webnovel

Tunggu aku

Di saat meri sedang menikmati pesta, dokter fuad di izmir sedang uring-uringan setelah tahu meri kembali ke Indonesia bersama dengan junior. Ayahnya berusaha menenangkannya bahwa meri pasti akan kembali karena studynya belum selesai.

"ayah, bagaimana jika dia kembali dengan membawa suami?" fuad terdiam sejenak "aaaah, aku benar-benar di buat stres memikirkan hal itu" fuad bertingkah seperti ia akan kehilangan hidupnya.

"kalau begitu telfon dia dan tanyakan" saran ayah fuad.

"ayah, nomornya tidak aktif. Kakak ipar sudah menelfonnya setiap hari" fuad sangat tak berdaya memikirkan ia kehilangan komunikasi setelah terjalin hubungan yang baik di antara mereka. "ayah, tidak bisakah ayah memintanya kembali? Buat alasan apa saja dan bawa ia kembali ke izmir. Dia berada jauh di sana dan aku tidak tahu apa yang ia lakukan"

"fuad, kau sudah mengatakan sejak bertekad mengejar dokter ana bahwa kau tidak akan menggunakan kekuasaan dan wewenangku atau keluarga kerajaan untuk membuat ia jatuh di pelukanmu" profesor anwar mengingatkan putranya dengan komitmennya sejak awal.

Fuad semakin tak berdaya dengan keadaan yang di alaminya. Dia menerima kabar bahwa meri kembali ke Indonesia setelah datang langsung ke rumah sakiy tempat meri bekerja. Dan terakhir kali ia mengetahui bahwa meri ke Indonesia bukan menggunakan maskapai penerbangan sebagai penumpang biasa, ia menyewa jet pribadi untuknya dan junior.

Apa yang ada di pikiran fuad adalah seseorang yang memiliki kekayaan pasti menjadi penyokong meri. Dan yang ia khawatirkan adalah bahwa orang itu memiliki hubungan spesial dengan meri. Kekhawatirannya bertambah saat informannya mengatakan bahwa alasan meri kembali ke Indonesia adalah untuk acara pernikahan hanya saja ia tidak tahu pernikahan siapa itu.

Harapan terbesarnya adalah meri kembali masih dengan status yang sama seperti saat ia pergi. Dia sangat merindukan meri.

Meri saat ini sedang berada di rumahnya dan tidak mengenakan hijab apalagi cadar yang biasa menutup wajahnya. Di tambah lagi ia sedang berada di teras belakang rumah. Untuk naik ke kamarnya dan mengambil hijab, ia harus menaiki tangga yang menjadi pembatas antara ruang tamu dan ruang keluarga.

Jika ia nekat untuk keluar, andre sudah pasti bisa melihat wajahnya dan ia tidak menginginkan hal itu. Dia ingin bersembunyi sepanjang umurnya dari andre. Situasinya saat ini membuat ia terjebak.

"ibu, ayah datang menjemputku" suara junior membuyarkan pikiran meri.

"oh iya, minta uncle randy untuk mengambilkan kopermu di kamar ibu" meri sedikit berteriak agar junior mendengar suaranya.

Andre yang mendengar suara itu merasa jantungnya berdetak lebih kencang. Ia sudah mendengar suara meri di telfon tapi entah mengapa mendengarnya secara langsung jelas sangat berbeda.

"ayah, ibu sepertinya ada di taman belakang. Sebaiknya ayah menemuinya dan memintanya pergi bersamaku sekali lagi" ujar junior.

"apa kau berharap kita bisa berlibur bersama?" andre melihat harapan besar di mata putranya. "baiklah, ayah akan mencobanya lagi"

Junior berlari lebih dulu ke arah taman belakang tempat meri duduk dengan pakaian santai rumahan.

"ayah ingin berbicara dengan ibu" kata junior saat berada di hadapan meri.

Suara langkah kaki mendekat terdengar semakin jelas. Meri semakin gelisah dengan apa yang harus ia lakukan.

