webnovel

My Past Is My Husband

Karena wasiat papah aku harus menikah dengan orang pilihan papah. Dan sialnya,orang itu adalah Mantan Pacarku,Double Damn!! - - "Aku tidak yakin bahwa pernikahan ini akan berlangsung lama" -Readara Angela "Sebesar apapun usahamu untuk berpisah, sebesar itulah aku akan terus mempertahankannya" -Rafanda Putra Pratama

Axaalpha · perkotaan
Peringkat tidak cukup
7 Chs

Wisuda

Hari ini adalah hari dimana aku mendapat gelar Sarjana Kedokteran. Seharusnya aku mendapatkan gelar ini beberapa tahun lalu, tetapi karena ada suatu masalah jadi aku baru bisa lulus tahun ini.

Sebenarnya gelar ini bukan gelar yang aku inginkan. Tapi karna tuntutan papah aku harus menuruti kemauannya. Di pikir pikir aku anak yang sangat penurut dulu, apapun yang menguat orangtua ku bahagia akan aku turuti , termasuk memilih jurusan juga. Tapi aku bersyukur sudah bisa kuliah dijurusan yang sangat banyak diminati orang orang.

Aku harus mengambil jurusan yang tentunya kurang aku sukai, saat pertama aku menjalani kuliah ini aku sering malas-malasan dan kurang fokus pada apa yang dibicarakan dosen dan itu sungguh beban untukku. Seiring berjalannya waktu aku mulai menikmati dan akhirnya aku berada pada titik terakhir.

Andai dulu papah tidak terlalu menuntut aku untuk kuliah kedokteran pasti sekarang aku sudah jadi sarjana ekonomi haha. Memang dari dulu aku ingin sekali merintis bisnis kecil kecilan, ya misalnya toko roti atau cafe, lucu sekali bukan. Tapi apa daya sudah terlanjur nyemplung ke dunia kesehatan.

Sekarang aku sedang berada ditempat yang dipenuhi mahasiswa dan mahasiswi seangkatanku. Pengumuman mahasiswa/i terbaik pun sudah diumumkan dan tentunya itu bukan jatuh kepadaku. Kalau pun iya mungkin aku akan menanyakan ulang kepada dosen apakah nilaiku tertukar atau tidak hahaa

Saat acara selesai para wisudawan berkumpul bersama sanak saudara dan keluarga, adapun yang mendapat bunga dan hadiah dari keluarganya.

Tidak lupa aku berfoto didepan gedung fakultas dan berfoto bersama teman-teman seperjuangan. Momen ini pasti akan aku ingat seumur hidup.

"Dar orangtua lu ga kesini?" ujar Gibran salah satu temanku

"Kesini kok, tapi gatau tuh gw juga daritadi nyari kok gaada" kataku sembari melihat disekitar

"Keknya mereka didepan sana deh dar, yauda lu cari mereka dulu aja gih, gampang nanti kita foto lagi" Gibran menyarankanku untuk mencari orangtuaku

"oh yauda gw kesana dulu ya" kataku sambil melambai kepada teman-teman

Dan disini aku mencari ibu dan kakakku, mereka bilang sudah sampai dan sekarang berada ditaman

Saat aku sedang menulis pesan kepada ibuku seseorang menepuk bahuku dari belakang

"Rafa"

"Kok kamu disini? Ibu mana?" kataku yang masih sedikit kaget karna kehadiran Rafa

Padahal aku dan ibu tidak mengundang atau memberitahu bahwa aku akan diwisuda hari ini, tapi kenapa dia tau kalau aku sedang ada acara wisuda

"Sayang" ibu menghampiriku dan memelukku disusul juga oleh kakakku

"Selamat ya sayang,ibu bangga sama kamu" ibu terus menghujaniku ciuman disekitar Wajahku

"Iya bu makasih ya" kataku sambil tersenyum

"Kok ada rafa sih bu?" tanyaku sedikit berbisik pada ibu

"Oh iya tadi nak rafa datang kerumah mau ijin jemput kamu,terus ibu ajak ke acara wisuda kamu" jelas ibu panjang lebar

Setelah aku mendengar penjelasan dari ibu aku hanya ber oh ria saja. Saat aku melirik kearah nya dia terus memandangiku dengan senyuman simpul nya. Hanya ada satu kata yang terbesit diotakku, manis. Dari dulu senyumnya tidak pernah berubah, selalu menjadi candu bagi siapapun yang melihat.

