Ayah gak setuju kamu sama Laura. Dia sudah merampas semuanya, termasuk Agung. -Antariksa
🍁🍁🍁
Makan malam di rumah Antariksa sepi, biasanya Juna yang mengisi dengan gurauan se-receh uang lima ratusan gak pakai ketan.
Rinai tak suka suasana seperti ini. "Jun, gimana jadi ketos? Sibuk ya?" tanya Rinai basa-basi, Juna selalu pulang sore.
Juna meneguk air putihnya. "Iya, sibuk,"
"Ayah gak setuju kamu sama Laura. Dia sudah merampas semuanya, termasuk Agung," ujar Antariksa dingin. Ia sudah tau seluk-beluk Laura Rastanty anak dari Cica. Setelah di penjara selama 15 tahun, wanita itu terbebas. Antariksa tak habis pikir dengan motif kejam Cica, menghilangkan nyawa sahabatnya, serta di balik terbakarnya toko The Peanut is Sembunyi.
Juna meletakkan sendoknya. "Maksud ayah apa? Ngelarang Juna sama Laura?" bagaikan di sambar petir tapi bukan Gundula, Juna terkejut atas fakta ini. "Juns gak suka dilarang-larang kayak gini. Laura itu baik yah," Juna beranjak pergi ke kamarnya membanting pintu hingga berdebum.
Antariksa pun kehilangan selera makannya. Ia beranjak dan memilih ke kamarnya. Rinai yang sendirian di meja makan pun, baru kali ini suansana dingin dan tegang terjadi.
🍁🍁🍁
Juna memakan mie ayamnya tanpa minat. Pandangannya selalu berfokus pada Laura yang tengah bersenda gurau dengan Bram, terlihat bahagia sekali hingga Bram mengacak surai Laura entah sayang atau gemas jelas hareudang untuknya.
Sam yang menyadari bos-nya ini galau akut pun berdehem, agar suara seraknya hilang ia meminum air terlebih dahulu.
"Sungguh ku terpuruk dalam lamunan," nyanyi Sam, dapat sorakan asek dari seisi kantin.
"Seakan-akan emm-" Satya dengan teganya menyuapkan cilok beranak telur puyuh ke dalam mulutnya sekali suap. Pipi Sam menggembung lucu.
"Makan tuh terpuruk," tekan Satya jengah. Ia jadi kurang tenang sarapan nasi kuning, bawa bekal sendiri, masak sendiri makan pun sendiri.
"Apa yang Satya lakukan padaku itu, jahat," ucap Sam mendramatisir menirukan seorang perempuan di film AADC.
"Serah lo deh Sam," tambah Jaka tak kalah bosan saudaranya jengah.
"Kenapa bos? Itu mie ayamnya udah habis, tinggal kuahnya doang," celetuk Satya tukang peka. Andai saja kepekaannya untuk satu cewek yang beruntung mengambil hati dan sifat frozen-nya Satya memang nyata bukan semu dan angan-angan saja.
Juna menghela nafasnya. "Jauhin Laura. Gak tau, kenapa bokap ngelarang kayak gini. Dari awal pertama aja, udah gak suka. Kalau pun emang kenal Laura dari awal, kenapa harus di jauhi? Gak mungkin kalau bukan sesuatu yang di sembunyikan,"
Sam mengayunkan telunjuknya. "Bener bos. Pasti ada sesuatu, yang ada di hatiku. Sesuatu, yang ada di-"
Satya melotot dengan berkacak pinggang. "Lanjut Sam. Asik nih, mau duetin lo," ancam Satya yang tadinya serius berakhir percuma di akhir kata Sam ujung-ujungnya bernyanyi.
"Gak jadi," Sam kembali memakan siomaynya.
"Bos mau cari tau?" tanya Jaka serius.