"berhenti di situ" meri menghentikan langkah andre yang sudah berada di balik pintu kaca yang menghubungkan ruang makan dan taman belakang.

Pintu itu terbuat dari aluminim tebal dengan kaca transparan. Walau ia tak bisa melihat wajah meri, andre dengan jelas melihat punggung meri. Rambut panjangnya di sanggul asal sehingga memamerkan leher putih yang halus.

Andre menahan diri untuk tidak mengikuti kata hatinya dan tetap berdiri di balik pintu itu.

"junior, ibu sudah bicara dengan ayah di telfon. Mintalah uncle randy mengambil kopermu di kamar. Ibu sudah menyiapkan semua keperluanmu" meri tahu juniorlah yang meminta andre untuk berbicara dengannya.

"uncle randy baru saja pergi bersama aunty. Di dalam tidak ada siapapun karena kakek dan yang lain juga sudah pergi berlibur" junior berat meninggalkan ibunya sendiri di rumah karena yang lain sudah pergi berlibur.

Meri sudah menolak pergi berlibur dan ingin menghabiskan waktu di rumah, karena itu saat ini ia hanya bersama junior.

"kau bisa naik ke kamarku, aku sudah menyiapkan koper junior. Di rumah tidak ada siapapun jadi maaf kalau harus merepotkanmu" meri mengatakan itu kepada andre yang tidak bisa memalingkan tatapannya dari punggung mantan istrinya itu.

"meri, bisakah kita bicara berdua?"

"tidak bisa. Pergilah bersama junior" tolak meri "junior, ibu benar-benar tidak bisa pergi bersamamu. Jadi nikmati liburanmu bersama ayah. Oke"

Junior tidak mengatakan apapun tapi di matanya jelas menunjukkan kekecewaan. Ia berpaling dan pergi dari hadapan meri dengan wajah suram. Meri mengikuti kepergian anaknya itu dengan memalingkan wajahnya ke arah pintu tapi tak berani beranjak.

Wajah putih mulus itu kini terlihat dan memenuhi pandangan mata andre. Setelah berdiri lumayan lama hanya dengan menatap punggung meri, kini ia bisa melihat wajah meri dengan jelas dari balik pintu.

"kau mengecewakan putramu" andre berusaha memberi tekanan psikis agar meruntuhkan ego ibu dari anaknya itu.

"kau mengecewakannya lebih besar daripada aku" balas meri dengan kata-kata tak kalah menekan.

"mungkinkah bagi kita untuk tidak mengecewakannya kali ini?" andre sedikit menggoda dengan nada suaranya.

"satu hal yang harus kau tahu. Aku belum bercerai dari ilham. Tak perduli sekuat apa kau mencoba, aku tetap tidak akan berpisah darinya" meri memproklamirkan statusnya dengan jelas.

Tapi andre hanya tersenyum mendengar ketegasan dalam suara meri. "kalian menikah resmi sesuai undang-undang negara. Kalian tidak bertemu selama lima tahun dan ilham tidak menafkahimu secara lahir maupun batin. Berdasarkan peraturan negara, sudah jatuh talak di antara kalian. Ku rasa kau juga harus tahu itu"

Meri duduk membeku mendengar ucapan andre. Dia tidak pernah belajar mengenai hukum di Indonesia. Ia merasa selama ia tidak menggugat cerai dan ilham juga tidak melakukannya maka mereka masih berstatus suami istri. Untuk nafkah lahir, ia bisa hidup dengan nyaman tanpa mengandalkan suaminya dan untuk nafkah batin, ia sama sekali tidak merindukannya karena ia bahkan belum pernah tidur dengan ilham.

Melihat meri tak merespon, andre merasa meri sama sekali tidak mengetahui hal itu. "ku rasa saat ini statusmu sudah bukan istrinya. Jadi mengapa kau harus menunggunya" andre berusaha sangat keras untuk kembali kepada meri walau sudah bukan obsesi. Dia kali ini melakukannya murni karena cintanya.

