Aku membeku bersama ponsel menempel di telinga kiri. Pertanyaan meluncur darinya berhasil mengencangkan debar jantungku. Sebelumnya, meski terkejut ketika pertanyaan itu terlontar, aku tidak merasa sekikuk sekarang. Suaranya serak dan kedengaran malas, pasti dia sedang tiduran.
Angan-anganku melayang, di luar kendali, kedua sudut bibirku tersungging.
"Halo, calon istri …."
Whattttt???
Aku semakin grogi dibuatnya. Padahal dia di rumahnya sana dan tidak melihatku di sini, tapi senyuman yang terpatri di bibirku tercetak malu-malu. Tidak ada siapa pun yang melihatnya juga. Di rumah hanya aku seorang.
Sekarang gombalannya sudah naik peringkat. Sudah berani dia memanggilku dengan sebutan itu. Padahal aku belum menjawab lamarannya. Baiklah, mari kita lihat seberapa kuat dia berusaha. Suaranya kembali memanggil di ujung telepeon.
"Iya, calon suami."
"Eh, apa kamu bilang?"
Eh? Aduh, Ladureeeee! Itu mulut kenapa longsor sekali berucap? Bodoh! Bodoh! Bodoh! Aku menepuk jidat.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com