Dering telepon milik Diva sedari tadi terdengar menggema di ruangan bernuansa serba pink itu. Nama Fabian lah yang tertera disana. Sebanyak 4 kali Fabian menelpon dirinya. Tetapi, gadis itu mendiami dan tak menghiraukan nya.
Diva mendesah bingung, hampir 20 menit lamanya ia berkutat dengan banyaknya pakaian yang ada di dalam lemari putih besar miliknya. Mencari pakaian yang di rasa sesuai ternyata tidak mudah baginya ia ingin tampil cantik di kencan nya malam ini, kencan yang sudah lama tidak ia lakukan bersama Fabian.
Ia melirik berkali-kali pada ponsel miliknya yang sudah dari tadi berbunyi dan bergetar tanpa henti. Nama Fabian yang tertera disana, sontak membuat gadis itu semakin kelimpungan. Dia belum juga mendapat pakaian yang pas untuk nya. Disisi lain gadis itu juga di landa perasaan tidak enak pada Fabian yang sudah lama menunggu nya dan takut ia akan pergi dan membatalkan acara nonton mereka yang sebenarnya sudah terencana dari jauh-jauh hari sebelumnya.
"Ck! Pake yang mana dong?" Keluh Diva, tangan mungil nya kembali mengacak-acak semua pakaian yang sengaja ia keluarkan dari lemari dan sengaja di letakan nya di atas kasur berukuran queensize itu.
Fabian bakalan marah ga ya? Pikiran nya kembali terusik dengan pertanyaan tersebut. Ia tidak mau Fabian membatalkan kencanya kali ini. Dan Diva tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Gadis itu kembali melirik ponsel nya yang masih berdering. Dengan cepat, ia menyambar benda pipih tersebut dan menggeser ikon gagang telepon di sana, menjawab panggilan tersebut.
"Halo?" Ucap nya membuka percakapan.
Terdengar hembusan nafas di seberang sana kemudian diikuti suara bariton milik Fabian menjawab panggilan Diva, "Lo tidur ya?"
"Eungh, e-enggak kok"
"Terus kenapa lama banget?"
"Aku bingung mau pake baju apa Fab." Jawab Diva jujur.
Lagi, Fabian menghembuskan nafasnya. Hal itu berhasil membuat Diva menggigit bibir, menunggu reaksi Fabian atas pernyataan nya barusan.
"Ck, konyol banget sih Div!"
"..."
"Sekarang lo lagi pake baju apa?" Tanya Fabian.
Diva membalikan badan nya 90 derajat menghadap ke kaca yang terdapat di meja rias miliknya. Ia menatap penuh pada dirinya sendiri. Celana bahan hitam dengan atasan kaos putih terbalut di tubuh mungilnya.
"Hm, kaos putih sama celana bahan" Jawabnya.
"Bagus. Keluar sekarang atau gua batalin nonton nya"
"Tap-"
Tut
Panggilan tersebut sudah diputus Fabian secara sepihak, padahal belum sempat Diva membantah. Ia mendesah merasa kecewa. Padahal niatnya ia cuma mau tampil menawan di depan kekasihnya, Fabian.
Dengan gerakan cepat Diva menyambar tas selempang miliknya, tak lupa dompet dan ponsel di masukan ke dalam nya.
Sedikit berlari Diva keluar dari kamar dan menuruni anak tangga dengan tergesa. Hal itu menimbulkan suara hentakan kaki yang keras terdengar.
Alvin dan Salsa menoleh. Kedua nya saling menatap setelah mengetahui sumber suara itu berasal dari putri sulung mereka.
"Pelan-pelan Diva! Nanti jatuh!" Instruksi Salsa.
Sementara Diva hanya menyengir kuda, menggaruk tengkuknya merasa bersalah. Ia pun berjalan menghampiri kedua nya berniat untuk pamit.
"Lho, mau kemana kamu?" Tanya Alvin.
"Biasa pa. Papa paham lah pasti." Diva menarik tangan Alvin dan menyalaminya.
"Lho, bukanya kamu lagi berantem sama Fabian?" Tanya Salsa lagi, dan kali ini di angguki oleh Alvin.
"Emang kapan aku bilang lagi berantem sama Fabian?" Setelah menyalami Alvin. Ia pun bergeser menyalami Salsa yang sedang menatapnya bingung.
"Kok Bunda ga ngerti ya?"
"Sama Bun, Papa juga."
"Hadeh, yaudah intinya Diva pamit ya Pa? Bun?"