"aku memang tidak tahu mengenai hal yang baru saja kau sampaikan tapi aku bahkan bersedia menjadi biksu jika itu harus hingga suamiku menjemputku. Dan untuk kehidupan sehari-hariku, bahkan tanpanya aku juga bisa hidup dengan baik. Anggap saja aku bersedekah untuk keluarga kecilku. Dan jikapun kerelaanku masih harus di bayar dengan talak, maka aku pastikan akan rujuk dengannya saat ia bebas. Jadi jangan membuang waktu untuk kembali padaku"

"kau bersembunyi dari dunia bukankah untuk menghindarinya juga?" tanya andre

"aku bersembunyi darimu. Kau bebas lebih awal jadi ku pikir kau akan mencariku lebih dulu sebelum ilham bisa menemukanku. Di antara kita sudah tidak ada harapan jadi berhenti berusaha. Setidaknya gunakan hidupmu untuk menebus kesalahanmu pada putramu sebelum aku membawanya pergi lagi"

"baiklah, aku rasa tidak ada harapan untukku kembali. Tapi setidaknya biarkan komunikasi di antara kita berjalan dengan baik demi junior" pinta andre dengan nada datar. Suaranya tak menggambarkan ia sudah menyerah atau dia berharap besar.

"aku akan membawanya ke indonesia setiap ia libur. Tapi untuk berkomunikasi denganmu, aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama" meri tak ingin meninggalkan celah bagi andre untuk bisa berharap kembali padanya.

Dia akan menutup semua jalan yang memungkinkan bagi pria itu kembali. Bahkan jika dia ternyata menggunakan junior sebagai alasan, meri masih akan bersikap tegas. Batas di antara mereka harus di bangun dengan jelas agar peristiwa yang lalu tak terulang lagi.

Andre pada akhirnya menyerah dan segera membawa junior pergi setelah berpamitan dengan ibunya. Meri masih terduduk lemah di kursi taman melihat kepergian putranya dengan wajah kecewa. Ia merasa bersalah tapi sikap yang ia ambil merupakan sesuatu yang tepat untuk saat ini.

Di penjara cambridge, ilham melupat lututnya dan menenggelamkan wajahnya di atas lutut dengan tangan yang terlipat. Sudah pukul sepulub malam dan ia masih tidak bisa tidur.

Pikirannya melayang jauh mengingat kembali kenangan ia bersama meri yang terasa begitu singkat. Asistennya mengabarkan bahwa meri bahkan tak muncul di acara pernikahan rido dan hanya ada junior. Meri benar-benar hilang bagaikan di telan bumi.

Dia mendapatkan keringanan di hari kemerdekaan amerika namun remisi yang ia peroleh hanya enam bulan. Ia masih harus menjalani hukuman enam bulan lagi untuk bisa bebas. Harapan hidupnya hanya pada kenyataan bahwa meri masih belum menceraikannya.

Ilham tentu tahu bahwa talaknya sudah jatuh, tapi mereka masih bisa rujuk karena itu baru talak satu. Hanya dengan pernyataan kerelaan meri menunggunya maka mereka akan kembali seperti biasanya. Namun, jika meri membongkar bahwa ia belum tidur sekalipun dengannya maka masalahnya akan semakin besar.

Setiap hari ia hanya akan beranggapan bahwa meri juga menunggunya karena itu dia tidak akan putus asa dengan hukuman yang di berikan oleh istri tercintanya itu. Ia akan menebus semua waktu yang terlewat dengan semua kasih sayang yang akan ia curahkan hingga meri tak bisa mengenang kejadian buruk di masa lalu.

Mereka masih harus memiliki seorang putri untuk menambah kelengkapan keluarganya. Dia akan menunggu hari kebebasan itu dan akan mencari meri hingga ke sudut tersembunyi dunia.

"tunggu aku" ujar ilham