"Bukannya aku ga suka Fab. Tapi, aneh aja. Masa tiba-tiba nyambung ke Kak Arsen," Keluh Diva. Kening gadis itu mengerut menatap bingung ke arah Fabian.
"Terserah."
Diva menghela nafas. Sedangkan Fabian mendengus kesal menyadari Diva yang tidak paham akan maksudnya.
Diva tidak paham, tidak paham akan rasa cemburu nya.
Menyalakan kembali ponselnya, Diva kembali larut dengan benda pipih itu. Menghiraukan Fabian yang sedang menahan kekesalan nya.
Seperti ada yang aneh pada diri Fabian, itu terjadi sejak Arsen mengantar Diva pulang. Fabian dapat melihat interaksi Arsen kepada gadisnya. Sangat jelas, lelaki itu menyukai diva.
"Siniin!" Tangan Fabian mengadah ke arah Diva.
"Apa?" Tanya Diva bingung.
"Hp Lo."
"Loh, buat apa?" Tanya nya lagi.
Suara decakan terdengar dari mulut pria itu. Tanpa di cegah Fabian dengan cepat merebut ponsel milik Diva kemudian menyimpan nya di dalam saku.
"Fab! Kamu kenapa sih?" Seru Diva kesal, "Balikan ah!" Gadis itu berusaha mengambil ponsel yang di saku Fabian. Tapi Fabian menahan nya.
"Kalo sama gua. Perhatian lo ke gua aja! Gua ga suka di cuekin," Tegas Fabian. Ia kembali fokus menyetir mobil. Menatap kedepan jalan yang akan membawanya ke sebuah Mall besar di bilangan Jakarta Pusat.
Diva menghela nafasnya kembali. Memijat perlahan keningnya yang mulai pusing menghadapi perubahan sifat Fabian ini. Fabian tidak pernah bersikap seperti ini.
Menyita ponselnya saat mereka sedang jalan berdua, baginya sangatlah berlebihan.
"Kamu kenapa, Fab?" Tanya Diva penasaran, dengan nada yang ia usahakan terdengar lembut. Agar Fabian tidak salah tangkap dan bertambah marah.
"Gapapa," Jawab Fabian singkat.
Diva langsung membuang pandangannya nya keluar jendela. Sangat kesal dengan sifat kekasihnya itu. Lelaki itu tidak suka kalau di hiraukan. Tapi ketika ia mencoba membuka percakapan lelaki itu hanya menjawab sekenanya.
Aneh
Tak lama mereka pun sampai. Fabian dengan lihai memarkirkan mobil sedan miliknya.
Diva keluar terlebih dahulu, menunggu Fabian keluar dari mobil tersebut. Tak lama, Fabian menghampiri Diva dan langsung mengamit tangan gadis itu di genggaman nya.
"Hp aku di balikin kapan, Fab?" Tanya Diva berhati-hati.
Tak ada jawaban, Fabian menghiraukan nya dan langsung menarik gadis itu masuk ke dalam Mall. Diva mendengus dan mencebikan bibirnya. Dengan pasrah wanita itu mengikuti besar langkah Fabian dengan setengah berlari.
Suasana Mall malam ini terbilang cukup ramai, memang berbeda dari biasanya. Hari ini hari weekend, di tambah dengan sekarang yang bertepatan dengan malam Minggu mungkin ini menjadi alasan sebagian besar masyarakat Jakarta memilih menghabiskan malam mereka di Mall, untuk sekedar berbelanja, melihat-lihat, dan lain nya.
"Gua belom makan, kita makan dulu. Baru abis itu ke bioskop." Diva hanya menggumam sebagai jawaban nya. Biar saja, gadis itu masih kesal dengan Fabian.
Lagi, dalam diam Diva kembali mengikuti langkah kaki Fabian yang entah akan membawa nya kemana.
Hampir saja gadis itu menabrak punggung tegap Fabian, karena lelaki itu berhenti tanpa memberikan aba-aba. Sekeras mungkin gadis itu menahan umpatan dari mulutnya.
"Kamu aja yang makan, aku udah makan kok."
"Oke."
Restoran Jepang menjadi pilihan Fabian, karena restoran ini yang dilihatnya tidak terlalu ramai di banding restoran lain nya. Tangan besar lelaki itu kembali menarik Diva, setelah di dapati nya kursi kosong yang baru saja di tinggal kan pengunjung sebelum nya.
Dengan malas Diva mendaratkan bokongnya diatas kursi yang Fabian pilih. Ia meletakan tas yang ia gunakan di atas meja kemudian menopang dagunya menatap Fabian yang sudah sibuk dengan menu makanan yang di sediakan restoran Jepang ini.
Seuntas senyum tercetak di bibirnya. Memandang keindahan ciptaan Tuhan yang ada di depan nya. Bibir tipis dan hidung mancung milik Fabian menjadi objek kesukaan nya, tak lupa pula alis tebal yang menambah kesan tampan pria nya.
"Lo mau apa?" Mendengar suara Fabian, Diva langsung menggelengkan kepalanya mengembalikan ia dari alam lamunan nya.
"Eh! Um, ice cream matcha aja." Pesan nya.
"Gak makan?"
"Udah tadi di rumah," Lanjut Diva. Fabian hanya menganggukkan kepalanya, merespon.
Setelah menemukan makanan yang dipilih, Fabian pun memanggil salah satu pelayan restoran tersebut dan menyebutkan pesanan mereka. Tak lama pelayan itu pergi, dengan membawa catatan yang berisi makanan yang mereka pesan.
"Kita kapan ya Fab jalan berdua gini?" Basa-basi Diva.
