webnovel

Mencari Tahu

Laluna kini tinggal di Penthouse mewah milik Kenzo. Daniel pun sudah menjelaskan semua yang boleh dan tidaknya ia lakukan di dalam Penthouse tersebut, terlebih ketika saat Kenzo sedang tidak keluar. Laluna pun mengerti batasannya, namun ia sadar selamanya tidak akan bisa menumpang di sana. Laluna tahu Daniel pun tidak akan selalu bisa membantunya, ia harus mencari cara untuk menyelamatkan dirinya sendiri.

Laluna keluar kamar setelah mandi dan mengenakan pakaian yang dibelikan Daniel untuknya. Ia berniat mencari keberadaan Kenzo untuk menanyakan hal terkait dengan kekuasaan Carlos karena selama ini ia hanya mendengar berita simpang siur yang tak pasti. Yang ia ketahui hanyalah, semua kekayaan dan kekuasaan yang Carlos miliki itu diberikan oleh istrinya, Emma Aiden.

Laluna menoleh kesana-kemari untuk mencari keberadaan Kenzo, namun tak jua ia temukan batang hidung pria itu. Hingga akhirnya Laluna memberanikan diri untuk mendekati pintu kamar Kenzo.

Lama Laluna berdiam diri di depan pintu kamar Kenzo, rasa ragu menyelimuti dirinya ketika hendak mengetuk pintu yang terbuat dari material kayu itu. Hingga tiba-tiba pintu terbuka dengan Kenzo yang muncul dibalik pintu tersebut.

Laluna terkesiap, terkejut sekaligus bingung harus berbuat apa ketika mata Kenzo menatap lekat padanya yang berdiri mematung dihadapannya.

"Ada apa?" tanya Kenzo dengan nada berat dan terkesan dingin.

"A-ku ..., a-aku ...," Laluna tergagap, kebiasaan dirinya yang terkekang dan tak bebas bicara terbawa hingga dihadapan orang lain walaupun ia tahu jika dihadapannya bukanlah Carlos.

Kenzo masih menunggu kalimat Laluna yang terbata-bata itu, ia bahkan dengan santai memasukkan tangannya ke dalam saku celana seolah memberikan waktu untuk Laluna kembali bicara.

"Katakan saja!" ujar Kenzo kemudian.

Laluna memeras ujung bajunya, perasaan takut ketika berhadapan dengan orang lain masih menghantuinya. Ia merasa semua orang hanya datang untuk menyiksanya saja, padahal tadi siang ia sudah memilih keputusan dengan penuh keberanian.

Kenzo yang melihat hal tersebut merasa aneh, ia merasa jika ada yang merasuki pikiran Laluna begitu dalam. Kenzo pun dengan lembut menegur Laluna kembali.

"Jika ada yang ingin kau katakan, maka katakan saja. Jangan takut, aku bukan Carlos."

Laluna melepaskan ujung baju yang ia genggam, ia merasakan seperti ada kehangatan yang menyelinap dihatinya, Laluna pun memberanikan diri untuk menatap Kenzo, akan tetapi ketika pandangan mereka beradu Laluna kembali menundukkan kepalanya dengan rasa takut.

"Saya ingin bertanya tentang Carlos, apa anda bisa membantu saya?!" Akhirnya Laluna berhasil bicara dengan susah payah. Dan kini malah Kenzo yang terdiam sambil mengamati Laluna yang berdiri dengan kepala tertunduk.

"Duduklah di ruang tamu, aku akan membuat kopi sebentar," kata Kenzo pada Laluna.

Laluna menganggukan kepalanya, ia berjalan menuju ruang tamu seperti yang Kenzo minta. Sementara itu Kenzo berjalan menuju dapur untuk membuat kopi.

Selama waktu membuat kopi, Kenzo berpikir keras tentang pertanyaan yang akan Laluna ajukan kepadanya. Jujur saja, sebagai orang yang cukup mengenal keluarga Aiden, ia enggan berurusan dengan keluarga itu. Bukan karena apa, sifat licik dari keluarga Aiden membuatnya jengah. Tapi karena Daniel sudah terlanjur masuk dalam urusan keluarga Aiden, mau tak mau ia pun harus turun tangan karena ia tak bisa membiarkan Sang Adik sendirian menjadi santapan lezat keculasan keluarga Aiden.

