Laluna lama terdiam, ia bingung harus memulai dari mana. Semua terjadi tanpa terduga, bahkan tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Setelah menghela nafas panjang serta menyiapkan diri, Laluna mulai bercerita tentang bagaimana ia bisa terjerat dalam cengkeraman tangan Carlos.
"Saat itu keluargaku terlilit hutang yang sangat besar, ayahku mengenal keluarga Carlos, dan meminta bantuan pada keluarga Carlos. Semua berjalan dengan lancar, uangnya ayahku terima tanpa jaminan apapun. Sebelumnya ibuku pernah menaruh curiga kenapa keluarga Carlos begitu baik sehingga mau meminjamkan uang tanpa adanya jaminan padahal uang yang kami terima cukup besar."
Laluna menceritakan semuanya dengan tenang dan detail. Suasana hatinya masih bisa teratasi dengan sangat baik dengan pembukaan yang baik pula. Tapi tak lama setelah itu raut wajah Laluna berubah. Bibirnya mulai gemetar dengan tangan yang saling mengepal kuat.
Kenzo bisa melihat itu, ketakutan yang sangat besar serta keperihan akan kegetiran yang mungkin sangat sulit untuk diungkapkan Laluna. Ia mencoba menahan Laluna untuk tidak meneruskan kalimatnya, ia merasa jahat karena memaksa Laluna menguak luka yang seharusnya tersimpan rapat olehnya. Walau sebenarnya, Kenzo masih penasaran dengan kelanjutan cerita Laluna dan Carlos tersebut. Tapi tiba-tiba, Laluna melanjutkan ceritanya, membuat tangan Kenzo yang sudah berada di udara turun kembali.
"Akhirnya kecurigaan Ibu terbukti," kata Laluna melanjutkan. "Carlos datang dengan anak buahnya yang sangat banyak, mengepung rumah kami lalu memaksa masuk tanpa permisi."
"Aku, ibu dan kedua adik laki-lakiku ketakutan. Kami bersembunyi di satu ruangan yang sama, mencari perlindungan agar tidak ditemukan oleh Carlos. Namun sayangnya, jumlah anak buah Carlos sangat banyak hingga bisa menemukan kami dengan sangat mudah."
Laluna menjeda ceritanya, mengatur nafasnya yang mulai memburu kuat bersamaan dengan bayangan kejam yang menimpa hidupnya beberapa tahun lalu.
"Kami dibawa paksa keluar dari tempat persembunyian kami. Dan saat aku melihat Carlos untuk pertama kalinya, saat itu juga aku melihat kekejaman yang dia lakukan terhadap ayahku."
Kenzo masih mendengarkan cerita Laluna dengan seksama, dalam hati ia merasa prihatin namun semua sudah terjadi dan tidak bisa dikembalikan lagi.
"Ayahku ditendang dan dipukul bertubi-tubi di bagian wajah dan anggota tubuh lainnya. Kadang Carlos yang melakukannya kadang juga anak buahnya. Mereka bergantian saja melakukan kekerasan itu pada ayahku sehingga membuat aku dan ibu juga adik-adikku berteriak histeris karena mereka melakukannya tepat di depan mata kami."
Laluna kembali mengatur nafasnya yang semakin menyesakkan dada. Lama ia tak bisa bicara, sesuatu seperti mengganjal di tenggorokannya, membuatnya tak hanya kesulitan bicara namun juga bernafas.
"Jangan lanjutkan jika ini sulit untuk dikatakan. Saya hanya ingin sepenggal ceritanya saja, dan sepertinya saya mengerti jalan cerita yang terjadi padamu," ujar Kenzo menahan Laluna untuk tidak bicara lebih banyak lagi. Namun ternyata Laluna menolak.
"Saya akan menceritakan semuanya pada anda, Tuan. Setidaknya saya memiliki satu pendengar pertama yang akan mendengarkan kisah saya. Mungkin saja ini bisa melegakan dada saya yang terasa sesak ini." Ungkap Laluna.
Kenzo pun tak memiliki cara lain setelah Laluna sudah memutuskan untuk menceritakan semuanya.
"Setelah melakukan kekerasan pada ayahku, Carlos belum berhenti. Ia menatapku, sangat lama dan lekat. Membuat aku merinding hingga nyaris tak bisa bergeming dari tempatku. Carlos mendekatiku dan menarikku dengan paksa. Ia juga tersenyum dengan smirk yang mematikan itu. Tanpa aba-aba lagi Carlos membawaku keluar dari rumah, menyeretku dengan paksa dan memasukkan aku ke dalam mobil mewahnya."
