Bentuk rasa manusiawi

Aku berjalan dengan sedikit tertatih bahkan mungkin wajahku masih memucat saat ini. Sampai di tengah perkumpulan para staf, Rey segera menghampiriku. "Kau kemana saja tadi? Aku sedih saat kau tidak melihat aksi dan perjuanganku bermain bola melawan kakak."

"Maafkan aku, Rey. Tadi aku, aku di toilet."

"Kau pucat, apa kau baik-baik saja?" tanya Rey padaku.

"Apa kau memenangkan pertandingan itu?" aku segera mengalihkan pertanyaan Rey padaku.

Seketika Rey memelukku. "Aku akan menjemput mu malam nanti sesuai janji kita, kau akan menemaniku dinner nanti."

Aku sudah menduga dia akan berhasik memenangkannya, pantas saja Alex melampiaskan kekalahannya padaku, entah kenapa Alex menjadi pemarah seperti ini? Apakah sejak awal dia hanya menjadikanku sebagai alat memuaskannya saat marah ataupun butuh tempat untuk memuaskan dirinya?

"Ehhem!" suara derhaman Una membuatku dan Rey saling melepaskan pelukan dan menjauh satu sama lain.