Ero kan modus? Iyo, modal mbladus. -Jaka
🍁🍁🍁
Kelas SEBELMA tengah melakukan pemanasan, jam pertama pelajaran olahraga.
Mungkin beberapa saja yang sudah memakai kaos olahraga, selebihnya masih ganti. Pak Fathur akan memberikan kesempatan ganti seragam olahraga selama 20 menit saja.
Geng utama dan inti Meteor pun memperebutkan pelicin rambut dan parfum.
"Enak aja, gue yang punya ya makai duluan lah," Jaka melindungi pelicin rambutnya.
"Itu parfum gue markonah! Balikin, gue belum semprot tau!" kesal Alvaro pada Satya yang mengambil tanpa izin seenak dahi.
"Sabar elah. Baru juga satu kali semprot, kurang tujuh tau," Satya melindungi parfum milik Alvaro agar tidak di ambil begitu saja.
Juna yang sudah siap dan ingin melangkah keluar pun merasa terhalangi, mengingat anak buahnya berjumlah empat itu memenuhi ruang ganti. Jaka dan Sam masih berebut di ambang pintu masuk, Satya dan Alvaro di tengah jalan.
"Ehm, udah belum ributnya? Saya mau lewat," ucap Juna sedingin es.
Sam dan Jaka berhenti berdebat. Alvaro dan Satya kembali anteng. Keempatnya menyingkir memberikan jalan untuk Juna.
"Mari bos, silahkan," ujar Sam sok ramah.
"Buruan, kalian jangan molor. Waktu ganti cuman 20 menit," tegur Juna.
Sebelum di marahi Juna tanpa habisnya dan rem blong, mereka mempercepat menyemprot parfum, memakai pelicin asal-asalan. Radit dan Adit? Sudah di halaman sekolah, paling rajin memang.
Setelah selesai dengan ala keribetannya, geng Meteor berjalan menuju halaman sekolah, dimana teman sekelasnya terutama cewek-cewek menjerit histeris.
"Astaga, tambah ganteng aja. Coba aja tiap hari gini, gak perlu nungguin olahraga dulu,"
"Satyakuhh makin cool. Boleh gak sih di jadiin suami?"
"My baby honey Junakuhh, i will always love youhh,"
Pak Fathur menggeleng heran. Entah dari sisi mana gantengnya, pasti di tambahi sesuatu pada diri mereka.
'Gantengan saya dong. Masih muda, umur 20-an, mapan, kerja udah, tinggal bilang sah-nya aja,' batinnya. Apalah daya yang hanya remahan rengginang dengan 7 pangeran nyasar di SMA PERMATA.
"Jangan kang halu dulu. Juna, pimpin ya pemanasannya," titah pak Fathur.
"Sat, gue tanya nih," tiba-tiba Sam mewawancarainya, Satya berjaga jarak jika Sam bertanya hal nyeleneh.
Melihat Satya yang ketakutan pun Sam menarik tangan Satya.
"Ngapain lo mundur-mundur? Gue gak gigit kali Sat. Kan mau nanya doang," Sam berdehem. "Kenapa kok pemanasan? Kan banyak ya pendinginan, penghangatan juga," dengan polosnya Sam mengucapkan itu, Jaka tukang geregatan menarik kaos olahraga Sam bak menyeret kambing saja.
"Haish Sam. Bisa gak sih gak banyak tanya? Tuh, Juna mau mulai pemanasannya. Mau lo di dumbrengi?" mengapa Juna mau-mau saja menerima Sam sebagai teman dan adik dari geng Meteor? Di ragukan dengan loading 404 not found pemikiran Sam. (Omelin)
"Iya-iya,"
Para ceweknya SEBELMA salah fokus dengan Juna.
"Astaga, pasti kalau tidur di tangannya empuk deh,"
"Gandengable banget ceunah,"
"Pelukable gemay,"
"Kalau sudah selesai pemanasan, kali ini penilaian bola basket. Setiap individu hanya mempunyai kesempatan tiga kali memasukkan bola basket ke dalam ring. Total nilai jika sempurna adalah 90. Jika tidak ada yang masuk, harap membuat power point tentang materi bola basket. Sampai disini faham?"
"Faham pak," jawab mereka serempak.
"Seperti biasa, dari absen pertama. Urut ya," pak Fathur yang akan memanggil Alvaro sebagai absen pertama pun mengurungkan niatnya saat Alvaro sudah memegang bola basketnya dengan cengegesa, entahlah apanya yang lucu.
"Nama saya pak, belum di sebutkan,"
Jaka menggeleng heran, sebagai kapten basketnya SMA PERMATA tentunya Alvaro di ragukan akan skill-nya.