Disisi lain hatiku terus menolak kehadirannya tapi disisi lain pun aku membutuhkannya untuk ada terus bersamaku. Aku sendiri pun masih bingung dengan perasaanku ini. Karna jujur luka ini masih tetap ada meskipun bertaun taun lamanya.

"Dara kok melamun sih, itu nak rafa ngucapin selamat kok ga dijawab" kata ibu sambil memegang pundakku

"E-eh umm makasih ya" aku mengucapkannya sedikit gugup dan diselingi senyuman tipis yang kaku

"Sama sama" balas Rafa dengan gaya cool nya

Setelah acara selesai ibu dan kakakku pamit pulang duluan. Disitu hanya ada aku dan Rafa saja yang sedari tadi berdiri dibawah teriknya sinar matahari. Tiba-tiba Rafa menarikku dan membawaku ketempat yang lebih teduh

Aku pun melepas genggamannya, Rafa sedikit melirik kearahku dan memperhatikan wajahku

"Kamu keringetan" ternyata dari tadi ia memperhatikanku

Baru saja ingin mengelap keringat diwajahku dengan tangan, Rafa menahanku

"Pakai ini" kata Rafa sambil menyodorkan sapu tangan berwarna Biru.

"Masih bersih kok" setelah Rafa mengatakan pernyataan tersebut aku langsung mengambil sapu tangan itu dari tangan Rafa

Keheningan kembali terjadi diantara kita. Aku berpikir sejenak, daritadi kenapa aku malah berdiam diri disini dengannya, toh bukannya semua sudah selesai(?)

"Kamu mau pulang?" ujar Rafa memecah keheningan, sekaligus menanyakan

"Iya" kataku sambil sesekali melirik kearah nya

Dari tadi aku baru sadar bahwa Rafa mengenakan kemeja flanel dan celana jeans, tidak seperti hari hari lain yang mengenakan kemeja dengan balutan jas kantor. Mungkin karena ia mau terlihat seperti sepantaran

"Aku antar ya" katanya sambil menaikan sebelah alisnya

"Aku naik taksi, kamu kalo mau pulang duluan aja" aku menolaknya dengan santai

Sebenarnya sih tadi aku sudah ingin meng-iyakan tapi aku ingin mengetes saja apakah ia akan membujukku atau tidak

"Oh yaudah" katanya sambil memainkan kunci mobil dan meninggalkanku dan berjalan menjauh dari taman

Aku kaget saat Rafa memilih pergi meninggalkanku. Kenapa Rafa tidak memaksaku untuk ikut dengannya, harusnya kan dia memaksaku agar ikut dengannya. Ya ampun kenapa aku sok sokan jual mahal banget si, apes kan jadinya

Dari sini aku sudah menyimpulkan bahwa Ternyata dia tidak benar ingin berubah, dari dulu dia hanya ingin mempermainkanku saja. Cih dasar lelaki

Dengan terpaksa aku harus jalan kedepan untuk mencari taksi. Dibawah terik sinar matahari ditambah membawa bucket bunga dan makanan semakin membuat aku kesusahan, sekaligus aku memakai balutan kebaya yang bahannya panas dan dengan mudahnya membuat tubuhku terus mengeluarkan keringat

Harusnya tadi aku tidak usah mengetesnya, dengan begitu aku tidak usah panas-panasan begini. Sungguh penyesalan datang terakhir

"Kok ga ada taksi sih" kataku bergumam sambil menyusuri jalan menuju halte depan sambil menengok sekitar

Harusnya hari ini adalah hari terbahagiaku, aku dilayani dari datang hingga pulang. Dan sekarang datang aja naik taksi, pulang juga naik taksi

"Uang tinggal sedikit lagi" kataku saat mengecek dompet dan disitu tinggal tersisa 2 lembar uang 100rb

Disitu pun aku berpikir, sebaiknya setelah ini aku mencari pekerjaan atau membuka usaha agar aku bisa mandiri dan mempunyai uang untuk biaya hidupku nanti, dan tidak berkegantungan kepada suamiku

Saat sudah sampai halte aku hendak duduk sambil meminum susu yang agak hangat karena terkena sinar matahari. Saat sedang minum tiba-tiba ada sebuah mobil berhenti disamping ku lalu menurunkan jendela mobilnya dan memperlihatkan si pemilik mobil tersebut

"Ayo masuk"

To be continue.