bisa mengisi posisi dirimu".

"aku masih istrinya!". ucap andine dengan lantang.

"tapi dihukum negara istri sah Ramelson adalah Reista, kau hanya nama yang dikenang" nada tenang terdengar dari mulut laki laki itu, senyum mengejek tak lepas dari bibirnya.

"sialan kau! akan kubuat pagi Reista yang indah ini menjadi neraka. aku tidak akan membiarkan kedekatan Ramel dan Reista bertahan lama".

"kau terlalu jahat Andine, kau masih mencintai Ramelson kurasa".

"Cinta adalah sesuatu yang akan melemahkan seseorang" andine menatap tajam lawan bicaranya.

"dan itu memang sudah melemahkan dirimu andine".

"persetan dengan pikiran dan ucapanmu".

"seterah kau saja".

mereka berdua saling terdiam dengan pikiran masing-masing, menunggu waktu berputar terasa sangat lama bagi andine. dia sudah tidak sabar melihat wajah Ramelson dan menunggu reaksi suaminya itu.

apa Ramel masih bisa disebut suaminya? sedangkan ia sudah mempunyai suami sah dan juga anak perempuan. Andine benar benar merasa sakit saat membaca berita itu, mengapa Ramel dan Reista sangat cocok dan serasi sekali?. andine tidak ingin mengakui hal itu, namun hati terdalamnya mengiyakannya.

Next chapter