webnovel

udahlah,, lupain yang lama!

"Hai,, selamat pagi" senyuman kak Fitri menyambut kedatanganku, "Pagi kak, ngapain disini?". "Ya nunggu kamu, kan biasanya kamu sering parkir disini" ucapnya.

"Nungguin buat apa kak?". "Gak buat apa-apa, cuman pengen nungguin kamu aja." kak Fitri melebarkan senyumnya.

"Owh,, kakak gak ada kelas?". "Ada, bentar lagi, dah sarapan? ke kantin dulu yuk." ucap kak Fitri. Aku melihat jam ku, apakah masih sempat untuk ke kantin karena memang aku belum sarapan.

"Kakak mesen apa?" ucapku pada kak Fitri yang sudah duduk di bagian sudut kantin, "Samain aja kayak kamu". "Beneran? aku makan nasi goreng nih". "Iya Ariii, samain aja."

Aku duduk disamping kak Fitri, tak lama makanan kami pun datang. "Mau disuapin?" kak Fitri mengarahkan satu suapan padaku.

"Emm,, jangan lah, malu diliat orang kak". "Ngapain malu, kan romantis." ucap kak Fitri sembari mendekatkan suapan itu.

Aku melihat kak Fitri yang terus menyuruhku untuk membuka mulut, karena dipaksa oleh kak Fitri aku membuka mulutku dan kak Fitri tersenyum.

"Udah kak, malu loh". "Hahaha,, malu tapi mau nih.. ya kan?" kak Fitri menyenggolku dengan lengannya.

Aku menggeleng karena sikap kak Fitri, semakin hari kak Fitri selalu peduli padaku. Entah apa tujuannya, namun rasanya sangat senang ketika dia ada disampingku.

Setelah makanan habis, aku dan kak Fitri segera masuk ke kelas kami masing-masing.

###

"Eh Ri, anterin aku pulang dong" ucap Shilfi, "Lah, emang kamu gak dijemput?". "Supir kami lagi balik kampung, papa juga gak bolehin aku bawa sendiri." ucapnya.

"Owh,, yaudah ayuk, tapi aku pakai motor lo". "Ya gak papa, nanti sekalian beli buku yang disaranin Pak Muh kita, biar lebih mudah nanti belajarnya." Shilfi mengambil kunci motor yang kupegang.

"Aku yang bawa ya." ucapnya sambil berlari kecil menuju parkir. "Emang kamu bisa naik motor kopling?". "Hehehe,, enggak sih,, ajarin!" ucapnya.

"Yeee,,, gak segampang itu kalo mau belajar naik motor kopling,, kapan-kapan ya kuajarin". "Janji?" Shilfi mengangkat jari kelingkingnya padaku.

"Janji,, tapi kapan-kapan kan." ucapku sambil mengeluarkan motorku dari parkiran. Shilfi langsung naik ke atas motorku lalu kami pun pergi meninggalkan kampus.

"Ri, kamu deket ama siapa sekarang?" Shilfi menyenderkan dagu nya dibahuku. "Gak deket ama siapa-siapa, kenapa?". "Gak papa sih, tapi kok kamu kayak deket banget gitu ama kak Fitri?."

"Ya deket gitu aja, sering juga kan ketemu pas kegiatan organisasi". "Owh,, jadi kamu dah punya pacar?" tambahnya.

"Lagi gak mau ama siapa-siapa aku". "Owh,,, tau gak? banyak loh kelas kita yang mau ama kamu."

"Maksudnya?". "Issh,, pura-pura gak tau, banyak loh yang suka ama kamu." ucapnya.

"Suka gimana sih Fi,, perasaan biasa aja kok temen kelas kita." ucapku lalu berhenti di depan toko buku yang dibilang Shilfi tadi.

"Aisss,,, kamu beneran gak tau ya? atau pura-pura aja?". "Emang gak tau,, gak ngerti juga soal begituan." ucapku.

"Udahlah lupain,, ntar pas belajar aku jelasin". "Yaudah,, judul bukunya apa tadi?". "Bentar,, aku liat kedalam dulu." Shilfi langsung masuk ke dalam toko.

Aku duduk di atas motor menunggu Shilfi, sekitar 10 menit menunggu Shilfi pun keluar dan memberikan buku itu padaku.

"Berapa harganya?". "Murah kok, udah biarin aja". "Jangan gitu dong,, berapa ini?" ucapku mendesak.

"Tenang aja loh,, ini toko papa aku, jadi gak bayar" Shilfi mengambil buku itu lalu memasukkannya dalam tasku.

"Udah ayok berangkat, Laper aku, makan dulu yuk". "Makan dimana?". "Terserah kamu, aku ikut aja." Shilfi menatapku lalu tersenyum.

"Makan mie ayam aja gimana? deket sih dari sini". "Ayuk,, tapi jangan pedes banget ya punyaku" Shilfi naik ke atas motor dan kami pergi makan mie ayam sebelum mengantarkannya pulang.

