webnovel

Lu milih siapa? Fitri atau Shilfi?

"Ri, ada kak Fitri di depan, nyariin lu" aku terbangun setelah Yayan mengetuk pintu kamarku.

"Hah? kak Fitri?", "Iya,, dah di depan dia nungguin lu," aku langsung bangun dari kasur dan keluar untuk menemui kak Fitri.

"Pagii..." kak Fitri menyapaku yang masih setengah sadar, "Pagi,, ada apa ya kak? kok nyari aku?".

Kak Fitri menggelengkan kepalanya, "Gak ada apa-apa, cuman pengen ketemu kamu," ucapnya dengan senyum.

Kak Fitri membereskan rambutku dengan tangan halusnya, "Baru bangun ya,, ini rambutnya berantakan banget," ucap kak Fitri.

"Iya kak,, tadi malam lama tidur, jadi masih ngantuk," ucapku lalu mempersilahkan kak Fitri duduk di ruang tamu.

"Aku cuci muka dulu ya kak", "Iya,, yang bener ya cuci muka nya biar seger."

Setelah keluar dari kamar mandi aku ke dapur untuk menyiapkan minum untuk kak Fitri, "Maaf lama kak, cuman ini yang ada," ucapku.

"Isss,,, gausah repot-repot lo Ri,, kan aku bisa ambil sendiri kalo haus", "Gak repot kok kak, di minum kak" ucapku menawarkan.

Kak Fitri tersenyum padaku sambil meminum sirup yang kuhidangkan tadi, "Kenapa kak? kok senyum gitu,"

"Gak papa,, tambah ganteng ya kamu kalo baru bangun gini," ucap kak Fitri sembari terus memandangku.

"Ah mana ada kak, biasa aja kok", "Iya loh,, dibilangin gak percaya," kak Fitri menambahkan.

"Yayan mana? kok gak keluar lagi?", "Gak tau,, mungkin lanjut tidur dia," ucapku sambil melihat pintu kamar Yayan yang masih tertutup.

"Oo,,, kamu dah tau soal kontes puisi di kampus?", kak Fitri mengeluarkan HP nya dari tas.

"Kontes puisi? yang mana kak?", "Yang ini loh,, coba baca!" kak Fitri memberikan HP nya padaku.

Aku melihat formulir sebuah kontes yang diadakan oleh senior kampus lain, namun kontes itu tidak dilaksanakan di kampus mereka, namun akan dilaksanakan disalah satu perpustakaan di kota ini.

"Gak tau kak", "Kamu ikut aja di kontes ini, puisi kamu bagus loh" ucapnya.

"Aduuh,, males kak kalo ikut-ikut kontes gitu, males kalo tampil di depan banyak orang".

"Astaga Ari,, puisi kamu bagus loh, sayang kalo gak ikut kontes gini." ucap kak Fitri meyakinkan.

"Gimana lah kak,, aku gak biasa tampil di depan banyak orang loh, gugup pasti", "Ya makanya itu sering-sering ikut kontes kayak gini,, sekalian nambah pengalaman kan".

"Peserta yang ikut kontes itu pasti juga bakalan lebih bagus puisi mereka", "Issh anak ini,, gak mau ngikutin saran kakak seniornya" ucap kak Fitri lalu mencubit pahaku.

"Oiya,, gimana kabar Rehan kak?" ucapku agar mengalihkan pembicaraan. "Udah agak mendingan sih dia,, tp masih agak susah kalo jalan."

Rehan adalah adik laki-laki dari kak Fitri yang masih SMA, dua minggu lalu Rehan tabrakan dengan mobil ketika hendak keluar dari sekolahnya.

Dia sempat dirawat di rumah sakit, jadi ketika kak Fitri masih di kampus dia mendapat telpon dari orang tuanya kalau Rehan dirawat.

Aku menemani kak Fitri untuk melihat kondisi Rehan saat itu, jadi karena itu lah aku kenal dengan keluarganya kak Fitri, bahkan aku dan kak Fitri sempat beberapa malam menjaga Rehan di rumah sakit ketika orang tua nya pulang.

"Oo,, baguslah,, memang agak lama sih kalo proses penyembuhannya", "Iyaa,, mau gak mau dia harus tiap hari di rumah,, padahal biasa kerjaannya keluyuran terus."

"Ya mau gimana lagi,, emang udah harus dijalani sih" ucapku.

