webnovel

My Past Is My Husband

Karena wasiat papah aku harus menikah dengan orang pilihan papah. Dan sialnya,orang itu adalah Mantan Pacarku,Double Damn!! - - "Aku tidak yakin bahwa pernikahan ini akan berlangsung lama" -Readara Angela "Sebesar apapun usahamu untuk berpisah, sebesar itulah aku akan terus mempertahankannya" -Rafanda Putra Pratama

Axaalpha · Urban
Not enough ratings
7 Chs

Kesal

"Pake seatbelt nya" ujar pria yang beberapa menit lalu memaksaku untuk ikut Dengannya. Siapa lagi kalau bukan Rafa.

Membutuhkan waktu beberapa menit ia memaksaku untuk ikut pulang dengannya. Tadinya aku ingin ikut saja dengannya, tapi karna aku sudah terlanjur emosi atas perlakuannya yg membuatku jengkel aku jadi tidak mau ikut dengannya lagi

Berbagai cara ia lakukan untuk membujukku ikut pulang dengannya, tapi aku tetap saja tidak mau padahal dalam hati kecilku sudah menyuruh untuk ikut dengannya, Tapi sebagian juga aku masih gengsi dengannya. Dipikir-pikir aku ini egois juga ya

"Udah makan belum?" Munculah suara basa basi Rafa yang saat ini tidak ingin aku dengar

Dengan malasnya aku pun menjawab memakai gerakan tubuh saja dengan menggelengkan kepala

Sebenarnya perutku sudah waktunya diisi, tapi karna moodku sedang tidak baik jadi hilang selera makanku

"Yaudah kita mampir ke restaurant depan aja ya" kata Rafa sambil terus menatap jalan. Berhubungan dengan moodku yang sedang ancur ini aku berencana untuk menolaknya

"Gausah, langsung pulang aja" ucapku datar tanpa melirik kearahnya

Sudah 1 menit ia tidak merespon ucapanku tadi, mungkin itu tandanya ia akan menuruti perintahku untuk pulang

Aku sedikit menyeritkan dahi saat arah mobil Rafa tidak menuju ke rumahku melainkan terus lurus kedepan dan didepannya terdapat sebuah rumah makan seafood

Aku pun protes karna arah mobil Rafa tidak sesuai arah rumahku

"Loh raf, kok kamu lurus aja sih rumah aku kan udah kelewat"

"Emang udah kelewat"  ucap Rafa datar sambil terus melajukan mobilnya

Mobil rafa pun dengan cepat sudah terparkir di rumah makan seafood

"Ngapain kesini?" tanyaku pada Rafa. Sungguh ini bukan keinginanku sekarang

"Ya makanlah, masa mandi. Cepet turun" Rafa mematikan mesin dan turun dari mobil

Aku pun menuruti kemauannya dulu dengan ikut keluar dari mobil, tapi tidak untuk masuk kedalam rumah makan tersebut

"Raf aku pengen pulang bukan makan" kataku yang sedari tadi menahan emosi yang sudah berada diubun ubun

"Kamu kan belum makan dara, nanti kamu sakit" kali ini aku tidak akan termakan ucapannya itu, aku tetap ingin pulang. Sekalipun ia tidak mengantarkanku, aku bisa berjalan menuju rumahku karna rumahku tidak jauh dari rumah makan ini

"Pokoknya aku mau pulang!!" kataku sedikit teriak. Rafa sudah cukup membuat moodku rusak hari ini jadi aku tidak ingin membuat moodku semakin rusak karna berlama lama dengannya

"Dara kamu kenapa sih, kita makan dulu baru setelah itu pulang. Dari tadi perut kamu belum diisi dar" Rafa menghampiriku dan merapikan rambutku yang sedikit berantakan karna tertiup angin

Dengan cepat aku menepis tangannya "Kalo kamu gamau antar aku pulang, aku bisa pulang sendiri" aku langsung melangkahkan kakiku menjauh Dari Rafa

Dengan cepat Rafa menahanku agar tidak pergi, ia menatapku sayu. Terlihat dari wajahnya ia seperti kelelahan. Dan terlihat jelas juga kantung matanya yang sedikit menghitam

"Yaudah aku antar kamu pulang ya" katanya sambil menuntunku ke arah mobilnya dan membukakan pintu mobilnya untukku

Dalam perjalanan aku sedikit merasa bersalah padanya. Seharusnya tadi aku menuruti perintahnya saja untuk makan siang dulu. Hari ini dia seperti tidak bertenaga, apa mungkin ia belum makan kali ya(?) bisa saja kan. Atau ia kelelahan karna kurang tidur atau ada masalah lain. Kenapa aku jadi menghawatirkannya

Aku sedikit melirik kearah Rafa yang sedari tadi fokus mengemudi. Tidak seperti biasanya Rafa seperti ini, biasanya ia akan mengajakku mengobrol atau sekedar basa basi

Aku pun berniat untuk mengajaknya ngobrol agar tidak terlalu canggung dalam suasana sekarang ini

"Raf ka--" belum selesai aku berbicara mobil Rafa sudah sampai didepan rumahku

"Udah nyampe" katanya melirik kearahku masih dengan tatapan sayu

"Tadi kamu mau ngomong apa?" tanyanya lagi sambil melepaskan seatbeltnya

"Ng-ngga jadi deh raf nanti aja" kataku sambil bergegas turun dari mobil

"Aku duluan ya. Makasih. Hati-hati dijalan" ucapku dengan mengulaskan senyum

"sama-sama. Salam buat ibu kamu ya"

"Iya nanti aku salamin"

Mobil Rafa pun perlahan menjauh dari depan rumahku. Aku sedikit berdiam diri sambil menatap mobil rafa yang perlahan menghilang

Hari ini rafa sedikit berbeda, mulai dari tingkah lakunya dan sikap nya. Biasanya rafa akan mengajakku mengobrol walaupun hanya berbasa basi, tapi kali ini tidak. Ia hanya berbicara seperlunya saja

Entah kenapa aku merasa kehilangan. Ditambah lagi sikap dinginnya itu kembali muncul. Dulu biasanya jika rafa seperti itu ia sedang ada masalah, entah itu keluarga atau hal lainnya. Mungkin kali ini pun sama, Rafa sedang ada masalah. Dari situ aku menyimpulkan bahwa Rafa sedang mempunyai masalah

Mungkin besok aku akan menemuinya dan menanyakannya apa yang terjadi dengannya sehingga ia tidak bersemangat hari ini. Aku pun sedikit mengesampingkan egoku. Persetan dengan ego.

To be continue.