webnovel

terima kasih atas lukanya.

Aku masih berdiri tegak menghadap gerbang itu, tanpa kelelahan menunggu sejam lamanya dengan keteguhan cinta aku takkan lelah untuk berdiri disana. sudah hampir sepi suasana di dalam fakultas itu, semua orang sudah keluar dari gerbang namun keberadaan bulan masih belum terpastikan.

"Ari ya?" seseorang menyapaku dari belakang, "Iya, kenapa kak?" ucapku. "Gak papa, cuman mau ngasih ini." dia memberiku sebuah buku dengan sedikit lusuh dibagian belakangnya.

"Aku ingat buku ini, ya aku yang membelinya." aku bergumam dalam hati. "Bulan nitip buku ini untuk kamu." ucapnya.

aku memandang ke arah kakak itu, "Emmm, Bulan kemana emang?" ucapku gugup. "Dia dah berhenti dari pertukaran mahasiswa." aku sangat terkejut ketika mendengar ucapan itu.

"Sebenarnya dia udah berhenti dari bulan lalu, karena sibuk aku baru bisa ngasih buku ini sekarang." dia tersenyum padaku.

Aku terdiam, memikirkan mengapa Bulan memberikan buku ini padaku. ini adalah satu-satunya alasan untuknya bahwa kami masih belum selesai, aku sungguh tak mengerti alasan dari Bulan mengembalikan buku ini.

"Makasih kak, bilang makasih juga nanti untuk Bulan." ucapku lalu memasukkan buku itu dalam tas.

"Iya sama-sama, nanti kubilang ama dia, yaudah aku duluan ya." ucapnya kemudian meninggalkanku yang masih berada pada posisi yang sama.

aku menatap ke langit nan berawan, "Yahhh,,, selesai deh." ucapku.

###

"Gimana? dah selesai kan." ucap yayan padaku yang baru sampai kerumah. "Apanya?" ucapku heran.

"Udahlah, gausah sok bingung, gua dah tau kok." ucap yayan sambil meminum kopinya.

Aku duduk disampingnya, aku heran dengan ucapan yayan. karena sepertinya dia sudah mengetahui segalanya.

"Mana buku itu?" ucap yayan. "Kok lu tau? tau dari mana?" ucapku yang semakin heran dengan yayan.

"Hhhh,,, gua ketemu dengannya bulan lalu, awalnya Bulan nyuruh gua buat ngasih buku itu ke elu, tapi gua gak mau." yayan menghisap rokoknya.

"Lu ketemu ama Bulan? tapi gak cerita apa-apa?" ucapku. "Gua nyuruh dia yang ngasih langsung ama lu, ternyata dia gak mau ngasih langsung ya" ucap yayan.

Aku hanya terdiam dan mendengar ceritanya, "Udahlah ri, lupain aja dia, gak akan balik lagi dia." tambahnya.

"Jujur gua gak tau gimana lagi yan, lu tau kalo gua sayang banget ama bulan." ucapku dengan nada yang sudah menerima semuanya.

"Iya,, gua tau,, gua tau semuanya ri, tapi lu udah ngeliat kenyataannya kan,, dia gak kembali ama lu,, jadi lu mau apa lagi? berharap? nunggu? udah selesai ri." ucap yayan sembari menatapku.

Aku tak tau harus berkata setelah itu, Yayan adalah orang yang selalu peduli padaku, mungkin jika aku masih berharap pada Bulan dia akan terus marah padaku.

"Lu bener Yan, gua yang salah, gua yang kalah, Bulan memang bukan milik gua lagi, enam tahun yang gua jalani selama ini jadi sia-sia." ucapku.

"Gak ada yang sia-sia ri, meski cukup lama sih, tapi dengan penantian lu selama itu dan apa yang terjadi saat ini, lu bisa mengambil pelajarannya, dan lu gak boleh jatuh karena itu." yayan dengan wajah seriusnya memegang pundakku lalu tersenyum.

Aku sangat beruntung memiliki sahabat seperti Yayan, dia tidak pernah meninggalkanku dan selalu memberikan semangat. Entah apa jadinya jika tidak ada Yayan yang selalu mengajarkanku tentang kehidupan.

"Iya Yan, gua gak akan jatuh, gua akan bangkit lagi, kita lupain dia sama-sama." ucapku pada Yayan.

Yayan mengangguk, "bersulang!" ucapnya dan mengangkat gelas kopinya kemudian meminumnya hingga habis.

"Kayaknya habis tengah semester ini kita balik aja Yan, mending gua disana daripada disini", "Kenapa? kan masih panjang waktunya." ucapnya.

"Gua gak semangat lagi belajar disini, lebih baik di kampus kita aja, disana gua gak akan mengingat Bulan lagi, karena gua butuh kesibukan buat bisa lupainnya perlahan-lahan".