"Alvaro Maheswari," sebut pak Fathur bosan.
"Siap pak," Alvaro mengambil ancang-ancang, mengeker, memprediksi jarak dan kecepatan, hingga...
Lemparan pertamanya masuk. Seperti biasa, cewek SEBELMA bertepuk tangan.
"Wah, Alvaro hebat ya,"
"Hebat Jaka dong. Kapten basketnya,"
Namun yang kedua ini Alvaro terlalu semangat hingga bola basketnya itu melambung tinggi, melenceng ke kiri dan akan menimpa Laura yang tengah berjalan.
"Laura! Awas!" Juna berlari dan menangkap bola basket itu.
Laura memejamkan matanya. Tak terjadi insiden tertimpa bola basket, rupanya Juna dengan sigap menyelamatkannya.
"Kamu gak apa-apa kan ra?" tanya Juna lembut. Ceweknya SEBELMA pun meleleh dengan aksi pahlawan sang Arjuna.
"Gak. Makasih ya," setelahnya Laura pergi. Tanpa basa-basi, tak ada malu-malu, tak ada wajah menunduk. Melainkan Laura menatap ke arah lain, Juna di buat bingung akan perubahan Laura yang drastis.
'Apa gue pernah ada salah ya? Jadi marah gitu?' Juna bukanlah cowok dengan kecepatan peka seratus persen tang-ting-tung langsung tau segala pikiran cewek dan mood-nya.
"Woy bos! Gue belum masukin lagi nih," teriak Alvaro ambigu.
"Yang jelas dong, itu maksutnya apaan Al?" tanya salah satu cewek SEBELMA dengan polosnya.
Alvaro tersenyum kaku. "Ya, bola basketnya. Emang apa-" belum selesai Alvaro menjawab, Satya menghunuskan tatapan tajamnya.
"Al, jangan buang-buang waktu. Tuh, bolanya," tunjuk Satya pada Juna yang sedari tadi berdiri bak patung pajangan tanpa ekspresi.
Alvaro menyegir. "Ehehe, nah gitu dong,"
Sedangkan di kelas SAESTU, Bram yang menyadari perubahan Laura banyak diamnya pun heran.
"Ra, itu nomornya salah. Masa dari satu langsung nol?" dirinya dan Laura memang duduk satu bangku, beruntungnya Laura mempunyai Bram.
Laura gelagapan. "Ha? Masa sih?" Laura terkekeh. Hanya karena Juna, kosentrasinya pada pelajaran pun menguar. Aksi Juna menolongnya terbayang-bayang, semoga nanti ia bisa tidur tanpa mesam-mesem memikirkan Juna, terbawa mimpi kan gak lucu, baper iya.
"Emang mikirin siapa sih?" jiwa penasaran Bram bergejolak. Pasti Juna, batinnya.
"Gak kok," jawab Laura serius. 'Karena aku gak mau celaka. Apalagi deket sama kak Juja,' entahlah, Laura sendiri merasa nyaman, meskipun awalnya perkataan Juna bak mercon tahun baru, esoknya menjadi kalem.
🍁🍁🍁
Saat istirahat tiba, Sam si penasehat cinta pun menyarankan Juna agar lebih gombali lagi rayuannya. Setara dengan kanebo kering tanpa di siram air persis dengan Satya pun, Juna masih belum mudeng atau mengerti.
"Bos mana bisa hafalin pantun andalan lo itu. Bisanya kan rumus sama sejarah," celetuk Jaka setelah menghabiskan kopinya, marung sik.
"Bisa kok, lagi usaha aja," sanggah Juna, entah ini pantun atau malah berpuisi.
"Coba bos, bacain yang benar-benar menghayati gitu bos," titah Sam tak sabaran.
Bingkai wajahmu bukanlah rembulan
Cantikmu memang bidadari
Rindu tak bertemu sebulan
Berkelana dengan biri-biri
Rayuanku bukanlah bualan
Mau gak jadi istri?
Juna seketika melotot melihat kata-kata terakhir itu.
"Bos mau ngelamar Laura?" tanya Alvaro dengan cengonya.
"Ha? Bos nikah muda? Ya ampun, calon daddy muda," Sam berteriak lebay, seisi kantin pun menguping diam-diam. Berharap dirinyalah yang akan di nikahi Juna.
"Kenapa gak lo sendiri aja Sam? Sama mantan lo tuh," Satya membelokkan topik.
"Daddy muda, jadi inget lagu mama mud-" seperti biasa, Satya menyuapkan cilok beranaknya di mulut Sam saudaranya film India yang dikit-dikit bernyanyi sambil berlari-lari ku beri nama Garry.
🍁🍁🍁