"Ibu dan ayahku berlutut di hadapan Carlos, meminta Carlos untuk melepaskan aku. Namun Carlos tak mengindahkan kata-kata kedua orang tuaku. Dengan brutal ia malah memukul ayah dan ibuku tanpa ampun. Dan setelah melakukan itu, Carlos membawaku pergi."
"Akui ketakutan saat itu, sangat amat ketakutan. Tubuhku bergetar, bersamaan dengan ribuan pertanyaan yang hadir dalam benakku. 'Kemana aku akan dibawa?' 'Apakah aku akan kembali lagi bersama dengan keluargaku?' Atau pertanyaan semacam, 'Apakah ini hari terakhirku di bumi ini?' "
"Pertanyaan-pertanyaan itu menguap tanpa jawaban. Carlos tidak melakukan apapun padaku selain membiarkan aku duduk dengan tenang. Dia juga menyiapkan semua kebutuhan selama aku bersama dengannya. Baju dan makanan lainnya."
Pada detik ini Kenzo merasa bingung dengan cerita yang disampaikan Laluna padanya. Bukan karena apa, itu seperti bertolak belakang dengan karakter Carlos yang ia kenal.
"Aku di bawa ke mobil satu ke mobil lainnya dan terakhir aku di bawa ke pesawat. Barulah di dalam pesawat itu neraka dalam hidupku terlahir."
Laluna menoleh pada Kenzo yang masih setia mendengarkan ceritanya. Ia menatap lekat pada Kenzo, tatapan sayu yang berhasil menggetarkan hati Kenzo.
"Anda tahu apa yang terjadi padaku di pesawat itu?!" Tanya Laluna pada Kenzo.
Banyak jawaban yang terlintas dibenak Kenzo, semua bukanlah jawaban baik untuk Laluna dengarkan sehingga Kenzo memilih untuk menggelengkan kepalanya, meminta Laluna menceritakan sendiri apa yang menyiksa dirinya di pesawat Carlos.
"Malam itu, aku kehilangan kebebasanku sebagai manusia dan makhluk sosial. Aku bahkan harus merelakan kesucianku direnggut paksa oleh Carlos."
Salah satu jawaban yang Kenzo pikirkan benar-benar terjadi. Laluna kehilangan kesuciannya.
"Aku hancur, sangat hancur. Aku merasa diriku kotor, namun aku juga dipaksa untuk tetap hidup pada malam itu," lirih Laluna. Ia terisak meski dengan suara yang kecil. Laluna juga menggigit bibirnya, menahan getirnya kehidupan yang harus ia lalui bersama Carlos beberapa tahun terakhir ini.
"Aku kira semuanya sudah selesai, namun ternyata aku salah." Sambung Laluna. "Carlos mengurungku, menyiksaku, menjadikan aku budak nafsu bejatnya. Dan itu berulang kali terjadi."
"Jika aku membantah, Carlos mulai melakukan penyiksaan-penyiksaan kecilnya. Memukuli dengan sabuk pinggang, menempelkan api rokoknya ke tangan atau kakiku, atau yang paling ringan, Carlos akan mengurungkan di kamar mandi semalaman tanpa busana."
Kenzo tercengang, matanya membulat bahkan mulutnya menganga lebar. Ia benar-benar tidak menyangka jika Carlos akan memperlakukan Laluna sekeji itu. Ia kehabisan kata-kata untuk mengumpat Carlos dengan perbuatannya tersebut.
"Carlos datang dua hari sekali. Saat dia datang, dia pasti menjadikan aku budak nafsunya. Membuat aku bagai binatang yang harus jungkir balik di atas ranjang dengan segala atribut yang harus aku pakai dan gunakan selama aku memuaskan nafsu bejatnya. Dan seakan tidak merasa puas, Carlos melakukannya berulang kali dalam satu malam hingga kadang aku pingsan karena tidak sanggup melayaninya lagi."
"Kenapa kau tidak lari?" Tanya Kenzo yang tidak bisa mengerti mengapa Laluna masih tetap diam dan menerima semua kekejaman Carlos padanya.
"Sudah aku lakukan, bukan sekali namun setiap ada kesempatan yang ada," jawab Laluna. "Dan inilah jika aku berani melarikan diri darinya. Jika saat ini aku beruntung karena bertemu dengan Daniel, maka sebelumnya aku tidak seberuntung ini."
"Aku akan disiksa lagi dan lagi dengan berbagai macam benda kasar dan yang lainnya. Namun tahukah anda bahwa ada satu bagian anggota tubuhku yang selalu Carlos jaga agar tidak terluka sedikitpun?"
"Apa?" Tanya Kenzo penasaran.
"Wajahku!"