Juna mengangguk. "Iya, mau gimana pun gue harus tau alasan dan bukti kuat kenapa Laura wajib di jauhi bagi gue,"
"Tenang aja bos. Gue dan Alvaro handal dalam detektif gini. Tapi," Sam menaik-turunkan alisnya. Tak ada yang gratis.
"Iya, berapa yang lo mau?" akhirnya Juna mau-mau saja dengan tawaran Sam. Hanya dua manusia inilah ahli detektif dalam hal apapun. Dan Juna selalu berharap kalau keberadaan SAMAL ini hanya mimpi, bukan nyata yang selalu di tampar akan kesablengan tingkahnya.
"Beliin gorengan aja," jawab keduanya kompak.
"Kenapa gak sekalian aja lo berdua jualan? Tuh, kayak Radit dan Adit. Bisa nyobain es selendang mayangnya sendiri," Jaka menunjuk kakak-beradik itu dengan dagunya. Alhamdulillah dagangan mereka ramai.
"Alvaro takut goreng. Katanya meledak," jujur Sam dengan lugunya, bibir sedikit di majukan dan mata mengedip lucu. Alvaro memutar bola matanya jengah, terus saja mengadu.
"Kan bisa pakai jas hujan," jawab Satya dengan cerdasnya.
Juna beranjak, ia sudah pusing mendengar celetukan sahutan dari Sam, Satya atau Jaka. Lebih baik ia mencari tau tentang Laura melalui kepala sekolah.
🍁🍁🍁
Rey melapor pada Antariksa.
"Gawat bos, Juna ke ruang kepsek. Juna cari tau tentang Laura. Gimana nih bos?" tanya Rey menggebu.
"Kepala sekolahnya gak bakalan kasih tau Juna. Baru saja, saya meneleponnya," kesiapsiagaan Antariksa dan gercepnya di acungi jempol kaki. Very nice!
Saat Juna akan memasuki ruang kepsek, ia tak mendapati pak Madun sama sekali.
"Loh, biasanya jam segini kan ada?" Juna mulai berpikir, pasti ini ulah ayahnya. 'Tapi Juna gak bakalan nyerah gitu aja. Secepat apapun ayah halangin Juna. Semuanya akan terbongkar,' belum usai Juna menyusun strategi penelusuran, dirinya terhuyung dan hampir jatuh jika saja Juna tak berpegangan pada kusen pintu.
Saat ia menatap siapa pelakunya, Laura tengah tertawa dengan Bram yang berusaha mengejarnya.
"Ayo sini, kamu gak bisa ngejar aku Bram!" bahkan Laura tak menyadari kehadirannya.
'Jadi ini yang namanya sakitnya tuh disini?' batin Juna hampir saja bernyanyi, terlalu dekat dengan Sam lidahnya akan terbiasa menyanyi bak film India saja tanpa tau situasi.
"Kamu jangan lari-larian Laura! Gak baik buat kesehatan kamu!" peringat Bram.
Laura menghampiri sahabatnya itu. "Aku kan mau ngerasain olahraga. Masa iya, dari awal kelas sebelas, aku duduk aja gak ikut olahraga kayak yang lain?"
Bram mengusap surai Laura. Perlakuan manis itu membuat siswi yang melihat dan sekedar lewat menjerit baper.
"Astaga, Bram kasih ke gua aja deh. Kalau Laura gak mau,"
"Jangan ngayal lo! Mana bisa Bram semudah itu jatuh cinta?"
"Aku baik-baik aja kok Bram. Nih, liat," Laura memutar tubuhnya, ke kiri dan ke kanan. "Sehat kan?"
"Iya sehat, tapi efeknya nanti. Yuk ke kelas,"
Keduanya berjalan beriringan, tanpa tau Juna ingin berteriak bernyanyi sakitnya tuh disini namun gengsi.
🍁🍁🍁
Hanya 912 kata, tba2 ke hapus ngulang dari awal lagi mskipun berbeda tapi tetap satu jua 😅
Bisa add gue gak di instagram? @arjuna.zander