Kenzo selesai membuat kopi untuk dirinya sendiri, ia berniat membuatkan Laluna minuman ringan agar Laluna sedikit lebih santai ketika mereka bicara nanti. Setelah menyelesaikan semuanya, barulah Kenzo menemui Laluna di ruang tamu.

Laluna tengah duduk dengan gelisah, ia masih gadis belia ketika dibawa Carlos pergi dari rumahnya. Selain Carlos dan Robert tidak ada lagi pria yang ia kenal, dan kini ia berada dalam satu atap dengan pria asing yang baru satu kali ia temui, perasaan canggung itu tak bisa ia hindari karena bagaimana pun ia adalah seorang wanita yang tahu batasan antara dua orang pria dan wanita.

Kenzo datang dengan dua cangkir kopi ditangannya, satu cangkir berisi kopi dan satunya lagi cangkir berisi jus jeruk yang ia buat untuk Laluna. Kenzo duduk dengan tenang seraya memberikan cangkir jus jeruk itu pada Laluna.

"Aku tidak tahu kau mau minum apa, jadi aku buatkan kau jus jeruk agar kau lebih santai bicara karena yang aku lihat sedari tadi kau sangat gelisah!" kata Kenzo pada Laluna.

"Terima kasih, Tuan!" jawab Laluna masih dengan kepala tertunduk.

Kenzo menarik nafasnya perlahan, sungguh ia tidak pernah melihat wanita seperti Laluna yang terbiasa menundukkan kepalanya kepada orang lain. Hal ini sedikit mengusik jalan pikiran Kenzo yang begitu menghargai dan menghormati seorang wanita. Melihat Laluna yang selalu bersikap hati-hati membuatnya mengerti jalan sulit apa yang telah ia lalui selama ini, ditambah dengan terlibatnya Carlos didalamnya.

"Tidak perlu begitu formal, panggil namaku saja!" kata Kenzo pada Laluna.

Laluna tak menjawab, hanya menganggukkan kepalanya kecil dan duduk dengan meremas ujung kemejanya.

"Lalu apa yang ingin kau tanyakan padaku, Laluna?" tanya Kenzo langsung.

Laluna kembali diam, namun kali ini tangannya bergerak meraih cangkir jus miliknya. Kenzo dengan sabar menunggu Laluna bicara, menghadapi wanita seperti Laluna memang memerlukan kesabaran lebih.

"Saya ..., maksudku ...," Laluna segera mengganti nada bicaranya ketika teringat kembali dengan permintaan Kenzo sebelumnya.

"Aku ingin bertanya tentang Carlos padamu, tentang apa saja yang menyangkut dia. Terlebih kelemahannya!" kata Laluna yang mulai memberanikan diri.

Kenzo menatap Laluna sekilas, lalu meraih gelas kopinya dan menyeruputnya pelan. Pembicaraan mereka akan terasa berat jika sudah membicarakan Carlos. Menyadari hal itu, Kenzo lebih mempertimbangkan kesiapan mental Laluna dibandingkan jawabannya.

Laluna menunggu jawaban dari Kenzo, namun lama ia menunggu Kenzo tak jua menjawab pertanyaannya, membuat Laluna mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah Kenzo. Tanpa sengaja pandangan mereka bertemu, dengan cepat Laluna membuang muka mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Carlos yang aku tahu tidak banyak. Dia seorang pengusaha yang berkuasa dan cukup kaya raya. Posisi kami hampir sama, namun aku setingkat lebih tinggi diatasnya karena perusahaanku adalah perusahaan mandiri sedangkan perusahaan Carlos masih melibatkan perusahaan-perusahaan lain didalamnya."

Kenzo bicara dengan sangat tenang, nada beratnya pun tak terdengar menekan, sangat tenang dan penuh kewibawaan.

"Maaf, Tuan. Jika itu aku sudah mengetahuinya. Aku ingin hal yang lainnya, yang tidak banyak orang ketahui," kata Laluna menyela.

"Sebelum aku menjawab pertanyaanmu, bolehkah aku menanyakan suatu hal padamu?!" tanya Kenzo memastikan.

Laluna kembali mengangkat kepalanya dan memandang ke arah Kenzo, kali ini ia menatap Kenzo cukup lama untuk mengetahui apa yang tersirat dibalik pertanyaannya tersebut. Dan dengan ragu Laluna pun menganggukan kepalanya.

"Bagaimana kau bisa terjebak dengan Carlos Aiden?" tanya Kenzo dengan rasa ingin tahunya.