Fabian menatap nya. Mengerutkan keningnya, terlihat jelas lelaki itu tengah mengingat, "Lupa,"
Diva mendengus.
Pandangan gadis itu masih terpaku pada Fabian. Sedangkan lelaki itu tengah sibuk mengeluarkan ponsel pintar miliknya dari dalam saku dan mulai mengotak-atik nya.
*Anggap Fabian yaa...
Gadis itu merasa gemas dengan rambut lebat milik pacarnya itu. Ingin rasanya ia mengacak rambut tebal milik Fabian. Seperti nya lelaki itu tidak peduli kalau rambut nya sudah mulai memanjang. Tapi Fabian tergolong ke dalam lelaki yang suka kebersihan. Bahkan dari jarak seperti ini, Diva dengan leluasa dapat mencium aroma rambut Fabian.
Dia sayang sekali dengan Fabian.
Gadis itu melirik ke jam dinding yang ada di restoran ini. Sudah 20 menit lebih, tapi pesanan mereka belum juga datang. Ia tidak lapar, hanya saja ia bosan. Ia tidak memegang ponsel, sedangkan Fabian sibuk dengan ponsel nya.
Rasa penasaran mulai hinggap di hati gadis itu. Dengan sedikit menegapkan badan nya, ia melirik ke arah ponsel Fabian. Ia penasaran apa yang membuat Fabian sangat intens menatap layar benda pipih itu.
Aplikasi WhatsApp, ya! Itu aplikasi yang sedang Fabian buka. Sedari tadi pria itu asik mengetik suatu pesan di sana. Tapi, entah untuk siapa. Diva tidak dapat melihatnya.
Apa Jenisa?
Tidak, dia tidak boleh berprasangka buruk pada Fabian.
Tapi bisa tidak Fabian tidak mengacuhkan nya. Ia mulai bosan.
"Ekhem!" Diva sengaja berdeham kencang agar Fabian peka mengingat ada dia di hadapan pria itu.
Nihil
"Fab!" Panggil Diva sedikit kencang, berusaha menarik perhatian Fabian dari ponsel nya.
"Hm?"
"Balikin hp aku dong," Pintanya dengan nada sedikit merengek.
"Ga!"
"Ck! Kalo ga mau balikin, ya kamu nya jangan cuekin aku dong!" Nada Diva dengan nada menyindir keras.
Fabian mengalah, dengan cepat lelaki itu mematikan ponsel dan menyimpan nya kembali.
"Film nya 45 menit lagi, kalo nanti ga sempet lo duluan aja," Kata Fabian sembari melirik jam tangan milik nya.
"Masa kamu telat datengnya. Tapi aku penasaran sama film nya, penasaran banget."
"Ya, makanya. Lo duluan aja. Gua juga udah-" Belum sempat Fabian melanjutkan omongan nya. Pesanan yang sudah lama di tunggu akhirnya datang. Fabian menghembuskan nafas lega, karena hampir saja dia keceplosan.
Setelah pesenan mereka datang. Mereka langsung larut dengan aktivitas menyantap pesanan mereka masing-masing. Diva dengan es krim nya dan Fabian dengan udon yang ia pesan. Sesekali pria itu melirik ke arah Diva yang beberapa kali terlihat mengelap es krim yang belepotan.
Lucu juga, batin Fabian
Fabian hampir saja di buat tersedak dengan ulah gadis itu yang menggunakan lidah nya untuk membersih kan es krim tersebut. Dan cara gadis itu menjilat es krim nya.
Sial
Fabian mengambil beberapa helai tisu dan memberikan nya pada Diva, "Pake tisu, jangan j-jorok," Tukas Fabian dengan suara nya yang tiba-tiba berubah serak.
Diva pun menerima tisu tersebut tanpa menghiraukan Fabian, dan segera membersih kan sisa es krim di tepi bibirnya.
30 menit lama nya waktu yang mereka butuh kan untuk menghabiskan pesanan masing-masing. Walau sebenarnya Diva lah yang telah menghabiskan pesanan nya terlebih dahulu. Tetapi, dengan sabar ia menunggu Fabian menghabiskan makanan nya dengan rasa bosan yang hampir membunuhnya. Karena tanpa ada ponsel di tangan nya.
Setelah Fabian membayar, mereka berdua bergegas menuju lantai 3 dimana letak bioskop berada. Diva sedikit tertatih-tatih karena Fabian kembali menarik nya seperti menarik seekor kambing. Padahal Diva sudah memprotes nya berkali-kali, tetapi Fabian menghirau kan nya.
"Fab! pelan-pelan dong!" Protes Diva untuk kesekian kali nya. Padahal jarak mereka dengan bioskop hanya beberapa meter saja. Bahkan untuk sekedar berjalan santai mereka tidak akan ketinggalan film yang akan mereka tonton.
"Ck! Maaf, gua ga sabar mau nonton film nya lagi!"
"Perasaan aku deh yang suka Toy Story kok kamu yang antusias sih?"
"Berisik!" Mereka pun sampai, dan dengan segera memasuki teater bioskop sesuai dengan tiket yang sudah Fabian pesan.
TBC.
Hai gais? Apa kabar kalian. Kangen parahh. Sebenernya aku ga up cerita ini krna banyak kendala. Awalnya karna aku sibuk persiapan un ya walau pun un batal:(. Aku jga ada beberapa kendala sehingga ga bisa up cerita ini. Tp krna skrng lg wfh dan aku ga ada kesibukan smaa sekali, aku usahain buat update cerita ini dua Minggu sekali.
Okay see you next chapter