"Yaudah, terserah aja sih, gua mah ngikut aja, disini pun kagak ada yang bisa diliat, agak nyesel sih emang milih disini waktu itu." tambahnya.

"Allahu Akbar Allahu Akbar" suara adzan terdengar ketika kami masih asik duduk diteras, setelah itu kami langsung masuk kedalam rumah untuk sholat, dan setelah sholat aku langsung tidur.

####

Kami telah kembali ke kampus lama, karena nilai ujian tengah semester kami sudah keluar dan kami sudah boleh untuk berhenti ikut dalam pergantian mahasiswa itu.

Setelah minggu tenang sudah selesai, kami langsung masuk kuliah pada Senin hari nya. ketika sampai difakultas Kak Fitri langsung menyapaku, "Ari" ucap Kak Fitri sambil melambaikan tangannya.

"Kok cepat pulangnya?" Kak Fitri ikut berjalan disampingku, "Eemm,, gak papa Kak, pengen balik aja kesini." ucapku.

"Owh,, kirain karena kangen ama Kakak" Kak Fitri menyenggolku dengan sikunya, "Iyaa,, kangen Kakak juga." ucapku.

Kak Fitri tersenyum dengan jawabanku, "Beneran?" ucapnya sambil berdiri didepanku, "Eemm,, gak tau,, aku masuk kelas dulu." aku langsung masuk kedalam kelas.

Karena ikut pertukaran mahasiswa, aku banyak ketinggalan materi, karena ketika ikut pertukaran mahasiswa itu aku mengambil jurusan yang berbeda.

Dosen menyuruhku untuk mempelajari materi sebelumnya, agar aku tidak ketinggalan. "Ari,, kamu pelajari ya materi yang ketinggalan, boleh minta bantuan temen-temen kamu, Ibuk gak akan ulangi." Buk Rita menjelaskan.

Jam kuliah selesai, ketika sedang mengemasi buku, "Gimana rasanya ikut pertukaran mahasiswa itu Ri?" ucap Shilfi, Shilfi adalah teman sekelas yang duduk didepanku. "Biasa aja sih, sama kek disini juga."

"Ooo,, itu kan waktunya enam bulan, kok kamu dah balik aja?" ucapnya, "Gak papa, pengen balik aja kesini." ucapku. setelah semua barangku masuk dalam tas aku berjalan ke luar kelas.

"Oh iya, kamu belajar materi itu sama siapa?" Shilfi berjalan disampingku. "Belum tau,, gak ada juga keknya yang mau ngajarin."

"Ada kok pasti, kamu aja yang gak mau nanya ama yang lain." ucapnya. "Iya sih, takut juga bakalan ganggu mereka kan kalo harus ngajarin aku". "Yaa,, kalo belum ada sih biar aku aja yang ngajarin." ucap Shilfi.

"Emang kamu mau?". "Mau aja, sekalian ngulang-ngulang juga aku biar makin paham." Shilfi tampaknya sangat tulus ingin membantuku.

"Ngerepotin pula nanti". "Gak kok, lagian kan cuman ngejelasin materinya aja". "Mmm,, kalo beneran sih mau aja, tapi belajarnya dimana." ucapku.

"Terserah aja sih, perpus bisa, kelas juga bisa, mau di rumahku pun bisa." ucap Shilfi dengan senyum padaku.

Lesung pipinya memang menggemaskan, ditambah dengan kacamata lensa yang menutupi seluruh bagian matanya.

"Kalo di rumah kamu takutnya ngeganggu loh". "Gak kok, Papa Mama sering keluar,, lagian mereka pasti senang kalo aku bawa temen kerumah." ucapnya.

"Senang? senang karena apa?". "Ya senang aja pasti, mereka takut gitu aku gak punya teman dikampus, jadi kalo kubawa teman kerumah mereka pasti senang." ucapnya.

"Ooo,, emang belum ada yang kamu ajak kerumah?". "Belum sih,, di rumahku aja belajarnya." Shilfi berhenti seakan menunggu jawabanku.

"Aku terserah aja sih, emangnya bisa cuman satu kali belajar aja buat menjelasin semua materi itu?". "Keknya enggak sih, tapi kalo seharian bisa pasti". "Gak mungkin dong aku seharian dirumah kamu." ucapku.

"Iya gak papa mah kalo aku, tapi kalo kamu gak mau seharian, berarti harus sering dong". "Ya gitu sih, kalo mau." ucapku.

"Mmm,, terus ini kapan belajarnya?". "hari sabtu sih enaknya, gak ada kelas ganti kan?". "Oke aja sih, yaudah Sabtu ya, nanti dikabari lagi." ucap Shilfi lalu kami pun berjalan ke parkiran.

Eeemmm,,,

gak ada apa-apa,,,

cuman mau bilang,,

Semangat Kawan....

Bukan_Manusia_9411creators' thoughts