Keduanya mengangguk.
"Assalamualaikum" Setelah berpamitan dengan orang tuanya. Gadis itu kembali melangkah kan kakinya.
"Eh Div! Kamu ga ganti baju?" Teriak Salsa yang baru menyadari pakaian yang dikenakan Diva masih sama dengan pakaian yang sebelumnya gadis itu pakai.
"Ga sempet Bun!" Sahut Diva setengah berteriak.
"Kok Papa jadi bingung ya Bun?" Keluh Alvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Sama Pa. Emang ya cinta itu, buat manusia jadi susah di tebak."
***
Lelaki itu kembali menghembuskan nafas kasar. Setelah mematikan panggilan dengan Diva, gadis itu belum juga muncul.
Fabian melirik ke arah arloji yang tersemat di tangan kirinya. Sudah hampir 45 menit lamanya lelaki itu menunggu. Entah apa yang di lakukan gadisnya di dalam sana.
Rasa bosan sudah mulai menghinggapinya, rasanya ia ingin pergi saja dari tempat itu. Tapi ada sesuatu yang ingin ia tanyakan yang sudah semalaman menggangu pikiran nya. Ia juga merasa tidak enak jika harus membatalkan janji nya lagi. Ia sudah sangat brengsek memperlakukan Diva belakangan ini. Atau mungkin hampir setahun belakangan ini.
Jika ditanya perihal perasaan nya pada Diva, Fabian juga bingung harus menjawab apa. Di satu sisi ia tidak suka di kekang sebuah hubungan, tapi disisi lain ia tidak suka melihat Diva dengan pria lain.
Egois? Iya.
Fabian melirik ke arah gerbang besar rumah Diva. Masih belum ada tanda-tanda gadis itu akan keluar.
Ia menyalakan ponselnya melihat notif pesan di sana, tidak ada juga pesan dari Diva. Apa gadis itu masih marah padanya? Dan bingung memilih pakaian hanya alasan nya saja?
"Oke, 5 menit. 5 menit Diva ga muncul juga, gua pulang" Ucap nya pada diri sendiri.
Pria itu menyenderkan tubuh tegap nya. Menyalakan ponsel dan mulai mengotak-atik nya.
Ia membuka aplikasi instagram, dan meng-klik fitur snapgram di dalam nya.
Sedikit membenarkan posisi rambutnya ia pun menyalakan fitur kamera di ponsel nya. Ia pun memposisikan diri bergaya di depan kamera.
Cekrek
Satu foto berhasil di abadikan nya.
Tanpa di bubuhi sebuah caption apapun. Pria itu langsung mengirim nya menjadi konten snapgram di instagram pribadi milik nya.
Tok tok
Suara ketukan kaca mobil berhasil mengejutkan nya. Hampir saja ia melempar ponsel tersebut karena terkejut.
Fabian membuka kunci tersebut, dan membiar Diva masuk.
"Maaf lama." Ucap nya. Gadis itu menunduk tak berani menatap Fabian yang kini sedang menatap nya.
"Gapapa. Baru se-jam kok." Balas Fabian dengan sindirian halus, "Hampir aja gua pen balik tadi."
"Maaf..." Diva kembali bersuara, tapi kali ini dengan nada melemah. Tak enak hati gadis itu membiarkan kekasih nya menunggu sampai selama itu.
"Yaudah jangan minta maaf mulu, lebaran masih lama. Coba madep sini!"
Seolah terhipnotis dengan suara berat milik Fabian. Diva langsung memiring kan badan nya menghadap ke arah Fabian, sesuai dengan perintah lelaki itu.
Tanpa disangka Fabian membuka jaket denim yang ia kenakan dan memberikan nya pada Diva. "Nih pake!"
Diva mengangguk paham. Gadis itu pun menerima jaket itu. Karena posisi mereka yang berada di dalam mobil membuat nya kesulitan untuk memakai jaket tersebut. Fabian yang menyadari nya dibuat gemas karna itu.
"Ck pelan Div! Sini deh!" Dengan gemas Fabian mengambil alih jaket tersebut dan dengan telaten memakai kan nya pada Diva.
"Nah kan kalo gitu bisa!" Kata Fabian. Ia kembali meneliti penampilan Diva.
"Jaketnya kegedean." Keluh Diva.
"Ya, siapa suruh badan lu kecil banget."