###

"Dari mana lu?" ucap Yayan yang sedang merokok diruang tamu, "Nganterin temen, sambil makan juga tadi." ucapku.

"Waahh,,, dah nemu nih yang baru". "Nemu apaan sih, orang cuman temen kelas juga". "Yee,, mending lu deketin yang itu, atau gak deketin kak Fitri, cocok itu." ucap Yayan.

"Gak tau gua Yan,, pas deket ama cewek yang lain gua ngerasa kayak ngekhianatin Bulan". "Udahlah Ri,, Lupain Bulan! lu bisa kok". "Gua bisa Yan,, tapi gak tau gua caranya." ucapku sambil mengeluarkan rokokku.

"Bisa Ri,, kak Fitri cocok banget loh, tadi pas gua keluar kelas dia langsung nanya lu kemana, gua bilang dah pulang ama dia." ucap Yayan.

"Gak tau gua Yan,, kadang emang seneng juga pas kak Fitri ngasih perhatian gitu, tapi kadang gua masih pengen Bulan Yan."

"Gua gak ngerti lagi sih ama lu,, udah jelas kak Fitri itu suka banget ama lu, malah disia-siain." ucapnya.

"Gak tau lah,, lu sendiri gimana? masih ama Widya?". "Masih,, ngapa jadi nanya gua lu,, kan yang punya masalah bukan gua". ucap Yayan sembari menghembuskan rokoknya.

"Tapi si Widya kok gak pernah mau diajak kesini? kenapa tuh?". "Dia bilang takut ganggu,, nanti-nanti pasti bakalan mau itu,, dia pemalu banget."

"Ajak lah sesekali,, kita masak apa kek dibelakang,, ajak yang lain juga." ucapku. "Nanti lah gua bilangin,, lu ajak kak Fitri juga ya" Yayan mengangkat alisnya padaku.

###

"Riii,,, nih ada telpon." Yayan meletakkan HP ku diatas meja dapur, "Halo,,, ada apa?". "Halo Ri,, jam berapa nanti datang kesini?" suara Shilfi itu mengingatkanku bahwa hari ini adalah hari Sabtu.

"Emmm,,, nanti jam 11 keknya Fi,, aku mau mandi dulu" ucapku, "Owh,, yaudah kutunggu ya.." setelah Shilfi menutup telpon aku langsung mandi dan segera bersiap-siap kerumahnya.

"Yan,, gua ke rumah temen dulu,, lu lanjutin masaknya". "Lu lama?". "Bakalan lama keknya, mau belajar gua." ucapku lalu mengeluarkan motorku dari garasi.

Setelah sampai di depan rumah Shilfi, aku menelponnya dan dia segera membuka kan pagar untukku.

Aku memberikan beberapa cemilan yang kubeli ketika dijalan, "Ahh kok repot-repot sih,, banyak loh makanan disini." Shilfi meletakkan makanan di meja dan duduk di kursi sampingnya.

"Duduk lah,, aku ambil buku dulu ya." ucapnya. Aku mengeluarkan isi tasku dan Shilfi datang membawa buku nya yang lumayan banyak.

"Kita pelajari materi yang pertama aja dulu,, itu yang paling susah loh,, aku aja lama baru bisa ngerti". "Iya terserah aja, yang penting gak ketinggalan materi aku." ucapku.

Rumah Shilfi sangat sepi saat itu,, bahkan suara hewan pun tidak terdengar sama sekali,, aku hanya mendengar suara Shilfi yang sedang menjelaskan sembari melihat kearahku sesekali.

Entah apa yang merasukiku waktu itu, ketika aku melihat belahan dada Shilfi karena dia menunduk dan baju gamisnya itu memberikan jalan untukku agar bisa melihat isinya.

Ingin rasanya kedua tangan ini merasakan empuknya lemak itu,, aku tak memperhatikan materi sama sekali, aku hanya memikirkan bagaimana rasanya jika kedua gunung itu berada dalam genggaman tanganku.

"Ihhh Ari,," ucap Shilfi lalu menutup dadanya dari pandanganku,, aku terkejut ketika Shilfi memanggilku. "Nakal banget,, perhatiin materinya loh." ucap Shilfi lalu duduk menyampingiku.

"Eemmm,, maaf Fi,, kurang fokus aku." ucapku. Shilfi menunjukkan wajah malu-malu, "Yaudah lanjut ya,, perhatiin bener-bener" ucapnya.

Aku tau kalau sebenarnya Shilfi suka jika aku melihat dadanya, namun mungkin karena kami hanya teman biasa jadi dia berpura-pura marah padaku.

Aku juga tidak tau harus berbuat apa, dia masih melanjutkan menjelaskan materi, namun pandanganku masih saja pada si kembar itu.