Ketika sedang asik berbincang dengan kak Fitri, Yayan keluar dari kamarnya lalu langsung menuju kamar mandi.

"Biasanya Minggu kayak gini kalian mau ngapain Ri?", "Seharusnya sih pagi aku marathon gitu, tapi karena telat bangun jadi gak bisa deh."

"Oo,, kamu belum sarapan kan?", "Belum sih,, kakak dah sarapan?", "Aku udah tadi pas mau ke sini, gak mau sarapan kamu?."

"Nanti aja deh,, sekalian si Yayan yang beliin", "Lah kok jadi gua? napa gak dari tadi lu beli nya njir,"ucap Yayan lalu menghampiri kami setelah keluar dari kamar mandi.

"Lu ae dah yang beliin,, sekalian beli bahan makanan untuk besok juga" ucapku pada Yayan. Yayan hanya diam dan menatapku dengan datar.

Kak Fitri pamit untuk pergi ke kamar mandi, aku dan Yayan masih duduk diruang tamu. "Lu milih siapa Ri?" ucap Yayan padaku.

"Milih apaan dah", "Milih antara kak Fitri atau Shilfi itu? kan dua-duanya suka ama lu." ucap Yayan lagi.

"Ah gak tau gua, masih belum mikir ke arah sana gua, mending jalanin ae dulu kek gini."

"Yaelah,, kalo gak sekarang kapan lagi,, ntar kalo mereka tau lu deket ama keduanya gimana? gak dapat dua-duanya lu."

"Dahlah,, ngapain mikir ke sana sih,, temanan aja ama semua orang, kan sama aja," aku dan Yayan berhenti ngobrol setelah mendengar pintu kamar mandi terbuka.

"Jadi gimana nih? kalian gak ada kegiatan lagi?" kak Fitri kembali duduk bersama kami.

"Ngapain lagi yak,, aku gak ada sih" ucapku. "Aku mau jalan sih habis ini, kalian yang gak ada rencana kan?" Yayan menambahkan.

"Jalan mulu lu, kan kemarin udah?", "Ya kemarin kan kita pergi keliling-keliling doang, nanti rencananya mau nonton."

"Nonton film apa emang?" kak Fitri menanggapi perkataan Yayan. "Mau nonton film horor sih, ada yang baru kalo gak salah, judulnya KUNTILANAK BERKAKI DUA" ucap Yayan.

"Seru ya kayaknya, jam berapa tayangnya?", "Nanti sih kak habis Zuhur, mau nonton juga?", "Gak deh, gak ada yang nemenin" ucap kak Fitri.

"Ama Ari aja kak, mau kok dia", Yayan melihat ke arahku dan mengangkat kedua alisnya.

Kak Fitri juga melihat ke arahku, "Ya kalo kakak mau nonton aku temenin deh" ucapku.

"Beneran?", "Iya kak," ucapku dengan senyum. "Mau sih nonton, bareng aja ama kalian ya Yan". ucap Kak Fitri.

"Eh, enggak dong, kalian berdua aja, kita beda tempat," ucap Yayan pada kak Fitri. "Kok gitu? kan gak papa loh kalo deketan."

"Ya gak papa sih,, tapi kalian berdua aja biar makin akrab" Yayan melihat ke arahku dan kak Fitri.

"Gimana Ri?" kak Fitri bertanya padaku, "Kalo aku sih terserah aja kak", "Yaudah deh, tapi habis nonton kita ketemu lagi kan?" ucap kak Fitri.

"Iya,, habis nonton kita makan bareng, atau sebelum nonton aja?", "Mending habis nonton sih, habis nonton kan laper itu biasanya" ucapku.

"Yaudah, gua beli sarapan dulu yak" Yayan mengambil kunci motornya lalu meninggalkan aku dan kak Fitri di rumah.

"Kakak gak perlu siap-siap lagi kan?" ucapku pada kak Fitri. "Gausah deh, kek gini aja gak papa kan?", "Gak papa kok, udah cantik juga" ucapku.

Setelah Yayan datang, kami bertiga duduk di meja makan yang ada di dapur. Aku dan Yayan sarapan sedangkan kak Fitri membuat kopi lalu duduk bersama kami.

Setelah selesai bersiap-siap, aku dan kak Fitri berangkat duluan menuju bioskop sedangkan Yayan pergi menjemput pacarnya terlebih dulu.