"Hish!" Diva mencebikan bibirnya kesal, tak terima di bilang kecil oleh Fabian. Pada memang begitu kenyataan nya. Lihat saja, jaket denim milik Fabian seperti mini dress saat di kenakan oleh nya.
"Bawa ikat rambut ga?" Tanya Fabian saat melihat rambut berantakan Diva.
Diva menggeleng sebagai jawaban.
"Hm, gimana ya?" Ucap Fabian nampak menimbang sesuatu. Tatapan pria itu masih tak lepas dari gadis di depanya itu. Tanpa disadari perlakuan dan tatapan Fabian sangat berefek pada denyutan jantung gadis itu.
"Coba sini lebih deket!" Ucap Fabian lagi. Tangan besar pria itu menangkup pipi Diva dan menarik perlahan agar lebih dekat dengan nya. Setelah dirasa pas, kemudian Fabian mengulurkan tangan merapihkan rambut Diva yang acak-acakan.
Karena tidak ada nya sisir. Fabian menggunakan jari-jari besar nya untuk menata rambut Diva. Jari pria itu dengan lihai menyisir rapi rambut gadis itu.
Dengan posisi sedekat ini, Diva dengan leluasa dapat menghirup aroma parfum Fabian. Aroma yang sangat membuat nya nyaman. Aroma mint masulin pria itu memenuhi indra penciuman nya. Bahkan aroma itu ikut tertinggal pada jaket denim yang sekarang ia kenakan.
"Nah, kan cantik kalo gini" Ucap Fabian sambil tersenyum bangga menatap penampilan Diva saat ini. Sedikit terkejut, karena ternyata tangan nya cukup lihat dalam hal merapihkan penampilan.
"Hah? Cantik?" Ulang Diva. Pipi nya kini mulai memanas.
"Eh! Rapi maksud gua." Elak Fabian.
"Enggak ah! Aku tadi denger nya Cantik."
"Iya udah. Terserah lu." Fabian mulai menstarter mobil nya meninggalkan komplek perumahan tersebut.
Hening, tidak ada lagi yang percakapan diantara keduanya. Fabian fokus menyetir, sedangkan Diva fokus dengan ponsel nya.
"Um, Div!"
"Ya?" Jawab Diva tanpa menoleh ke arah Fabian.
"Ck! Div!" Fabian berdecak kesal karena Diva masih sibuk dengan ponsel nya.
"Apa Fab?" Sadar akan hal itu, Diva mematikan ponsel nya dan menoleh ke arah Fabian.
"Kemaren jam 6 lewat 15 kemana? Kok ga bales chat gua? Lu masih marah ya?"
Diva mengangkat sebelah alis, tak percaya akan pertanyaan Fabian barusan.
"Terus malem nya jam 8 lewat 5 menit gua chat lu lagi, kok ga di bales sih? Ga mungkin kan lu udah tidur."
Diva mengerjapkan matanya berkali-kali. Mulutnya terbuka. Matanya lurus menatap ke arah Fabian. "Fab? Sampe segitunya kamu hapal jam berapa aja kamu chat aku?"
"Eh!" Fabian merutuki kebodohan nya. Tak bisa di pungkiri, semalaman penuh ia terjaga. Pikiran nya terganggu karena gadis itu. Ingatan nya kembali melayang saat Diva lebih memilih pulang bersama dengan Arsen ketimbang dengan dirinya.
Ia juga tidak ikut nimbrung di grup whatsapp yang beranggotakan teman-teman nya. Rasanya ia malas jika hal itu menyangkut Arsen di dalam nya.
"Lu ga bales chat gua, karna lu lagi chattingan ya sama Arsen?"
"Loh kok jadi bawa-bawa Arsen sih Fab?"
"Kenapa lu? Gak suka?"
Fabian mencengkram erat setir mobil, dahinya berkerut menyatukan kedua alis tebal milik pria itu. Wajah kesal nampak jelas terlihat.
Fabian kesal
Dia tidak suka
Lelaki itu, cemburu
Tbc.
Ada yang kangen aku ga? :)
Yok sini yang mau komplain, ngamuk-ngamuk *canda deng kolom komentar terbuka lebar.
Oiya gimna menurut klian chap kali ini, jujur aku ga terlalu lihai buat adegan romantis gitu :(
Buat komentar yg blm aku balesin di chapter sebelum nya, bakalan aku bales secepatnya!!! Kira-kira next chap mau adegan romantis lagi atau adegan nyesek nyesekan lagi. Komen aja ya gais, karna kalian adalah bos ku ahaha